Kisi-Kisi BEI Soal IPO 3 Emiten Jumbo, Tambang hingga Finansial, Intip Profilnya
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan tiga perusahaan mercusuar atau lighthouse company akan mencatatkan perdana sahamnya atau initial public offering (IPO). Lighthouse company merupakan perusahaan mercusuar yang ditargetkan bursa untuk IPO setiap tahunnya.
Perusahaan dalam kategori lighthouse memiliki minimum kapitalisasi pasar sebesar Rp 3 triliun. Selain itu realisasi free float minimal 15%.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, sektor yang berpotensi melantai di bursa tahun ini mencakup infrastruktur, pertambangan, dan finansial. Namun, Ia belum bisa menyebut apakah perusahaan itu akan melantai di BEI tahun ini atau tahun depan.
Menurut Nyoman, perusahaan perusahaan tersebut sudah memenuhi kriteria (eligible) untuk melantai tahun ini berdasarkan laporan keuangan masing-masing. Namun, prosesnya akan bergantung pada respons dan kesiapan perusahaan saat BEI melakukan permintaan atau inquiry informasi.
“Kalau dari si laporan keuangan eligible tahun ini, tapi tentunya pace-nya kecepatan tergantung mereka pada saat kita inquiry informasi,” kata Nyoman kepada wartawan di Gedung BEI, akhir Oktober lalu.
OJK sebelumnya mencatat, terdapat 20 calon emiten yang masuk ke dalam pipeline penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun total dana yang akan digalang berkisar Rp 10,33 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) September 2025 mengatakan penghimpunan dana di pasar modal juga menunjukkan perkembangan positif.
Hingga September 2025, nilai penawaran umum oleh korporasi mencapai Rp 186,52 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp 13,15 triliun di antaranya merupakan fundraising dari 17 emiten baru.
Daftar Calon Emiten Potensil IPO di BEI
Berdasarkan rumor yang beredar, terdapat sejumlah calon emiten yang masuk radar. Dari sektor keuangan, dua nama yang mencuat adalah PT Super Bank Indonesia dan PT Bank DKI, yang kini telah berganti nama menjadi Bank Jakarta.
Sementara itu, dari sektor non-keuangan, calon emiten potensial datang dari sektor pertambangan melalui PT Anugrah Neo Energy Materials, hingga dari sektor infrastruktur yakni PT Titan Infra Sejahtera.
Adapula nama PT Intam dalam konglomerasi Barito Group milik Prajogo Pangestu. PT Intam merupakan cucu usaha PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Bagaimana profil perusahaan yang digadang akan melantai di BEI?
Profil PT Super Bank Indonesia atau Superbank
Di tengah kabar IPO emiten lighthouse itu, aksi PT Super Bank Indonesia atau Superbank untuk mencatatkan sahamnya lewat IPO pun makin menguat. Berdasarkan kabar yang diterima Katadata.co.id, Superbank disebut telah menunjuk Sucor Sekuritas yang akan menjadi underwriter atau penjamin emisi efek IPO Superbank.
Katadata.co.id telah meminta tanggapan ke Sucor Sekuritas, namun pihaknya enggan berkomentar.
“Saya tidak bisa mengomentari, tunggu di website e-ipo aja untuk emiten yang akan listing nanti ya,” kata CEO PT Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya, ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (4/11).
Merujuk informasi yang dibagikan Stockbit Sekuritas pada pertengahan Oktober lalu. bank digital yang terafiliasi dengan Grup Emtek dan Grab itu disebut akan menggunakan mayoritas dana IPO untuk berbagai keperluan. Sebanyak 70% dari dana hasil IPO disebut akan digunakan oleh Superbank sebagai modal kerja untuk penyaluran kredit dan sisanya untuk belanja modal.
Sementara itu, Katadata.co.id sudah menghubungi manajemen Superbank beberapa waktu lalu untuk mengkonfirmasi kabar IPO. Juru Bicara Superbank menyatakan tidak memberikan komentar atas rumor atau spekulasi pasar.
"Fokus kami adalah menjaga kinerja yang kuat melalui solusi keuangan inovatif, pertumbuhan jumlah nasabah, serta kolaborasi dengan ekosistem terpercaya untuk mendorong pertumbuhan inklusif di Indonesia," ujar Juru Bicara Superbank kepada Katadata.co.id Selasa (7/10).
