Pundi Harta Boy Thohir ADRO, ADMR dan AADI Jeblok, Ada Harapan di Musim Dingin?
Tiga emiten andalan Garibaldi Thohir alias Boy Thohir telah melaporkan kinerja keuangan hingga akhir kuartal ketiga tahun ini. Ketiga emiten yang bergerak sektor energi, khususnya batu bara ini mencatatkan penurunan kinerja keuangan rata-rata hampir 50% di tengah fluktuasi harga komoditas sepanjang sembilan bulan pertama 2025.
Emiten milik kakak Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir tersebut adalah PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI).
Berdasarkan laporan kinerja keuangan kuartal III 2025, AADI mencatatkan penyusutan laba bersih sebesar 45,34% dibandingkan dengan laba periode sebelumnya secara tahunan atau year on year (yoy). Begitu pula dengan ADRO dan ADMR yang masing-masing membukukan penurunan laba bersih sebesar 74,53% dan 38,55% secara yoy.
Padahal, sebelum laporan kinerja keuangan dirilis, harga saham ketiga emiten sempat menguat signifikan menjelang masuknya musim dingin, periode yang biasanya mendorong permintaan batu bara global. Namun, pada perdagangan Jumat (31/10), saham ketiganya justru ditutup anjlok.
Lantas bagaimana kinerja keuangan masing-masing emiten milik Boy Thohir tersebut?
Laba Bersih PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) Anjlok 45,34%
PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp US$ 587,32 juta atau sekitar Rp 9,80 triliun (dengan kurs Rp 16.692 terhadap dolar AS) sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Jumlah tersebut anjlok 45,34% dibandingkan dengan laba bersih perseroan pada periode yang sama tahun 2024 sebesar US$ 1,07 miliar.
Turunnya laba bersih perseroan salah satunya terjadi imbas dari susutnya pendapatan yang AADI peroleh sepanjang periode tersebut. Pendapatan usaha perseroan susut menjadi US$ 3,60 miliar dari US$ 4,04 miliar atau turun 10,8% secara yoy.
Adapun pundi-pundi kekayaan AADI berasal dari penjualan batu bara ekspor ke pihak ketiga sebesar US$ 2,78 miliar dan penjualan batu bara domestik ke pihak ketiga sebesar US$ 530,9 juta.
Seiring dengan turunnya pendapatan perseroan, AADI mampu menekan beban pokok penjualan sebesar 9,02% menjadi US$ 2,66 miliar dari sebelumnya sebesar US$2,93 miliar secara yoy.
Laba Bersih PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Rontok 74,53%
Emiten milik Boy Thohir selanjutnya adalah PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO). Adapun laba bersih perseroan rontok 74,53% menjadi Rp US$ 301,59 juta atau sekitar Rp 5,03 triliun dibandingkan dengan laba bersih ADRO pada periode yang sama secara tahunan sebesar US$ 1,18 miliar.
Anjloknya laba bersih perseroan terjadi karena penurunan pendapatan ADRO. Perseroan membukukan pendapatan usaha yang turun 12,98% menjadi US$ 1,34 miliar dari US$ 1,54 miliar secara yoy.
Pendapatan ADRO selama periode Januari-September 2025 berasal dari hasil tambang domestik ke pihak ketiga sebesar US$ 223,4 juta dan penjualan ekspor hasil tambang ke pihak ketiga senilai US$ 127,7 juta. ADRO juga mencatatkan pendapatan dari jasa pertambangan sebesar US$ 640,94 juta.
Meski mengalami penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan ADRO justru menebal 1,04% menjadi US$ 884,6 juta dari US$ 875,5 juta secara yoy.
PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) Catat Penurunan Laba Bersih 38,55%
Terakhir adalah PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR), yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp US$ 204,18 juta atau sekitar Rp 3,40 triliun. Nilai tersebut turun 38,55% dibandingkan dengan laba bersih perseroan pada periode yang sama tahun 2024 sebesar US$ 332,99 juta.
Seperti dua emiten milik Boy Thohir lainnya, ADMR juga mengalami penurunan pendapatan sepanjang periode Januari-September 2025. Perseroan mencatatkan pendapatan usaha yang susut menjadi US$ 675,14 juta dari US$ 841 juta atau turun 19,73% secara yoy.
Adapun pendapatan ADMR berasal dari penjualan hasil tambang ke pihak berelasi sebesar US$ 320,76 juta dan jasa lainnya sebesar US$ 3,11 juta. Selain itu, ADMR juga mencatatkan pendapatan dari penjualan hasil tambang ke pihak ketiga sebesar US$ 351,26 juta sampai September 2025.
Sampai akhir kuartal ketiga 2025, ADMR mencatatkan beban pokok pendapatan yang meningkat menjadi US$ 407,27 juta dari sebelumnya sebesar US$ 404,42 juta.
Prospek Saham AADI hingga ADRO
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta memberikan pandangannya terhadap prospek saham-saham milik Boy Thohir. Nafan menyematkan target harga tinggi untuk emiten tersebut satu tahun ke depan. Ia memberikan target harga Rp 9.225 untuk saham AADI dan level 2.550 untuk saham ADRO.
Sementara itu, Head of Research Korea Investment & Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi menilai, volatilitas saham ADRO dan grupnya sangat dipengaruhi pergerakan harga komoditas. Ia menyebut outlook ADRO masih positif, seiring ekspektasi rebound harga batu bara saat musim dingin dan meningkatnya permintaan listrik.
“Fundamentalnya masih solid, arus kas kuat, dan valuasi tergolong murah (PER di bawah 6x). Tapi katalisnya mulai terbatas, jadi potensi penguatan mungkin tidak sebesar sebelumnya,” ujar Wafi kepada Katadata, Jumat (31/10).
Lebih lanjut, Wafi menilai prospek AADI akan ditopang oleh kontribusi dari bisnis logistik dan infrastruktur energi Grup Adaro, terutama jika transisi ke gas dan energi terbarukan (EBT) semakin masif. Namun, pergerakan AADI cenderung tertinggal dibanding ADRO karena skala bisnisnya masih lebih kecil dan dalam tahap ekspansi.
Adapun ADMR, menurutnya, masih sangat sensitif terhadap harga nikel dan batu bara metalurgi. “Potensi rebound tetap ada, apalagi kalau harga nikel mulai pulih dari tekanan Tiongkok. Tapi volatilitasnya tinggi, jadi lebih cocok untuk trader,” kata Wafi. Ia menargetkan harga ADRO di level 2.300, AADI di 9.000, dan ADMR di 1.250 dalam jangka menengah
