Prodia Bagikan Dividen Rp 372 Miliar, Capai 60% dari Laba Bersih 2021
PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) membagikan dividen sebesar Rp 372 miliar atau sebanyak 60% dari perolehan laba bersih perseroan di 2021 sebesar Rp 621,62 miliar. Hal ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perusahaan.
"Untuk dividen yang akan diberikan sebesar 60% dari laba bersih. Kemudian, perseroan akan mengalokasikan (sisa laba bersih) sekitar Rp 200 miliar - Rp 250 miliar untuk belanja modal tahun ini," kata Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty dalam konferensi pers, Kamis (7/4).
Tahun lalu, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 2,65 triliun atau tumbuh 41,58% dari perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp 1,87 triliun. Kemudian, laba bersih perseroan juga tumbuh secara tahunan sebesar 131% dari sebelumnya Rp 268,75 miliar menjadi Rp 621,62 miliar.
Pendapatan dari masing-masing segmen pelanggan turut mengalami peningkatan dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan perseroan. Segmen pelanggan individu menyumbang sebesar Rp 896,22 juta, sementara dari segmen rujukan dokter menyumbang sebesar Rp 833,21 miliar.
Sedangkan, dari segmen referensi pihak ketiga berkontribusi sebesar Rp 562,17 miliar dan klien korporasi menyumbang sebesar Rp 360,64 miliar terhadap pendapatan perseroan.
Selain itu, sepanjang 2021, jumlah pemeriksaan mencapai 19,6 juta dan jumlah kunjungan mencapai 3,6 juta. Adapun, jumlah permintaan tes esoterik mengalami peningkatan sebesar 39,2% tahun lalu menjadi 2,2 juta tes. Hal tersebut turut mengerek pendapatan tes esoterik sebesar 42,7% menjadi Rp 999,2 miliar.
Sementara itu, pendapatan tes rutin juga meningkat 40,1% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Jumlahkunjungan pelanggan atau patient visit juga mengalami peningkatan sebesar 8,2% menjadi lebih dari 2,2 juta.
Di sisi lain, perseroan mencatat total aset pada 2021 mencapai Rp 2,72 triliun, yang terdiri dari aset lancar sebesar Rp 1,77 triliun dan aset non-lancar sebesar Rp 949,50 miliar.
Lalu, total ekuitas naik menjadi sebesar Rp 2,25 triliun dari sebelumnya Rp 1,79 triliun. Sedangkan, total liabilitas di 2021 sebesar Rp 466,27 miliar, yang terdiri dari total liabilitas jangka pendek sebesar Rp 268,91 miliar dan total liabilitas jangka panjang sebesar Rp 197,36 miliar.
Lebih lanjut, Dewi mengatakan, perseroan sudah fokus menyediakan layanan non-Covid-19 sejak 2021, karena kasus yang semakin melandai seiring dengan program vaksinasi yang semakin gencar dilaksanakan pemerintah. Oleh karena itu, perseroan tengah menyusun strategi pelayanan agar tidak bergantung pada dari layanan Covid-19.
Tahun ini, perseroan akan memfokuskan pada layanan home service yang registrasinya dapat dilakukan melalui aplikasi mobile milik perseroan. Selain itu, perseroan juga akan fokus pada layanan medical tourism dan digitalisasi.
"Kami melihat layanan digital yang ada banyak sekali mendapatkan pelanggan baru. Itu semua nanti akan diolah dan akan kami upayakan untuk menjangkau pelanggan baru dan meningkatkan market share (pangsa pasar) perseroan," kata dia.