Profil Bank Jakarta
Di samping itu, PT Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta berencana menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan proses melantainya Bank Jakarta itu tak akan dilakukan terburu-buru.
Hal ini, menurut Dian, sesuai keinginan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung agar hasil yang diperoleh bisa optimal. “Sekarang persiapkan dengan baik, sehingga nanti IPO-nya itu juga bisa keluar pada waktu yang tepat,” kata Dian ketika ditemui di Amanaia Menteng, beberapa saat lalu.
Direktur Utama Bank DKI Agus H. Widodo bahkan menyebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah memberikan restu bagi perseroan untuk melanjutkan rencana IPO.
“Iya betul. Untuk kapannya, nanti kami informasikan lebih lanjut,” kata Agus ketika dihubungi Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.
Menurut Agus, perusahaan kini tengah menyiapkan berbagai keperluan untuk memperlancar proses IPO. Adapun Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung sebelumnya memberi tenggat agar proses IPO digelar dalam waktu dekat.
"Yang pasti saat ini sedang berproses untuk persiapan itu (IPO)," ujar Agus lagi.
Rencana IPO Bank DKI ini sudah beberapa kali diungkap Pramono kepada publik. Ia mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ingin Bank DKI mempersiapkan IPO sebagai bagian dari upaya pembenahan Bank Milik Pemprov DKI Jakarta itu.
Profil PT Anugrah Neo Energy Materials
Adapun di sektor pertambangan, PT Anugrah Neo Energy Materials disebut tengah bersiap untuk mencatatkan sahamnya di BEI. Perusahaan yang mengoperasikan tambang nikel laterit dan kawasan industri yang mengembangkan fasilitas pengolahan rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia itu disebut akan menghimpun dana jumbo dengan nilai triliunan di BEI.
Informasi yang beredar di kalangan pasar modal menyebutkan Neo Energy telah menyelesaikan tahap registrasi awal IPO dan kini bersiap memasuki tahap edukasi investor dalam waktu dekat. Adapun perusahaan akan melantai di BEI diperkirakan pada akhir tahun ini.
Merujuk laman resmi perusahaan, Neo Energi pertama kali beroperasi pada 2007 dengan mengantongi izin tambang di Morowali, Sulawesi Tengah.
"izin ini menjadi landasan awal bagi asset yang kelak menandai Langkah kami memasuki sektor pertambangan," tulis manajemen seperti dikutip Sabtu (11/10).
Katadata.co.id sudah berupaya mendapatkan konfirmasi dari manajemen Neo Energi mengenai kabar IPO ini. Namun hingga berita ini ditayangkan belum ada informasi resmi dari perusahaan.
Profil PT Titan Infra Sejahtera
PT Titan Infra Energy merupakan salah satu perusahaan infrastruktur dan logistik energi yang berkembang pesat di Indonesia. Berdiri sejak 2005, perusahaan ini mengelola dan mengembangkan berbagai lini bisnis yang mencakup penambangan batu bara, pengelolaan infrastruktur, hingga layanan logistik energi.
Sejak awal berdirinya, Titan Infra Energy telah membangun layanan infrastruktur energi terintegrasi yang meliputi pengelolaan jalan khusus batu bara, pelabuhan khusus batu bara, jasa kontraktor pertambangan, serta jasa pengangkutan darat dan air. Seluruh kegiatan operasionalnya di wilayah Selatan Pulau Sumatera, Indonesia.
Dalam sektor Sumber Daya Energi, perusahaan ini mengoperasikan dua tambang batu bara sebagai bagian dari kontribusinya dalam mendukung ketahanan energi nasional maupun internasional. Sementara pada lini Jasa Layanan Energi, Titan Infra Energy menyediakan layanan terintegrasi mulai dari kegiatan pertambangan, logistik, hingga pengangkutan energi.
Adapun di bidang Infrastruktur Energi, Titan Infra Energy menitikberatkan pengembangan dari hulu hingga hilir, yang mencakup pembangunan fasilitas di lokasi tambang, jalur distribusi, pelabuhan khusus, hingga layanan pengangkutan batu bara.
