Ini Respons Ketua Perhimpunan Bank Asing Soal Rencana Ekspansi CICC di RI
Perhimpunan Bank-bank Internasional Indonesia (Perbina) merespons rencana bank investasi terbesar asal Cina, China International Capital Corp (CICC), menetapkan Indonesia sebagai salah satu tujuan ekspansinya di Asia Tenggara. Perbina menilai CICC akan membidik pasar perusahaan-perusahaan Cina yang beroperasi di Indonesia.
Batara Sianturi, Ketua Perbina sekaligus CEO Citi Indonesia, mengatakan Perbina menyambut baik investasi dari bank asing, baik dari Amerika Serikat (AS), Eropa, maupun Asia. Menurutnya, investasi dari bank-bank multinasional tersebut memberikan diversifikasi dan variasi solusi yang bermanfaat.
Ia juga menekankan pentingnya dukungan investasi, baik di sektor riil maupun sektor keuangan, termasuk dari bank-bank Cina, yang memiliki peran dalam mendukung perusahaan-perusahaan Cina yang beroperasi di Indonesia.
“Jadi, kami telah melihat tren ini. Perusahaan Jepang datang ke sini untuk mendukung perusahaan-perusahaan multinasional Jepang di Indonesia, hal yang sama terjadi dengan perusahaan Eropa, Amerika,” katanya kepada wartawan di Park Hyatt Jakarta, Kamis (15/8).
Lebih lanjut, Batara menjelaskan bahwa Indonesia merupakan tujuan investasi yang sangat menarik bagi bank asing. Oleh karena itu, ia mengatakan sektor keuangan cenderung mengikuti perkembangan sektor riil. Ketika sektor riil berkembang, baik itu melalui investasi dari perusahaan multinasional asal Cina, Korea, atau Jepang, maka lembaga keuangan dari negara-negara tersebut pasti akan mendukung.
Di samping itu, Batara juga mengatakan bahwa setiap bank memiliki peran yang spesifik, baik itu bank lokal, bank regional, maupun bank global. Tidak ada satu bank pun yang dapat menangani semua hal sendirian.
Misalnya, bank dari Korea atau Jepang cenderung mendukung perusahaan multinasional asal negara mereka yang beroperasi di Indonesia. Ia menilai bank asing tersebut juga memiliki konektivitas yang kuat dengan negara asalnya, sehingga kantor pusat perusahaan tersebut mungkin sudah mendapatkan dukungan dari bank lokal di Korea atau Jepang.
“Dan di sini juga akan di-support oleh anak perusahaan Korea yang beroperasi di Indonesia untuk perusahaan-perusahaan multinasional Korea yang beroperasi di Indonesia,” tuturnya.
Perlu Siapkan Modal Inti Minimal Rp 10 Triliun
Sebelumnya, CICC dikabarkan tengah mencari pasar baru lantaran aktivitas transaksi di Cina dan Hong Kong berjalan lambat. Meningkatnya tensi geopolitik dan melemahnya ekonomi Tiongkok membuat aktivitas transaksi penggalangan dana di Hong Kong dan Cina lesu.
Kabar rencana masuknya CICC ke Indonesia sudah santer terdengar. Akan tetapi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan belum menerima permohonan resmi dari CICC untuk membuka kantor perwakilan di Indonesia. OJK juga baru mendengar informasi tersebut dari pemberitaan media asing.
"Berdasarkan informasi yang kami miliki belum terdapat permohonan atau pernyataan resmi dari CICC kepada OJK mengenai rencana ekspansi pembukaan kantor di Indonesia," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae kepada Katadata.co.id, Juli lalu.
Dian menjelaskan, pembukaan Kantor Cabang Bank Luar Negeri (KCBLN) harus merujuk pada Peraturan OJK 12/03 Tahun 2021. Aturan tersebut mengatur bahwa pendirian KCBLN itu harus berbadan hukum Indonesia. Bank tersebut juga harus menyediakan modal inti minimal Rp 10 triliun.
"Berdasarkan hasil penelitian OJK, bank dapat beroperasi secara efisien, menghasilkan laba, serta memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional jika modal inti yang dimiliki berada pada rentang Rp 10 triliun," tutur Dian.
Kompetisi Bakal Semakin Ketat
Masuknya bank besar asal Cina ini akan memperketat persaingan dengan bank-bank lokal maupun bank asing yang sudah lebih dulu ada di Indonesia. Kompetisi untuk memperebutkan pasar kredit bisa dipastikan bakal semakin ketat. Akan tetapi, masuknya bank asing tidak selalu berarti negatif.
Pengamat perbankan Ryan Kiryanto menilai semakin banyak pemain-pemain yang bagus di pasar perbankan suatu negara, tingkat persaingan di pasar akan semakin sehat. "Siapa yang diuntungkan dengan masuknya asing? Konsumen. Karena kita sebagai nasabah, itu punya pilihan-pilihan," kata Ryan.
Menurutnya bank asing bisa jadi akan membawa teknologi canggih maupun menawarkan produk simpanan dan fasilitas kredit yang menarik bagi nasabah. Hal itu justru bisa memberikan inspirasi bagi bank-bank lokal untuk mengadopsi teknologi atau produk yang bagus. Alhasil, persaingan menjadi lebih terbuka dan lebih sehat.
"Bank-bank lokal akan terus memperbarui dirinya, melakukan improvement agar daya saing bank-bank lokal itu tidak tertekan, tidak menurun ketika masuknya bank-bank asing tadi," tuturnya.