Unilever Tetap Bagikan Dividen 100% Laba Bersih Meski Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 tak menghalangi PT Unilever Indonesia Tbk atau UNVR mempertahankan 'tradisi' membagikan 100% laba bersih kepada pemegang saham. Perusahaan produk konsumsi itu akan membagikan dividen dengan total Rp 7,4 triliun untuk tahun buku 2019.
Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang digelar pada Jumat (24/7). RUPS Unilever menyepakati dividen tambahan senilai Rp 4,1 triliun atau Rp 107 per saham untuk melengkapi dividen interim yang sudah dibagikan sebelumnya.
Unilever membagikan dividen interim dengan total nilai Rp 3,3 triliun pada 18 Desember 2019. Nilai tersebut setara dengan Rp 430 per saham, sebelum Unilever memecah nilai nominal saham (stock split) pada Januari 2020, ekuivalen dengan Rp 86 per saham setelah stock split.
Sehingga dividen seluruhnya yang akan diterima oleh pemegang saham Unilever yang berhak untuk tahun buku 2019 sebesar Rp 193 per saham atau Rp 7,4 triliun. "Dividen final untuk 2019 akan dibagikan kepada pemegang saham yang berhak, selambatnya pada 19 Agustus 2020," kata Direktur sekaligus Sekretaris Perseroan Sancoyo Antarikso melalui siaran pers, Jumat (24/7).
Unilever membukukan laba bersih Rp 7,4 triliun sepanjang 2019. Angka tersebut anjlok hingga 18,5% dibanding 2018 sebesar Rp 9,08 triliun karena hilangnya kontribusi bisnis spreads.
Laporan keuangan pada 2019 mencatat bahwa Unilever meraih penjualan bersih Rp 42,9 triliun, tumbuh tipis 2,6% dibanding tahun sebelumnya Rp 41,8 triliun. Kontribusi penjualan perusahaan tahun lalu disumbang paling besar dari pasar domestik dengan capaian Rp 40,8 triliun, naik 5,8% dibanding 2018. Sedangkan penjualan ekspor turun hingga 11%.
Manajemen menyebut penurunan pendapatan terjadi karena kontribusi penjualan kategori spreads tetap dihitung pada laporan keuangan 2018. Meskipun, kategori tersebut telah didivestasi pada kuartal III 2018.
"Jika kontribusi bisnis spreads dikeluarkan dari angka penjualan bersih 2018, penjualan kami bisa tumbuh sebesar 4,8% pada 2019," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia, Sancoyo Antarikso dalam keterangan resminya, Jumat (31/1).
Begitu pun dengan perolehan laba bersih perseroan pada 2019 yang turun 18,5% menjadi Rp 7,4 triliun. Hal itu disebabkan pencatatan keuntungan non-reguler dari penjualan aset bisnis tak berwujud dari kategori spreads sebesar Rp 2,1 triliun pada 2018. Kategori tersebut menyumbang laba pada 2018 sekitar Rp 200 miliar.
Unilever diketahui menjual aset tak terwujud di kategori spreads pada 2018. Aset itu berupa hak mendistribusikan produk dengan merek dagang global Frytol, Blue Band Master, dan Blue Band, serta penjualan mencakup merek dagang lokal, yakni Minyak Samin dan Blue Band Gold.
Unilever juga melepas aset berwujud seperti alat produksi, perlengkapan, persediaan dan barang dagang, serta menyewakan sebagian tanah dan bangunan pabrik di Cikarang. "Jika tidak memperhitungkan keuntungan dari divestasi dan laba bisnis spreads, maka laba perseroan pada 2019 meningkat 9,3%," ujar Sancoyo.