EMTK Tambah Saham di Superbank (SUPA), Beli di Harga Berapa?
PT Elang Media Visitama Tbk (EMTK) menambah kepemilikan saham di PT Super Bank Indonesia (SUPA) pada pekan lalu. Berdasarkan keterbukaan informasi yang dipublikasikan perseroan pada Senin (29/12), transaksi pembelian saham dilakukan pada Rabu (24/12) dan Senin (29/12). Transaksi pembelian pada Rabu dilakukan sebayak 50 juta saham dengan harga Rp 1.050 per saham. Total dana yang dikeluarkan dari transaksi tersebut mencapai Rp 52,5 miliar.
Sedangkan pada transaksi pembelian hari ini, Emtek melakukan pembelian sebanyak 100 juta saham dengan harga Rp 895 saham. Total dana dari transaksi tersebut mencapai Rp 89,5 miliar.
Dengan transaksi pembelian saham tersebut, kepemilikan EMTK di SUPA meningkat dari 27,07% menjadi 27,51% atau setara 9,17 miliar saham.
Harga saham SUPA hingga perdagangan pukul 14.45 WIB naik 1,08% ke level Rp 935. Total saham yang ditransaksikan sepanjang hari ini mencapai 191 juta senilai Rp 172 miliar.
SUPA baru melantai atau mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (17/12). Selama proses IPO, SUPA sempat mencatatkan kelebihan permintaan atau oversubscribe hingga 318,69 kali dan diburu lebih dari 1 juta order.
Harga saham SUPA pun dibuka melesat 24,41% ke level Rp 790 atau menembus batas harga tertinggi perdagangan harian atau auto rejection atas (ARA) saat pembukaan perdagangan perdananya di BEI.
Volume saham yang diperdagangkan saat itu tercatat 1,97 juta dengan nilai transaksinya Rp 1,56 miliar. Sedangkan frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 1.048 kali. Kapitalisasi pasar Super Bank Indonesia melesat mencapai Rp 26,78 triliun.
Kemudian di hari kedua dan ketiga setelah IPO, saham SUPA juga menembus ARA hingga ke Rp 1.230 per lembar saham pada Jumat (19/12). Namun, pada hari keempat perdagangan saham atau Senin (22/12), harga sahamnya langsung berbalik menyentuh batas harga bawah atau ARB, turun 14,63% ke Rp 1.050.
Kinerja Keuangan Terbaru Superbank (SUPA)
Berdasarkan laporan keuangan bulanan anudited perserpan pada November 2025, Superbank membukukan laba sebelum pajak (PBT) sebesar Rp 122,4 miliar. Adapun pendapatan bunga bersih melonjak 165% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 1,4 triliun, seiring berlanjutnya ekspansi intermediasi.
Kinerja tersebut tercermin dari penyaluran kredit yang tumbuh melesat 58% secara tahunan mencapai Rp 9,3 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga atau DPK bahkan tumbuh lebih kencang mencapai 149% menjadi Rp 11 triliun. Total aset Superbank hingga akhir November pun naik 69% secara tahunan menjadi Rp 18 triliun.
Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan, torehan tersebut mencerminkan fundamental perseroan yang semakin solid dan arah pertumbuhan yang jelas. Ia menilai kenaikan jumlah nasabah, aktivitas transaksi, serta kinerja keuangan yang berkelanjutan menunjukkan model bisnis Superbank kian matang.
“Fokus kami tetap pada membangun layanan perbankan digital yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari, dijalankan secara prudent, dan didukung oleh fondasi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang,” ujar Tigor dalam keteranganya, dikutip Senin (22/12).
Sejak meluncurkan aplikasi digital pada Juni 2024, Superbank telah melayani lebih dari 5 juta nasabah. Rata-rata transaksi harian telah melampaui 1 juta transaksi per hari, dengan kenaikan lebih dari 40% pada kuartal III 2025 dibandingkan periode sebelumnya.
Sejalan dengan penguatan kinerja dan permodalan, Superbank memenuhi kriteria Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 2 setelah mencatatkan saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Dengan modal inti yang telah melampaui Rp 6 triliun, Superbank kini memiliki struktur permodalan yang lebih kuat untuk memperluas skala usaha dan memasuki fase pertumbuhan kedepannya.
