Pemuda Tergerak Berwirausaha berkat Kartu Prakerja
Maylinda Rachma Sari, perempuan berusia 26 tahun asal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 2020. Kala itu, ia bekerja sebagai petugas fotokopi di sebuah perusahaan. Berusaha tetap semangat, ia mendaftarkan diri dan diterima pada Gelombang 9 Kartu Prakerja.
Program Kartu Prakerja memberi Maylinda kesempatan untuk menimba ilmu lebih dalam tentang bisnis. Dengan kata lain, program ini membawanya “mencicipi” jalan hidup sebagai wirausaha karena ia menjadi lebih percaya diri lewat bekal pelatihan yang baru ia selesaikan. Maylinda melihat usaha cetak foto dan fotokopi sebagai peluang.
“Dana insentif yang saya terima, saya gunakan sebagai modal usaha untuk mencicil kredit pembelian berbagai peralatan, seperti laptop, alat laminating, dan printer. Saat ini, usaha saya sudah berjalan lebih dari setahun,” ujar Maylinda.
Kehadiran Kartu Prakerja yang memantik hasrat berwirausaha juga dirasakan Miftakhul Huda. Ia adalah penerima Kartu Prakerja Gelombang 8. Dirinya semula bekerja sebagai petugas keamanan di suatu pabrik, lalu mengalami pemberhentian kerja karena pandemi Covid-19.
Setelah mendaftarkan diri dan dinyatakan diterima dalam program Kartu Prakerja Gelombang 8, Miftakhul mulai mencoba berjualan pakaian. Keinginan tersebut timbul berkat pelatihan kewirausahaan yang ia jalani dalam Program Kartu Prakerja. Sejauh ini, bisnis yang dijalankannya berjalan lebih dari setahun, dan bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup harian.
“Pelatihan komputer dalam Program Kartu Prakerja yang saya ikuti berguna dalam pembukuan dan merapikan data penjualan,” ucap Miftakhul.
Pengalaman Maylinda dan Miftakhul hanya sekelumit cerita pekerja di Tanah Air yang terdorong berwirausaha berkat Program Kartu Prakerja. Kisah ini disampaikan dalam dialog dengan Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto di Surabaya pada 13 Januari 2022, sebagaimana ditulis Kompas.com.
Menurut Airlangga, pengalaman Maylinda dan Miftakhul hanya segelintir contoh dari jutaan penerima Program Kartu Prakerja. “Kami mendorong alumni Program Kartu Prakerja untuk menekuni dunia wirausaha. Kalau mereka sudah berani memulai usaha, kami bantu pembiayaan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) dengan pola Kredit Usaha Rakyat (KUR), baik yang supermikro, mikro, maupun usaha kecil,” katanya.
Pada sisi lain, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari, menyebutkan sejak program dimulai pada 2020 hingga saat ini Kartu Prakerja menghasilkan lebih dari 1,2 juta wirausaha.
Ini tercapai karena pelatihan yang disediakan mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan yang relevan tentang beberapa aspek bisnis, seperti perencanaan, produksi, pengelolaan keuangan, hingga penjualan dan pemasaran.
“Pada aspek perencanaan, Kartu Prakerja menyediakan pelatihan untuk memulai bisnis, contohnya melalui pelatihan ‘Belajar Bisnis untuk Menjadi Pengusaha Online’,” kata Denni dalam keterangannya.
Catatan saja, Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja merilis laporan Survei Evaluasi Kartu Prakerja per 2021. Dalam laporan tersebut, terlihat 94 persen responden survei menganggap Kartu Prakerja memberi keterampilan baru, dan 93 persen responden merasa Kartu Prakerja meningkatkan efisiensi kerja dan meningkatkan soft skill mereka.
Peningkatan keterampilan yang didapat dari program tersebut membuat 27 persen peserta Kartu Prakerja yang sebelumnya menganggur, mendapat pekerjaan di berbagai bidang, maupun berwirausaha.
Kartu Prakerja merupakan salah satu program yang diluncurkan pemerintah pada masa pandemi Covid-19. Sejak dibuka pada 11 April 2020 sampai 1 Desember 2022, tercatat ada 16,42 juta peserta penerima dari 514 kabupaten/kota. Per tahun ini, tercatat ada 47 gelombang pendaftaran Kartu Prakerja.
Sejauh ini, pemerintah telah menambah daftar peserta yang bisa mengikuti Program Kartu Prakerja. Hal ini diatur dalam Perpres No. 76/2020 tentang Perubahan Perpres No. 36/2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja.
Pada dasarnya, Kartu Prakerja tidak hanya diberikan kepada pencari kerja, ataupun pekerja yang mengalami PHK. Peningkatan kompetensi kerja ini termasuk untuk pekerja yang membutuhkan peningkatan kompetensi, pekerja yang dirumahkan, dan pekerja bukan penerima upah yang termasuk pelaku usaha mikro dan kecil.
Seiring pergantian tahun, di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang semakin landai, pemerintah memastikan Kartu Prakerja akan berlanjut ke 2023. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memastikan, akan dilakukan penyesuaian dari skema semi bantuan sosial (bansos) seperti pada tahun-tahun sebelumnya, menjadi skema normal pada tahun depan.
Dalam skema normal, Kartu Prakerja akan lebih fokus pada pelatihan, bukan lagi semibansos seperti selama pandemi Covid-19. Program ini bakal semakin fokus memberikan bantuan peningkatan keterampilan dan produktivitas angkatan kerja melalui mode pelatihan luring, daring, maupun hybrid.
Mengutip laman Ekon.go.id, terkait pelaksanaan skema normal Kartu Prakerja pada 2023, pemerintah akan menyesuaikan besaran bantuan yang diterima peserta senilai Rp 4,2 juta per individu. Perinciannya yakni bantuan biaya pelatihan sebesar Rp 3,5 juta, insentif pascapelatihan Rp 600 ribu yang akan diberikan satu kali, serta insentif survei sebesar Rp 100 ribu untuk dua kali pengisian survei.