Kabar IPO Neo Energy dan Masuknya Raksasa Baterai Cina, Intip Profil Usahanya

Nur Hana Putri Nabila
11 November 2025, 07:48
PT Anugrah Neo Energy Materials
PT Anugrah Neo Energy Materials
PT Anugrah Neo Energy Materials
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

 PT Anugrah Neo Energy Materials disebut tengah bersiap untuk mencatatkan perdana umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BE) akhir tahun ini. Bahkan, berdasarkan rumor pasar, Neo Energy disebut tengah melaksanakan proses Pre-Deal Investor Education (PDIE). 

Rumor yang beredar itu juga menyebut bahwa raksasa baterai ternama sekaligus mitra strategis Volkswagen Group asal Cina, Gotion High-Tech akan resmi bergabung sebagai mitra strategis Neo Energy. 

Skemanya, Gotion dikabarkan akan mengambil porsi saham pada proyek HPAL (High-Pressure Acid Leaching) milik ANEM. Perusahaan juga akan menyediakan transfer teknologi dan jaminan pembelian (offtake) untuk produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).

Selain itu, Gotion juga disebut akan bertindak sebagai standby buyer dalam rencana IPO ANEM. Namun hingga saat ini belum diketahui berapa besaran porsi dan nilai investasinya. Perusahaan juga belum menyampaikan jadwal hingga berapa jumlah saham yang ditebar saat IPO.

Katadata.co.id sudah berupaya mendapatkan konfirmasi dari manajemen Neo Energi mengenai kabar IPO ini. Namun hingga berita ini ditayangkan belum ada informasi resmi dari perusahaan. 

Ihwal rencana IPO ini selaras dengan kabar terbaru yang diungkap oleh Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna. Dalam keterangan terbaru ia menyebut terdapat tiga perusahaan lighthouse yang bersiap listing di BEI akhir tahun. 3 emiten itu berasal dari sektor finansial, tambang dan infrastruktur.  

Lighthouse company merupakan perusahaan mercusuar yang ditargetkan bursa untuk IPO setiap tahunnya. Perusahaan tersebut memiliki dua karakteristik, yaitu minimum kapitalisasi pasar sebesar Rp 3 triliun dan realisasi free float minimal 15%.

Profil Perusahaan Tambang Nikel Anugrah Neo Energy  

Saat ini, operasi utama Neo Energy berpusat di dua kawasan industri hijau berstatus Proyek Strategis Nasional (PSN), yakni Neo Energy Morowali Industrial Estate (NEMIE) dan Neo Energy Parimo Industrial Estate (NEPIE). Kedua kawasan ini akan dilengkapi pelabuhan laut dalam, PLTA, dan solar farm sebagai wujud komitmen perusahaan terhadap energi berkelanjutan.

Tak hanya itu, Neo Energy menyatakan komitmen untuk mendukung pengembangan industri baterai kendaraan listrik (EV) global. Berdasarkan laman resmi perusahaan, Neo Energy menyediakan bahan baku berkualitas tinggi serta mendorong inovasi di seluruh rantai nilai baterai EV, mulai dari proses penambangan dan pengolahan hingga pengembangan teknologi katoda canggih. Perusahaan juga mengintegrasikan energi terbarukan dalam kegiatan operasionalnya. 

Dalam visi jangka panjangnya, Neo Energy punya ambisi menjadi pemimpin dalam produksi nikel ramah lingkungan dan pengembangan bahan energi baru untuk mempercepat transisi menuju masa depan bebas emisi karbon.  

Adapun misinya berfokus pada percepatan ekonomi hijau melalui pengelolaan komoditas secara bertanggung jawab dan pemanfaatan energi terbarukan yang berdampak. Pada 2024, penjualan bijih nikel Neo Energi mencapai 2,2 juta wmt.  

“Kami juga mendapatkan persetujuan RKAB baru dengan kapasitas produksi maksimum 2,5 juta wmt hingga 2026,” ujar manajemen.

Baru Akuisisi Aset Tambang Seiring dengan pengembangan usaha, perusahaan tercatat baru memperluas basis dengan mengakuisisi PT Multi Dinar Karya (MDK), operator konsesi pertambangan nikel Tojo Una-Una di Sulawesi Tengah. 

Akuisisi ini menambahkan tambang produksi kedua ke portofolio dan diversifikasi sumber bijih nikel   Dengan tambang Tojo Una-Una MDK, Neo Energi berkeyakinan bisa memperkuat keamanan pasokan bijih untuk pabrik pengolahan perusahaan kedepannya dan memperoleh skala yang lebih besar dalam operasi hulu. 

Penambahan area konsesi baru tidak hanya meningkatkan cadangan dan potensi produksi, tetapi juga semakin memperkuat posisi perusahaan sebagai penyedia terintegrasi untuk pasar bahan baku baterai kendaraan listrik. Pada September 2024 lalu, 

Neo Energy melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking untuk proyek High-Pressure Acid Leaching (HPAL) yang berlokasi di Kawasan Industri Neo Energy Morowali (NEMIE). Pembangunan smelter HPAL ini disebut menjadi pembangunan smelter pertama di Indonesia yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan.  

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada saat peletakan batu pertama menyatakan proyek baterai HPAL Neo Energy ini diharapkan akan mampu menambah kapasitas MHP nasional sebanyak 120 ribu MT per tahun.

Seiring dengan rencana IPO, Kawasan Industri Neo Energy Morowali (NEMIE) dan Kawasan Industri Neo Energy Parimo (NEPIE) yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah dirancang untuk menjadi pusat hilirisasi nikel dan produksi material baterai yang ramah lingkungan. Membentang di lahan seluas 7.000 hektar, perkebunan ini akan segera memulai produksi MHP dan secara bertahap. 


Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...