Nobu Dibeli Hanwha, Begini Kinerja dan Prospek Saham Bank-bank Korsel di RI
Perusahaan asuransi jiwa terbesar di Korea Selatan Hanwha Life Insurance Co., Ltd., resmi mengakuisisi 40% saham PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU). Melalui aksi tersebut, sebanyak 2,99 miliar saham NOBU yang sebelumnya dimiliki oleh tujuh entitas telah berpindah tangan ke Hanwha.
Tujuh pemilik lama tersebut adalah PT Putera Mulia Indonesia, PT Prima Cakrawala Sentosa, PT Star Pacific Tbk, PT Inti Anugerah Pratama, PT Ciptadana Capital, PT Lenox Pasifik Investama Tbk, dan PT Multipolar Tbk. Dengan transaksi ini, Hanwha Life resmi menjadi pemegang saham pengendali di Bank Nobu.
Masuknya Hanwha Life ke dalam kepemilikan saham NOBU menambah panjang daftar bank nasional yang sahamnya diakuisisi oleh investor asal Korea Selatan. Sebelumnya, tercatat ada empat bank lain yang telah lebih dulu menerima suntikan modal dari perusahaan Korea, yakni PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP), PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA), PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) dan PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS).
Lantas bagaimana kinerja keuangan dan pergerakan saham dari keempat bank tersebut? Dan apakah saham-saham itu layak untuk dikoleksi oleh investor?
PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP)
Bank asal Korea Selatan, Kookmin Bank berhasil mengakuisisi saham PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) secara bertahap sejak 2018. Merujuk situs resmi Bank Bukopin, hingga kini Kookmin Bank telah mengendalikan 66,88% saham Bukopin.
Menilik laporan kinerja kuartal pertama tahun 2025, Bukopin mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 351,92 miliar, sementara pada periode yang sama tahun lalu, BBKP mengalami kerugian sebesar Rp 827,30 miliar.
Kinerja laba ini, terutama ditopang pendapatan dari pembalikan penyisihan kerugian nilai atas aset keuangan atau pencadangan sebesar Rp 152 miliar. Ini berbanding terbalik dibandingkan kuartal I 2024, dimana penyisihan kerugian nilai atas aset keuangan atau pencadangan menjadi beban sebesar Rp 945 miliar.
Sementara itu, pendapatan bunga dan syariah BBKP naik 9% menjadi Rp 248,32 miliar dari periode sebelumnya sebesar Rp 227,95 miliar. Sementara itu, total beban bunga dan syariah juga meningkat menjadi Rp 1,07 triliun dari Rp 1,02 triliun secara year on year (yoy).
Adapun harga saham BBKP tidak bergerak dari level 58 pada perdagangan sesi pertama hari ini, Rabu (2/7). Harga saham BBKP meningkat 1,75% selama sepekan terakhir, tetapi terkoreksi 4,92% dalam sebulan terakhir. Sejak awal tahun, saham BBKP naik 7,41% dengan harga tertinggi berada di level 71 dan harga terendah di level 50.
Head of Research Retail MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan investor dapar membeli saham BBKP jika berhasil menembus level resistance di Rp 62. Adapun target harga jangka pendek diperkirakan berada di kisaran Rp 65 hingga Rp 69.
PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA)
Woori Bank Korea Selatan telah mencaplok sebanyak 90,75% saham PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA). Sejak 30 Desember 2014, bank yang awalnya bernama Bank Saudara ini resmi berganti nama menjadi PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk.
Menilik laporan kinerja kuartal pertama tahun 2025, Bank Woori Saudara membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 2% dari Rp Rp 151,15 miliar pada Maret 2024 menjadi Rp 154,33 miliar pada Maret 2025.
Pendapatan bunga Bank Woori Saudara naik 2,8% menjadi Rp 1,01 triliun dari periode sebelumnya sebesar Rp 978,66 miliar. Sementara itu, beban bunga justru menurun menjadi Rp 572,74 miliar dari Rp 585 miliar secara year on year (yoy). Bank Woori Saudara mencatatkan penyaluran kredit meningkat menjadi Rp 47,94 triliun dari Rp 46,88 triliun yoy.
Harga saham SDRA terkoreksi 1,23% atau 4 poin ke level 320 pada perdagangan hari ini. Harga saham SDRA stagnan selama sepekan terakhir dan menurun 6,43% selama satu bulan terakhir. Sementara sejak awal tahun, saham SDRA terjun 23,08% dengan level tertinggi berada di 416 dan level terendah di 318.
Herditya merekomendasikan pembelian saham SDRA dengan keterangan berisiko tinggi atau speculative buy. Ia memperkirakan level support SDRA berada di Rp 318, dengan resistance di Rp 330. Target keuntungan berada di level Rp 332 hingga Rp 340.
PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR)
PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR), yang sebelumnya bernama Bank Andara merger bersama Bank Dinar. Adapun pada 2018, saham Bank Dinar telah diakuisisi oleh perusahaan Korea Selatan bernama OK Next Co., Ltd sebanyak 77,38% saham.
Menilik laporan kinerja kuartal pertama tahun 2025, Bank Oke Indonesia mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 606% dari 4,3 miliar pada kuartal 2024 menjadi Rp 30,42 miliar.
Adapun pendapatan bunga Bank Oke Indonesia meningkat Rp 281,70 miliar dari Rp 245,95 miliar. Beban bunga juga meningkat menjadi Rp 122,56 miliar dari Rp 103,84 miliar. Sementara itu, penyaluran kredit tercatat meningkat dari Rp 216,59 miliar pada kuartal I 2024 menjadi Rp 244,51 miliar .
Harga saham DNAR naik 1,94% atau 2 poin ke level 105 pada perdagangan hari ini. Selama kurun waktu satu pekan dan satu bulan terakhir, saham DNAR terkoreksi masing-masing 1,87% dan 4,55%. Sejak awal tahun, saham bergerak fluktiatif dan terkoreksi 7,08%
Herditya menyarankan untuk melakukan trading buy atau perdagangan jangka pendek. Support saham DNAR berada di Rp 100, dengan resistance di Rp 107. Adapun target harga ada di kisaran Rp 112 hingga Rp 116.
PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS)
Bank IBK Indonesia bernama Bank Agris sebelum diakuisisi Industrial Bank of Korea (IBK) pada 2019 dan berganti nama menjadi PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS). IBK Korea Selatan kemudian menjadi pengendali dengan kepemilikan 95,79% saham.
Menilik laporan kinerja kuartal pertama tahun 2025, AGRS mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang meningkat menjadi Rp 54.58 miliar, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, laba AGRS sebesar Rp 45.91 miliar.
Pendapatan bunga AGRS turun 32% menjadi Rp 350 miliar dari Rp 518.66 miliar pada kuartal perdana 2024. Beban bunga juga menurun menjadi Rp 196 miliar dari Rp 386 miliar secara yoy. Sehingga pendapatan bunga bersih menjadi Rp 153.99 miliar. Adapun AGRS mencatatkan penyaluran kredit meningkat menjadi Rp 12.97 triliun dari Rp 11.70 triliun pada periode Maret 2024.
Harga saham AGRS turun 1,54% atau 1 poin ke level 64 pada perdagangan sesi pertama. Selama sepekan lalu, saham meningkat 1,59% dan terkoreksi 3,03% bila ditinjau selama satu bulan ke belakang. Sejak awal tahun, saham AGRS mengalami menurun 11,11% dengan harga tertinggi berada di level 76 dan harga terendah di level 55.
Herditya menyarankan investor untuk menanti dan menunggu terlebih dahulu arah pergerakan harga sebelum mengambil keputusan beli. Support terdekat berada di Rp 63, dan resistance di Rp 65.
