Pasar Masih Lesu, Pan Brothers Bidik Pendapatan Tumbuh Tak Sampai 10%
PT Pan Brothers Tbk (PBRX) mengatakan, kondisi industri garmen di tahun depan masih penuh ketidakpastian. Sehingga, perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan akan sama seperti tahun ini atau tak sampai 10%.
Direktur Pan Brothers Fitri Ratnasari Hartono mengatakan, target keuangan tahun 2023 tidak akan jauh beda dari pencapaian tahun ini dan tahun lalu. Hal itu seiring langkah pembatasan yang diambil oleh pelanggan dan juga keterbatasan modal kerja.
“Untuk outlook karena dari beberapa buyer masih waspada, jadi kita targetnya stabil seperti tahun ini. Kalaupun naik tidak signifikan, tidak sampai 10%,” katanya dalam paparan publik, Senin (19/12).
Meski begitu, Indonesia dapat keuntungan dari langkah pembatasan beberapa negara soal garmen. Di mana, ada pembeli yang mengalihkan pesanannya ke Indonesia.
Lebih lanjut, untuk mengejar pertumbuhan di tahun depan Pan Brothers telah menyiapkan belanja modal senilai US$ 3-5 juta. Perseroan juga menargetkan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue rampung pada Desember atau paling lambat Januari 2023.
Dalam aksi korporasi itu, perseroan menerbitkan sebanyak-banyaknya 15 miliar saham biasa atau sebesar 69,84% dari modal ditempatkan. Dengan harga pelaksanaan Rp 50 per saham, maka dana yang akan diterima perseroan dalam PMHMETD IV ini sebanyak- banyaknya Rp 750,18 miliar.
Di mana, setiap pemegang 250 saham berhak atas 579 HMETD. Namun, para pemegang saham yang tidak mengambil bagian atas HMETD yang menjadi haknya akan terkena dilusi kepemilikan sebesar 69,84% dari persentase kepemilikannya sebelum PMHMETD.
Sementara itu, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, seluruh dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk modal kerja untuk mendukung pengembangan usaha perseroan. Termasuk tidak terbatas pada pembelian bahan baku, biaya produksi, biaya operasional, biaya pemasaran, dan lain-lain.
“Rights issue bukan untuk refinancing. Refinancing sudah selesai dan diperpanjang. Untuk pinjaman sindikasi sampai akhir 2023 dan bond sampai 2025. Ini untuk tambah modal kerja, untuk pembelian bahan baku dan operasional,” kata Fitri.
Lebih lanjut, Fitri menambahkan perseroan sudah menyiapkan tiga strategi jangka panjang untuk mendorong pertumbuhan kinerja. Pertama, menjadi mitra strategis bagi pembeli. Dalam hal ini, pelanggan akan berkomitmen untuk memberikan jumlah pesanan minimum yang disepakati kepada perseroan. Kepastian dalam penjualan juga akan membantu perseroan untuk mengelola anggaran pembelian material dan rencana produksi dengan lebih baik.
Kedua, meningkatkan margin perseroan. Dalam hal ini, memprioritaskan pelanggan yang menawarkan margin lebih tinggi, terutama dari pelanggan kecil hingga menengah dan fokus untuk memperoleh pesanan dari merek besar. Serta, diversifikasi produk ke produk gaya hidup premium.
Ketiga, inisiatif strategis lainnya. Perseroan akan mengevaluasi kembali beberapa perusahaan join venture-nya dan mempertimbangkan untuk keluar dan mempertahankan pabrik tertentu, serta mengkonsolidasikannya ke entitas lain yang dimiliki sepenuhnya.
Pan Brothers adalah produsen garmen terbesar yang didirikan pada tahun 1980. Perseroan memiliki portofolio klien internasional besar seperti Uniqlo, Adidas, The North Face, Salomon, Arcteryx, J Crew, Dillard, LL Bean, Macy’s, Orvis, Stella Mc Cartney, Spyder, Mavic, Strellson, Oviesse, Coin SpA, Holy Fashion, Atomic, Kathmandu, Duluth, Indygena, Polo Ralph Lauren, Sterling, Burton, Wilson, Christopher & Banks, Columbia, Hunter, Betabrand, Banana Republic, Joe Brown, Scotch & Soda, Disentis, Black Diamond, Dakine, Armada, G-Star, Woolrich, Jottnar, IKEA, dan lain-lain.
Terkait kinerja, Pan Brothers pada kuartal tiga 2022 membukukan penjualan US$ 501,96 juta, turun tipis 1,1 persen dari edisi sama tahun lalu US$ 507,81 juta. Namun, laba bersihnya anjlok 32 persen menjadi US$ 12,87 juta dari US$ 19,02 juta.