Pada tahun ini, PT Swarnadwipa Dermaga Jaya (PT SDJ), anak usaha dari PT Titan Infra Sejahtera melakukan penambahan fasilitas di Jetty 3 Pelabuhan SDJ untuk memperkuat infrastruktur logistik batu bara di Sumatera Selatan.
PT SDJ berperan dalam memastikan kelancaran distribusi batu bara dari tambang ke pelabuhan. Adapun pelanggan utamanya yakni PT Bukit Asam (PTBA).
Presiden Komisaris Titan Infra Sejahtera, Suryo Suwignjo, mengatakan meskipun harga batu bara global menurun, perusahaan tetap melanjutkan ekspansi dan inovasi secara terukur. Ia menilai fluktuasi tersebut merupakan bagian dari siklus normal industri komoditas.
“Kami tetap melakukan inovasi dengan perhitungan yang matang. Meski harga turun, permintaan batu bara masih cukup tinggi. Ini jadi peluang untuk terus mengefisiensikan proses produksi dan logistik,” kata Suryo dalan keterangannya di laman perusahaan.
Dari sisi kinerja, kata Suryo dalam lima bulan pertama tahun 2025, pertumbuhan PT Titan Infra Sejahtera menunjukkan tren positif dibandingkan tahun sebelumnya.
“Reputasi dan brand awareness perusahaan yang semakin kuat di industri batu bara menjadi modal besar dalam menghadapi rencana Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2025,” ucapnya, demikian tertulis dalam publikasi perusahaan, dikutip Rabu (5/11).
Profil PT Intam
Cucu usaha PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) PT Intam disebut bakal mencatatkan sahamnya melalui initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT Intam merupakan lini usaha Prajogo yang bergerak di bidang tambang emas.
Kabar IPO ini telah mendapat respon dari manajemen CUAN. Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada BEI, Sekretaris Perusahaan Petrindo Jaya Kreasi, Robertus Maylando Siahaya mengatakan perseroan belum memiliki rencana listing di bursa.
Namun, menurut dia, perusahaan tambang emas ini kini tengah aktif mengevaluasi berbagai peluang aset dan proyek. Robertus menjelaskan, opsi pendanaan yang dikaji meliputi investasi, akuisisi, hingga kemitraan strategis dengan tujuan mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan memberikan nilai tambah bagi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
“Untuk memastikan terciptanya sinergi terbaik yang dapat memperkuat posisi CUAN sebagai salah satu perusahaan di bidang pertambangan yang terintegrasi di Indonesia,” ucap Robertus dalam keterbukaan informasi BEI beberapa waktu lalu.
PT Intam merupakan perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi tambang emas. Perusahaan tersebut memiliki wilayah konsesi pertambangan emas seluas 18.500 hektare di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan laporan keuangan, pada tahun 2024, PT Intam mencatatkan nilai aset eksplorasi dan evaluasi sebesar US$ 3,60 juta atau Rp 58,77 miliar, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 3,4 juta atau Rp 56,02 miliar. Kegiatan eksplorasi ini berlokasi di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Menurut salah satu sumber Katadata.co.id, PT Intam baru-baru ini menyelesaikan proses eksplorasi di wilayah Ledang, Kecamatan Lenangguar, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Hasil eksplorasi tersebut menunjukkan adanya potensi cadangan emas yang menjanjikan di area konsesi milik perusahaan. Di wilayah ini PT Intam mengantongi Izin Usaha Tambang hingga tahun 2035.
“Selanjutnya area tersebut akan menjadi fokus eksplorasi lebih detail lagi,” ujar sumber Katadata.co.id.
Ia menambahkan bahwa konsesi milik PT Intam berbatasan langsung dengan wilayah konsesi tambang emas milik Grup PT Amman Mineral International Tbk (AMMN) di Sumbawa. Adapun area konsesi AMMN dikenal sebagai salah satu wilayah dengan cadangan emas dan tembaga terbesar di dunia.
Merujuk laporan CUAN, PT Intam merupakan cucu usaha yang berada di bawah PT Equator Sumber Energi (ESE) yang bergerak di bidang perusahaan holding dengan kepemilikan 99,9% saham. Sementara kepemilikan Petrindo Kreasi di ESE adalah 65%.
