Komunikasi Risiko Berperan Penting Tingkatkan Vaksinasi Covid-19
Salah satu tantangan pemerintah pada awal masa pandemi adalah kesulitan dalam mengomunikasikan data dan fakta mengenai virus Covid-19, risiko dan dampaknya kepada masyarakat luas.
Untunglah, menginjak akhir 2020, ketika vaksin diperkenalkan sebagai cara efektif untuk melawan virus Covid-19, pemerintah secara bertahap mampu memperbaiki kemampuannya dalam mengomunikasikan berbagai pesan penting untuk mengajak masyarakat melakukan vaksinasi guna melindungi dirinya dari dampak berat Covid-19.
Guna mempelajari persepsi dan penerimaan masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19, Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) lantas mempelajari berbagai faktor pendorong dan penghambat vaksinasi di empat provinsi, yaitu Jawa Tengah, Bali, Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan pada 19 April 2022, Bali berhasil mencatatkan 116 persen capaian vaksinasi dosis pertama dan 106 persen capaian vaksinasi dosis kedua.
Sementara, Yogyakarta mencatat capaian vaksinasi dosis pertama 111 persen dan dosis kedua 103 persen.
Jawa Tengah mencatatkan capaian vaksinasi dosis pertama 93 persen dan dosis kedua 81 persen. Adapun Sulawesi Selatan mencatatkan 95 persen capaian vaksinasi dosis pertama dan 63 persen dosis kedua.
Pemerintah telah merumuskan berbagai strategi komunikasi risiko agar rakyat mau divaksinasi.
Keberadaan para tokoh masyarakat, adat dan agama memegang peranan penting untuk mengajak rakyat divaksinasi.
Pendekatan insentif berupa pemberian door prize dan bansos juga berhasil mengajak banyak warga untuk divaksinasi.
Pendekatan lain berupa penerapan sanksi administratif juga digunakan untuk memastikan partisipasi warga dalam vaksinasi.
Penelitian ini menemukan bahwa pendekatan insentif dan sanksi adalah faktor pendorong terbesar dalam meningkatkan cakupan vaksinasi di empat provinsi.
Namun demikian, pemahaman masyarakat mengenai pentingnya vaksin, kegunaannya, dan dampak negatifnya, terutama bagi masyarakat dengan kondisi khusus and penyakit penyerta, belum banyak dipahami.
Karena itu, untuk mencapai ketahanan kesehatan dalam jangka panjang, komunikasi risiko sangat penting dilakukan supaya rakyat mampu melindungi dirinya sendiri dan keluarganya.
Sejumlah rekomendasi terhadap pemerintah pun disusun untuk memperbaiki kualitas komunikasi risiko di masa datang.
Kebutuhan mensinergikan informasi antara pusat dan daerah, anjuran untuk meningkatkan pengetahuan tentang komunikasi risiko, dan sensitifitas terhadap kelompok perempuan dan kelompok rentan bagi petugas kesehatan berada dalam daftar rekomendasi tersebut.