Sosok Nurhayati Subakat, Perempuan Pendiri Paragon yang Kirim Bantuan ke Sumatra
PT Paragon Technology & Innovation mengirimkan bantuan ke korban bencana banjir bandang dan tanah longsor pada Kamis (11/12). Pengiriman bantuan ini merupakan bagian dari kolaborasi antara Kitabisa, Baitul Maal Merapi Merbabu (BM3), dan Paragon sebanyak 30 juta ton.
Pengiriman menuju lokasi bencana dilakukan dengan 2 pesawat kargo. Bantuan untuk Aceh dilakukan melalui BM3, sementara bantuan ke Medan diakomodir oleh Paragon.
Dalam kesempatan tersebut, Paragon mengirim beberapa jenis bantuan meliputi 1000 pcs sampo Wardah & sabun Biodef, 7 paket filter air (pompa), 7 paket filter air (saringan pasir), dan 3.050 paket rendang dan nasi.
“Alhamdulillah hari ini 30 ton bantuan diberangkatkan melalui jalur udara menuju Aceh dan Medan,” tulis Kitabisa melalui akun instagram resminya, dikutip Jumat (19/12).
Paragon merupakan sebuah perusahaan pengelola beberapa merek kosmetik seperti Wardah, Make Over, dan perawatan rambut. Perusahaan ini didirikan oleh Nurhayati Subakat.
Sosok Nurhayati kerap menjadi pembicaraan lantaran menjadi perempuan pengusaha yang inspirational. Ia kerap melakukan kegiatan yang menyasar mahasiswa dan kelompok muda.
Seperti apa sosok Nurhayati Subakat?
Profil Nurhayati Subakat
Dikutip dari laman resmi ITB, Nurhayati mengenyam seluruh pendidikan tingginya di ITB. Mulai dari sarjana Farmasi pada 1975 dengan predikat lulusan terbaik, dilanjutkan dengan pendidikan profesi apoteker di ITB pada 1976. Dia juga memiliki gelar doktor kehormatan (Honoris Causa) dari ITB.
Sebelum menjadi pengusaha, dia sempat bekerja menjadi apoteker di sebuah rumah sakit di Bandung. Namun tak bertahan lama karena hijrah ke Jakarta setelah menikah dengan suaminya.
Dia lalu diterima menjadi karyawan di salah satu perusahaan kosmetik multinasional. Pada 1979 dia didapuk sebagai manajer quality control di Wella Cosmetics. Jabatan ini dia duduki hingga 1985.
Usai mengakhiri karirnya di perusahaan orang, dia memutuskan untuk membuka usaha sampo rumahan bernama PT. Pusaka Tradisi Ibu (PTI). Perusahaan ini memiliki brand pertama dengan nama Putri sebagai haircare untuk salon profesional.
Usaha yang dilakoni sejak 1985 awalnya hanya dibantu seorang karyawan. Industri ini dikembangkanya berbekal keilmuan farmasetika saat menempuh pendidikan sarjana farmasi dan apoteker di ITB pada 1971-1975.
Dari waktu ke waktu, Nurhayati mulai mengembangkan formulasi produksinya hingga mampu bersaing di pasar sampai dengan saat ini. Usaha produksi kosmetik Nurhayati terus berkembang meskipun pada 1990 fasilitas industrinya sempat terbakar habis.
Lima tahun usai insiden tersebut, PTI kemudian melahirkan merek Wardah pada 1995. Wardah merupakan pelopor kosmetik halal di Indonesia.
Usai berdiri 26 tahun, PTI kemudian mengubah nama perusahaan menjadi Paragon Technology & Innovation pada 2010.
Setahun sebelum berganti nama, PTI sempat merilis merek baru bernama Make Over pada 2010. Sementara merek Emina diluncurkan pada 2014.
Hingga saat ini, Paragon menaungi belasan merek. Selain nama-nama di atas, Paragon juga memiliki merek seperti Kahf dan Labore. Paragon saat ini memiliki 43 pusat distribusi di Indonesia dan Malaysia
