Efisiensi dan Segmentasi Mikro, Kunci Laba Tinggi BRI
Efisiensi dan fokus pada segmen mikro menjadi kunci PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) membukukan kinerja keuangan dengan laba bersih konsolidasian mencapai Rp15,56 triliun per kuartal I 2023. Angka tersebut naik 27,4 persen secara tahunan.
“Melihat dari pencapaian kinerja BRI pada kuartal pertama tahun ini, tidak hanya dari pertumbuhan kredit, tapi juga datang dari adanya efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan,” ujar Head of Equity Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (8/5).
Lebih rinci, Agung menjelaskan bahwa kemampuan bank meningkatkan efisiensi terlihat dari pertumbuhan biaya operasional BRI yang lebih rendah dibandingkan pendapatannya. Salah satu indikatornya ada pada biaya kredit bank yang turun 198 basis poin per Maret 2023 dibanding posisi yang sama tahun lalu.
Kemampuan bank meningkatkan efisiensi terlihat pula dari return on average equity (ROAE) atau tingkat pengembalian ekuitas rata-rata yang naik di atas 20 persen. “ROA (return on asset/tingkat pengembalian aset) juga tercatat naik dibandingkan periode sebelumnya,” kata Agung.
Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) turun, dari 64,26 persen pada kuartal I 2022 menjadi 60,7 persen pada kuartal I 2023. Seiring hal tersebut, BRI juga mengelola dana secara optimal. Rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) BRI susut, dari 38,37 persen per Maret 2022 menjadi 37,37 persen per Maret 2023.
Terkait hal tersebut, Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto, mengungkapkan segmen mikro menjadi kontributor utama pertumbuhan. Kredit segmen mikro BRI mampu tumbuh dobel digit sebesar 11,18 persen sepanjang Januari-Maret 2023.
Dengan demikian, total kredit BRI secara konsolidasi tumbuh menjadi Rp1.180,12 triliun. Sebanyak 47,7 persen dari total kredit disalurkan kepada segmen mikro dan ultramikro. “Sedangkan untuk segmen UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) porsinya telah mencapai 83,86 persen dari total kredit BRI, atau setara dengan Rp989,64 triliun,” ungkap Catur.
Ia menambahkan, kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit juga diimbangi dengan pengelolaan manajemen risiko yang prudent. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) pada akhir kuartal I 2023 yang berada pada level 2,86 persen. Capaian itu membaik dibanding NPL pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 3,09 persen.
“Membaiknya kualitas kredit tersebut membuat credit cost BRI membaik, sehingga mampu mendorong kinerja BRI,” pungkas Catur.