Ekonom Proyeksikan Surplus Neraca Perdagangan RI Merosot Tajam Imbas Ekspor Lesu

Rahayu Subekti
3 November 2025, 09:40
Ekspor
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/nz
Pekerja menyelesaikan produksi produk fesyen di Pabrik Tekstil Tectona di Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/10/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sejumlah ekonom memproyeksikan surplus neraca perdagangan pada September 2025 akan merosot tajam. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan, surplus neraca perdagangan pada periode tersebut hanya US$ 3,19 miliar atau setara Rp 53,34 triliun (kurs JISDOR Rp 16.625 per dolar AS).

“Angka ini turun tajam dari USD 5,49 miliar (setara Rp 91,76 triliun) pada Agustus 2025,” kata Josua kepada Katadata.co.id, Senin (3/11).

Josua menjelaskan, penurunan surplus neraca perdagangan ini karena ekspor melemah secara bulanan, sementara impor menguat. Meski menyusut, Josua menyebut hal ini masih meneruskan tren surplus neraca perdagangan yang panjang yakni 65 bulan berturut?turut.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro juga memproyeksikan hal yang sama. “Neraca perdagangan diperkirakan surplus US$ 3,2 miliar setara Rp 53,2 triliun) pada September 2025. Surplus perdagangan ini lebih rendah,” kata Andry.

Andry menilai surplus neraca perdagangan pada periode tersebut menyusut karena peningkatan impor secara bulanan. Sementara itu ekspor pada periode itu turun secara bulanan. 

Penyebab Menyusutnya Ekspor RI

Josua memperkirakan ekspor Indonesia pada September 2025 secara tahunan masih tumbuh sekitar 7,72% secara tahunan atau year on year (yoy). Namun angka ini turun secara bulanan sekitar 4,83%.

Penopang ekspor tetap datang dari hilirisasi, terutama besi dan baja. Sementara kenaikan harga minyak sawit mentah memberi dorongan kinerja ekspor.

Namun ekspor RI ke AS dan Jepang menurun. “Ke Amerika Serikat dan Jepang cenderung melemah dengan pasar AS normalisasi setelah penerapan tarif timbal balik pada Agustus,” kata Josua.

Sementara itu, Josua memperkirakan nilai impor secara tahunan diproyeksikan naik sekitar 9,28% yoy. Lalu secara bulanan sekitar 5,63%.

“Pendorong utamanya adalah perbaikan kinerja pabrik dalam negeri, tercermin dari indeks manufaktur yang kembali ekspansif pada Agustus hingga September 2025, serta sinyal penerimaan bea masuk yang naik sekitar 5,77% mtm pada September,” ujar Josua.

Di sisi lain, Andry mengungkapkan masih ada peningkatan aktivitas perdagangan Indonesia dengan mitra utama. Andry mengatakan ekspor ke Cina pada September 2025 naik 26,4% yoy, ekspor ke India naik 19,5% yoy, dan ekspor ke negara ASEAN seperti Singapura naik 35,5% yoy. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...