[Foto] Pengingat dan Harapan Dua Dekade Gempa dan Tsunami Aceh
Minggu, 26 Desember 2004 pukul 07.59 WIB bumi di Provinsi Aceh berguncang kuat. Lalu, gelombang air laut dari Samudera Hindia datang, meratakan sebagian besar Bumi Serambi Makah dengan membawa tanah dan lumpur.
Gempa berkekuatan magnitudo 9,3 itu juga menyebabkan serangkaian tsunami dahsyat di sepanjang daratan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, seperti pesisir negara Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Beberapa negara Asia Selatan juga disapu tsunami, misalnya Sri Lanka, Maldives, dan India. Bahkan, gelombangnya mencapai sejumlah negara di pantai timur Afrika seperti Somalia dan Seychelles.
Hari yang kelam 20 tahun lalu itu telah meluluhlantakkan rumah, pertokoaan, gedung perkantoran dan berbagai fasilitas publik. Permukiman dan jalan dipenuhi puing-puing bangunan dan mayat para syuhada korban bencana.
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias (BRR NAD-Nias) melaporkan 200 ribu orang lebih meninggal dan hilang. Sekitar 650 ribu hektare lahan permukiman dan pertanian hancur. Dari total 36.145 unit rumah, sebanyak 20.917 unit rusak dan 162 unit fasilitas sosial juga terimbas, dengan tingkat kerusakan mencapai 62,31 persen.
Dua dekade setelah bencana gempa dan tsunami melanda Aceh, pembangunan infrastruktur dan ketahanan masyarakat di sana menunjukkan kemajuan yang signifikan. Tsunami 2024 sebagai sebuah pengingat, yang telah membuka mata dunia untuk lebih memahami tentang mitigasi bencana, solidaritas kemanusian dan pendidikan kebencanaan untuk generasi yang akan datang.
ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA
Puing sebuah becak motor khas Aceh dengan latar belakangmonumen pesawat Dakota RI-001 Seulawah (kiri) dan warga berolahraga di monumen pesawat Dakota RI-001 Seulawah di Blangpadang, Banda Aceh, Aceh (kanan).
ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA
Foto kolase sebuah alat berat membersihkan serpihan puing yang berserakan akibat tsunami di jalan kota dan halaman Masjid Raya Baiturrahman (kiri) dan pekerja dengan menggunakan alat berat memperbaiki payung elektrik di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Aceh (kanan).
ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA
Foto kolase warga berjalan diantara puing-puing dan kapal nelayan yang dibawa gelombang tsunami di depan Hotel Medan (kiri) dan warga melintas di depan Hotel Medan di Peunayong, Banda Aceh (kanan).
ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA
Foto kolase tumpukan kayu dan puing-puing yang dibawa gelombang tsunami di kawasan bundaran tugu Simpang Lima, Banda Aceh (kiri) dan pengguna lalu lintas melintas di kawasan bundaran tugu Simpang Lima, Banda Aceh, Aceh (kanan).
ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA
Foto kolase warga melihat tumpukan sampah dan puing-puing yang dibawa gelombang tsunami di depan gedung pasar Aceh (kiri) dan pengendara kendaraan bermotor melintas di depan bangunan pasar Aceh di Banda Aceh, Aceh.
ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA
Foto kolase warga dan korban bencana gelombang tsunami berkumpul di kawasan bundaran Simpang Lima, Banda Aceh (kiri) dan pengendara melintas di kawasan bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Aceh (kanan).
ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA
Foto kolase bangunan swalayan Pante Pirak yang rusak parah akibat gempa bumi (kiri) dan warga melintas di depan bangunan swalayan Pante Pirak yang telah dibangun kembali dan berganti nama dengan Suzuya di Banda Aceh, Aceh.
ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA
Foto kolase tumpukan kayu yang dibawa gelombang tsunami 26 Desember 2004 di halaman gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRK) Banda Aceh (kiri) dan Aparatur Sipil Negara (ASN) mengikuti apel dihalaman gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRK) yang telah menjadi kantor Diskominfotik Kota Banda Aceh di Banda Aceh, Aceh (kanan).
ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA
Foto kolase seekor gajah menarik sebuah kendaraan jeep diantara bangunan yang rusak akibat diterjang tsunami (kiri) dan warga melintas dengan menggunakan kendaraan bermotor di Surin, Banda Aceh (kanan).