BNI Luncurkan Superapp Wondr untuk Tingkatkan CASA Sampai 80%
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau BNI meluncurkan superapp Wondr agar nasabah dapat melakukan pengelolaan keuangan yang lebih terencana sesuai kebutuhan finansial masing-masing. Peluncuran Wondr diharapkan mampu meningkatkan secara bertahap Current Account Saving Account (CASA) atau himpunan dana murah hingga 80% dari total dana pihak ketiga BNI.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, peluncuran Wondr by BNI merupakan realisasi perwujudan transformasi transformasi BNI untuk mempermudah transaksi sekaligus perencanaan masa depan masyarakat yang lebih optimal.
"Kami ingin secara bertahap naik CASA-nya menjadi 75% lalu naik lagi (menjadi) 80%," kata Royke dalam konferensi pers BNI dalam Peluncuran Wondr by BNI, Jumat (5/7). Royke juga menargetkan pertumbuhan tabungan nasabah ritel bisa mencapai 10% sampai 30%.
Direktur Teknologi dan Operasi BNI Toto Prasetyo menyebut tiga fitur dimensi keuangan di Wondr dirancang untuk dapat beradaptasi secara intuitif dengan menganalisis kebiasaan transaksi harian masyarakat.
"Saat ini aplikasi perbankan Wondr by BNI sudah dapat diunduh oleh masyarakat melalui layanan App Store dan Playstore dengan proses aktivasi yang mudah dan cepat," ujar Toto.
Menurut laporan kinerja pada kuartal pertama, pertumbuhan Current Account Saving Account (CASA) atau dana murah BNI mencapai 6% secara tahunan sedangkan deposito 2,4% secara tahunan. Secara keseluruhan, dana pihak ketiga (DPK) BNI meningkat 4,9% yoy.
Adapun pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) bank BUMN ini turun 9,77% yoy menjadi Rp 9,39 triliun. Hal ini terutama akibat membengkaknya beban bunga sebesar 47,5% yoy. Sementara itu, Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau Pre-Provision Operating Profit (PPOP) turun 5,4% menjadi Rp 8,2 triliun.
Menurut laporan kinerja BBNI, kenaikan laba bersih BBNI pada kuartal pertama 2024 terutama didorong oleh beban provisi yang turun 29% menjadi Rp 1,7 triliun. Dari segi operasional, kredit disalurkan tumbuh 9,6% yoy. Hal ini sejalan dengan panduan manajemen di level 9% sampai dengan 11% dan target industri dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni 9% dan 12%.