INFOGRAFIK: Badai Masalah Startup Indonesia
Musim dingin di industri teknologi masih menerjang startup Indonesia. Sederet permasalahan menerpa, mulai dari startup yang berhenti beroperasi hingga terseret kasus penyelewengan dana. Permasalahan ini berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawan.
Seperti dugaan manipulasi dan penggelembungan dana perusahaan startup eFishery yang diduga mencapai US$600 juta atau sekitar Rp9,7 triliun. Hal ini berakibat pada PHK terhadap 90% karyawannya. eFishery merupakan salah satu unicorn asal Indonesia dengan valuasi mencapai US$1,3 miliar atau sekitar Rp21,1 triliun.
Pada 2024, sejumlah startup peer-to-peer lending juga dicabut izinnya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Investree yang terakhir mendapat pendanaan seri D mencapai Rp3,6 triliun dicabut izinnya karena melanggar ekuitas minimum. Begitu pula TaniFund, anak usaha TaniHub Group. Anak usaha startup KoinWorks, yaitu KoinP2P, juga mengalami kerugian hingga estimasi Rp365 miliar akibat penipuan oleh borrower.
Bukalapak, salah satu startup yang pernah masuk daftar unicorn di bidang konsumer dan retail menutup layanan marketplace-nya yang berakibat pada PHK massal karyawan. Terakhir, Bukalapak mendapat pendanaan seri G mencapai Rp3,82 triliun.
Tren investasi startup Indonesia memang menunjukkan penurunan. Berdasarkan penghitungan Tech in Asia, pada 2024, kesepakatan investasi yang masuk ke startup Indonesia hanya mencapai US$770 miliar, turun 92% dibandingkan 2021.
“Kasus-kasus startup yang gagal mencapai profitabilitas setelah mendapatkan pendanaan besar membuat investor semakin berhati-hati,” kata ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda.