Batik Siger Tumbuh Pesat, UMKM Naik Kelas Lewat Rumah BUMN BRI

Batik Siger berkembang lewat pemberdayaan perajin lokal dan produksi ramah lingkungan. Dukungan program Rumah BUMN BRI membantu usaha naik kelas melalui pelatihan, digitalisasi, dan akses pasar.
Try Surya Anditya
Oleh Try Surya Anditya - Tim Publikasi Katadata
1 Desember 2025, 08:05
Pemberdayaan UMKM Dorong Batik Siger Jadi Ikon Budaya Lampung
Bank Rakyat Indonesia
Pemberdayaan UMKM Dorong Batik Siger Jadi Ikon Budaya Lampung
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Di sebuah rumah produksi batik di Bandar Lampung, deretan kain bermotif khas Siger tersusun rapi. Di balik proses kreatif itu, berdiri Laila Al Khusna, pendiri Batik Siger yang lebih dari 10 tahun terakhir konsisten mengembangkan batik Lampung berbasis pemberdayaan masyarakat.

Kecintaannya pada batik tumbuh sejak kecil karena berasal dari keluarga pengusaha batik. Momentum semakin kuat ketika UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya pada 2009. Saat itu, pemerintah daerah juga mendorong setiap provinsi memiliki batik khas sebagai seragam ASN dan BUMN.

“Saya melihat peluang itu. Tapi saat itu, tidak ada pembatik di Lampung karena mayoritas berasal dari Jawa,” ujarnya.

Berbekal ilmu keluarga, Laila mendirikan Lembaga Kursus dan Pelatihan Batik Siger pada 2008. Dari ruang pelatihan itulah Batik Siger lahir, sekaligus membuka peluang bagi warga lokal agar batik Lampung dibuat oleh pembatik Lampung sendiri.

Perjalanannya tidak mulus. Ia mengaku sempat kesulitan mencari peserta meski sudah mendatangi RT, kelurahan hingga kelompok ibu-ibu.

“Motivasi utama saya adalah agar ilmu orang tua bermanfaat bagi masyarakat, terutama di Lampung, dan dapat mengangkat martabat daerah,” kata Laila.

Kini, beberapa alumninya telah membuka usaha batik sendiri. Sekitar 80% penjualan Batik Siger berasal dari pasar Lampung, sementara sisanya tersebar ke berbagai daerah melalui e-commerce.

Produksi Ramah Lingkungan dan Zero Waste

Selain fokus pada pelestarian budaya, Batik Siger menerapkan proses produksi ramah lingkungan. Sekitar 70% produksinya menggunakan pewarna alami, sementara pewarna sintetis diolah melalui sistem penyaringan limbah.

Bahkan sisa potongan kain dimanfaatkan menjadi produk turunan seperti aksesori untuk mendukung konsep zero waste.

Komitmen tersebut mengantarkan Batik Siger meraih penghargaan Upakarti pada 2014 atas kontribusi sosial dan lingkungan.

Naik Kelas Lewat Rumah BUMN BRI

Perkembangan Batik Siger tidak lepas dari pendampingan Program Rumah BUMN BRI. Laila mengenal program ini setelah adanya ajakan pemerintah daerah agar UMKM mengikuti pembinaan.

“Saya mulai aktif mungkin sekitar tahun 2011 atau 2012. Saya juga bergabung menjadi UMKM binaan BRI. Waktu itu kami diarahkan untuk mengisi produk di bandara. Lalu bergabung di grup WhatsApp juga untuk berbagi ilmu,” jelasnya.

Melalui pelatihan Rumah BUMN BRI, Laila belajar manajemen usaha, pemasaran, digital marketing, pemanfaatan e-commerce hingga literasi pembiayaan formal.

Menurutnya, pembinaan tersebut membantu UMKM memahami strategi pengembangan bisnis, termasuk prosedur dan risiko dalam mengakses permodalan. Ia menilai program ini efektif mendorong UMKM naik kelas.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Mikro BRI Akhmad Purwakajaya menegaskan komitmen perusahaan mendampingi pelaku UMKM agar bisa tumbuh berkelanjutan.

BRI tidak hanya menyediakan akses pembiayaan, tetapi juga pendampingan bisnis dan perluasan pasar, termasuk peluang ekspor.

“Strategi ini sejalan dengan upaya BRI untuk memperkuat ekosistem UMKM di Indonesia. Dengan kombinasi literasi, digitalisasi, dan fasilitasi akses, UMKM diharapkan dapat meningkatkan daya saing sekaligus menciptakan nilai tambah di pasar,” tegasnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...