WPRF 2024: Masifnya AI Jadi Peluang atau Tantangan?
Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) terus menciptakan berbagai peluang di berbagai sektor, namun di sisi lain juga memunculkan tantangan baru.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi), Nezar Patria, mengatakan, kecerdasan buatan (AI) berperan sebagai katalis utama dalam transformasi digital Indonesia, terutama dalam mendukung berbagai pekerjaan. Ia menyebut AI diproyeksikan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB Indonesia, mencapai US$ 366 juta pada tahun 2030.
“Data ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah pasar untuk mengadopsi AI,” kata Nezar dalam World Public Relations Forum (WPRF) 2024 bertajuk Artificial Intelligence & Human Intelligence di Nusa Dua, Bali, Kamis (21/11).
Di samping itu, ia menyebut pemerintah secara bertahap dan cepat telah mengintegrasikan teknologi AI dalam berbagai aplikasi. Selain itu, sebanyak 95% bisnis di Indonesia menunjukkan minat untuk mengadopsi AI dalam model bisnis mereka.
Di sisi lain ada sekitar 22,1% pekerja Indonesia atau setara dengan 26,7 juta orang telah memanfaatkan AI untuk mendukung aktivitas mereka, khususnya dalam penelitian dan pengembangan. Sektor informasi dan komunikasi menjadi salah satu bidang yang paling banyak merasakan manfaat dari teknologi ini.
Nezar juga menyebutkan, banyak mitra platform teknologi telah menyadari pentingnya kolaborasi dan investasi untuk mendukung masa depan AI di Indonesia. Namun, menurutnya, meskipun ada optimisme, berbagai tantangan tetap harus diatasi guna memastikan adopsi AI yang kokoh dan inklusif di Tanah Air.
Sektor informasi dan komunikasi menjadi salah satu bidang yang paling terdampak positif, misalnya pengaplikasian AI dalam hubungan masyarakat (public relations).
AI menawarkan peluang besar dalam komunikasi publik, termasuk kemampuannya untuk menganalisis data secara real-time di luar platform media sosial. Namun, teknologi ini juga menghadirkan tantangan yang perlu dikelola dengan bijak.
“Ini memungkinkan PR teams untuk mengontrol dan menjawab masalah-masalah yang muncul dengan mudah,” ucapnya.
Ia mengatakan sistem AI mampu mengidentifikasi sentimen publik dan merespons secara proaktif terhadap tanggapan negatif. Dengan memberikan peringatan dini dan membantu menjawab pertanyaan publik, AI menjadi alat penting dalam manajemen.
Teknologi ini juga memperkuat strategi PR dengan kemampuan pelacakan data dan membantu tim PR mengambil keputusan yang sesuai dengan minat audiens.
Lebih jauh, ia mengatakan AI membantu menciptakan konten yang personal dan relevan bagi segmen audiens tertentu. Dengan menganalisis interaksi digital di luar PR dan merek, AI memungkinkan tim PR untuk menghasilkan konten yang lebih relevan dan menarik bagi audiens mereka.
“Dalam membicarakan tantangan AI di hubungan masyarakat, satu isu yang penting adalah kekurangan di sumber daya manusia dan teknologi,” ucapnya.
AI untuk Bertahan Hidup
Senior Vice President Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison Indonesia, Steve Saerang, menjelaskan bahwa sejak lahir manusia memiliki empati, kreativitas, dan etika yang tidak bisa ditiru oleh teknologi. Namun, keterbatasan waktu sering menjadi tantangan, sehingga teknologi seperti komputer, machine learning, deep learning, hingga kecerdasan buatan (AI) hadir untuk mengatasi kendala tersebut.
Menurutnya, AI dirancang untuk memecahkan masalah dengan menawarkan efisiensi, efektivitas, dan kemampuan multitasking yang melampaui manusia. Steve menegaskan bahwa AI bergantung pada data yang disediakan manusia dan tidak akan bisa menggantikan peran manusia sepenuhnya.
Ia membagi AI menjadi tiga jenis: AI sempit, seperti Siri dan Google Assistant; AI umum, yang digunakan dalam Industri 4.0 dengan robotika dan humanoid serta AI super, yang secara teoritis diklaim mampu beroperasi tanpa data manusia.
Namun, ia menilai AI superkomputer ini tidak mungkin terwujud karena manusia selalu bertahan hidup dengan kemampuan adaptasi dan pemenuhan kebutuhan mendasar. Menurut Steve, perkembangan AI harus tetap realistis dan tidak melupakan tujuan utamanya, yakni mendukung keberlangsungan hidup manusia.
“AI digunakan sebagai alat untuk bertahan hidup,” ucapnya.