Ragam Pengembangan Gunung Karang: dari Camping hingga Wisata Kuliner

Ekowisata Gunung Karang yang sempat mati suri di masa pandemi kembali bersiap menyambut pengunjung. Ragam aktivitas menarik seperti permainan tradisional hingga susur gua siap dikembangkan.
Fitria Nurhayati
19 Juni 2023, 14:56
Ekowisata Gunung Karang yang sempat mati suri di masa pandemi kembali bersiap menyambut pengunjung. Ragam aktivitas menarik seperti permainan tradisional hingga susur gua siap dikembangkan.
Katadata

Gunung Karang sempat menjadi primadona wisata di Majalengka sebelum pandemi menghantam. Saat sedang ramai, kawasan bukit berbatu ini bisa dikunjungi ratusan orang per hari. Namun, sejak Covid-19, Gunung Karang seperti kehilangan pamornya. Jumlah kunjungan merosot drastis.

“Sekarang ada dua-tiga orang yang berkunjung saja sudah alhamdulillah,” kata Ketua Kelompok Perhutanan Sosial (KUPS) Apih Tayum.

Namun, pengelola tak patah arang. Pagi itu (26/1), udara terasa dingin menggigit tetapi Apih dan Ahdi Rahdian, Pendamping KUPS Gunung Karang, bercerita dengan penuh semangat soal rencana pengembangan ekowisata ini. 

Menurut rencana, pengembangan akan fokus di beberapa area. Mulai dari penambahan berbagai aktivitas menarik bagi pengunjung hingga kelengkapan sarana dan prasarana. 

Ahdi bercerita, Gunung Karang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi ekowisata yang memikat. Selain menyuguhkan pemandangan menawan, kawasan Gunung Karang juga bisa menjadi sentra pelestarian kebudayaan Sunda.

Ragam Pengembangan Gunung Karang: dari Camping hingga Wisata Kuliner
Tim Katadata sedang mendaki Gunung Karang. (Fitria Nurhayati/Katadata)

Salah satu rencana, pengelola akan menawarkan permainan tradisional sebagai bagian dari aktivitas wisata. Lokasinya akan berada di area dekat warung yang memang belum dimanfaatkan secara maksimal. Pengunjung bisa bernostalgia dengan permainan tradisional seperti jujungkungan (egrang), bakiak, dan sesepletan alias permainan ketapel. 

Menurut Ahdi, permainan tradisional ini memiliki beragam manfaat. Bakiak misalnya, mengharuskan pemain untuk menyelaraskan gerakan kaki dan mengatur tempo. Hal itu bisa membantu memperkuat konsentrasi, kerja sama dan keseimbangan tubuh. 

“Nilai tambahnya, ketika bermain sambil tertawa lewas, bisa meningkatkan produksi hormon serotonin dan dopamin yang membantu meningkatkan suasana hati sekaligus mendorong semangat,” tuturnya.

Pengelola akan memanfaatkan bahan-bahan dari alam seperti bambu, kayu, dan batok kelapa untuk membuat alat permainan. “Karena ini ekowisata, alias wisata yang berbasiskan alam, jadi kami akan menghindari penggunaan plastik dalam aktivitas di sini,” tegas Ahdi. 

Pengelola juga memilih menamai permainan tradisional dengan bahasa sunda. Dengan harapan dapat melestarikan budaya dan pengunjung yang datang bisa merasakan suasana Sunda. Permainan tradisional ini bukan hanya diperuntukkan bagi anak-anak saja, melainkan segala usia.

Setelah lelah bermain, pengunjung bisa bersantai sambil menikmati kuliner lokal. Pengelola akan menyediakan berbagai masakan tradisional seperti nasi liwet hingga rebusan pisang, ubi, dan jagung. Jika ingin menikmati cita rasa yang berbeda, ada juga rujak buah yang menunya akan disesuaikan dengan musim panen. Dengan aktivitas ini, pengunjung bisa ngariung bersama keluarga sembari menikmati pemandangan Gunung Karang. 

Pengembangan ini akan membuat masyarakat sekitar terlibat dalam ekowisata Gunung Karang. Warga di sekitar lokasi bisa menyuplai bahan pokok hingga berjualan untuk mendukung wisata kuliner. 

Ragam Pengembangan Gunung Karang: dari Camping hingga Wisata Kuliner
Lokasi yang akan dikembangkan menjadi area berkemah. (Fitria Nurhayati/Katadata)



Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...