Harga Saham GZCO ARA Dua Hari Berturut-turut, Bagaimana Kinerjanya?
Harga saham PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) menembus batas harga maksimal perdagangan saham atau auto reject atas (ARA) selama dua hari berturut-turut.
ARA merupakan batas kenaikan harga saham tertinggi yang diperbolehkan dalam satu hari perdagangan. Saat saham menyentuh ARA, sistem akan secara otomatis menolak pesanan untuk membeli atau menjual efek.
Merujuk data perdagangan Bursa Efek Indonesia, harga saham Gozco menembus ARA sejak pembukaan perdagangan 09.02 WIB hari ini, Selasa (14/10). Sahamnya naik 24,44% atau 66 poin ke level 336. Sehari sebelumnya, harga saham Gozco juga menembus ARA dengan kenaikan sebesar 25% atau 54 poin.
Bila menelaah gerak sahamnya sepanjang tahun ini, lompatan saham Gozco mulai terjadi sejak akhir Agustus. Lompatan harga saham ini terjadi karena ramainya rumor yang beredar di investor pasar modal bahwa suami Ketua DPR RI Puan Maharani, Happy Hapsoro akan masuk ke saham Gozco. Kendati demikian, belum ada klarifikasi dari kedua belah pihak terkait hal ini.
Profil Perusahaan Gozco
Merujuk lama resmi Gozco, perseroan pada awalnya merupakan perusahaan terbatas dengan nama PT Surya Gemilang Sentosa. Perseroan mengubah namanya menjadi PT Gozco Plantations pada 2027 dan mencatatkan saham perdananya di BEI pada Mei 2008. Harga IPO scebesar Rp 225 per saham.
Gozco merupakan perusahaan produsen minyak kelapa sawit mentah dan inti sawit Indonesia. Operasi besar perusahaan meliputi penanaman pohon, produksi tandan buah segar dan pengolahan minyak kelapa sawit dan inti sawit untuk distribusi dalam negeri.
Gozco beroperasi di Sumatera Selatan dengan rantai produksi terintegrasi, mulai dari perkebunan hingga pabrik pengolahan yang berlokasi di sekitar area tanam. Perusahaan ini didukung oleh sejumlah keunggulan kompetitif, di antaranya lokasi perkebunan yang strategis dan akses infrastruktur yang memadai. Letaknya yang berdekatan dengan Sungai Musi juga memberikan keuntungan logistik untuk kegiatan transportasi hasil produksi.
Selain itu, Gozco memiliki lahan dengan kualitas tanah yang baik dan jaringan jalan beraspal yang menunjang efisiensi operasional. Kondisi tersebut menjadi fondasi kuat bagi ekspansi bisnis perusahaan di masa mendatang.
Dalam mengembangkan usahanya, Gozco berfokus pada beberapa strategi utama. Pertama, memaksimalkan kinerja tim manajemen perkebunan yang profesional dan berpengalaman. Kedua, memperluas area perkebunan di wilayah yang dinilai cocok untuk pengembangan kelapa sawit. Ketiga, meningkatkan kapasitas pengolahan secara bertahap serta memperkuat infrastruktur pendukung agar produk dapat terserap pasar secara efisien.
Dari sisi kepemilikan, saham publik tercatat sebagai pemegang porsi terbesar di Gozco dengan 1,89 miliar saham atau setara 31,43% dari total saham beredar. Di posisi berikutnya, PT Golden Zaga Indonesia selaku pengendali memiliki 1,70 miliar saham atau 28,37%. Adapun Komisaris Gozco yang juga merupakan pemegang manfaat akhir, Tjandra Mindharta Gozali, menggenggam 1,58 miliar saham atau 26,37% dari total saham beredar.
Berdasarkan kepemilikan sahamnya, mayoritas atau 31,43% saham Gozco dikuasai publik. PT Golden Zaga Indonesia selaku pengendali perseroan menggenggam sebanyak 1,70 miliar saham atau setara dengan 28,37% saham Gozco. Adapun Tjandra Mindharta Gozali selaku komisaris sekaligus pemegang manfaat akhir, secara pribadi memiliki sebanyak 1,58 miliar saham Gozco atau sebesar 26,37% dari saham yang beredar.
Aksi Korporasi Gozco Terbaru
Lonjakan harga saham Gozco Plantations belakangan ini membuat investor menaruh perhatian pada sahamnya. Penting bagi investor untuk meninjau fundamental dan aksi korporasi perusahaan agar dapat meneropong kinerja jangka panjang perseroan.
Dalam paparan publik yang digelar pada Juni lalu, manajemen Gozco menyampaikan rencana peremajaan kebun kelapa sawit seluas 1.000 hektare sepanjang 2025. Langkah tersebut menjadi kelanjutan dari program replanting yang telah dijalankan sejak 2023. Pada tahun itu, perseroan memulai peremajaan tahap awal seluas 300 hektare dan dilanjutkan dengan tambahan 1.000 hektare pada 2024.
Selain peremajaan kebun, Gozco juga merampungkan akuisisi PT Sinar Karya Mandiri (SKM) pada tahun lalu. Direktur Keuangan, Pajak, dan Akuntansi Gozco, M. Herbert Wibisono menyebut, produksi dari SKM saat ini telah berjalan dengan baik.
Langkah akuisisi tersebut dilakukan sebagai strategi mitigasi terhadap fluktuasi harga minyak sawit mentah (CPO) yang terjadi sepanjang 2024–2025.
“Terkait perang harga, secara langsung tidak ada dampak yang signifikan namun mungkin ada pengaruh kepada harga CPO di mana PT Gozco adalah price taker. Maka untuk memitigasi salah satunya melakukan akuisisi PT SKM di tahun 2024 yang mana produksinya sudah lumayan baik,” ujar Herbert dalam keterbukaan informasi, dikutip Selasa (13/10).
Adapun akuisisi PT SKM dilakukan melalui anak usaha Gozco, yakni PT Suryabumi Agrolanggeng, yang menggenggam 99,9% saham SKM. Sementara itu, Gozco memiliki 99% saham di Suryabumi Agrolanggeng, sehingga kepemilikan Gozco atas SKM praktis hampir penuh.
Selain itu, perseroan juga berencana melakukan pembelian saham kembali atau buyback dengan nilai maksimal sebesar Rp 40 miliar. Dan tersebut diambil dari dana internal perusahaan.
“Pelaksanaan pembelian kembali saham merupakan salah satu bentuk usaha perseroan untuk mendukung stabilitas pasar modal, dan meningkatkan nilai pemegang saham serta kinerja saham perseroan,” kata manajemen GZCO.
Kinerja Keuangan GZCO Sepanjang Semester Satu 2025
Menilik kinerja keuangan Gozco sepanjang semester pertama 2025, emiten sawit ini mampu membalikkan rugi menjadi laba. Gozco membukukan laba bersih sebesar Rp 14,63 miliar pada periode Januari - Juni 2025, berbalik arah dari catatan rugi yang ditorehkan perusahaan pada periode yang sama tahun 2024, yakni rugi sebesar Rp 12,02 miliar.
Penjualan perusahaan juga meningkat menjadi Rp 357,67 miliar dari Rp 297,50 miliar para periode yang sama tahun lalu. Pendapatan Gozco diperoleh dari penjualan Crude Palm Oil (CPO) sebesar Rp 224,03 miliar, penjualan tandan buah segar sebesar Rp 85,58 miliar dan penjualan kernel sebesar Rp 48,05 miliar.
Sementara itu, beban pokok penjualan perseroan juga meningkat menjadi Rp 298,63 miliar dari Rp 285,49 miliar secara yoy.
