Rugi Bertahun-Tahun, Bank Jago Targetkan Laba Rp 50 Miliar Tahun Ini

Image title
15 April 2021, 14:49
PT Bank Jago Tbk memasang target agresif untuk meraih laba bersih senilai Rp 50 miliar sepanjang 2021. Padahal tiga tahun terakhir, perseroan membukukan kerugian.
Katadata
Bank Jago meluncurkan aplikasi keuangan bank digital

PT Bank Jago Tbk memasang target agresif untuk meraih laba bersih senilai Rp 50 miliar sepanjang 2021. Angka itu jauh lebih besar dibanding ketika Bank Jago membukukan kerugian pada tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan tahunan 2020, Bank Jago harus mengalami kerugian hingga Rp 189,56 miliar sepanjang tahun lalu. Rugi perseroan tercatat membengkak setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Pada 2018, perseroan mencatat kerugian Rp 23,28 miliar dan 2019 sebesar  mencapai Rp 121,96 miliar.

Pada 2021, Bank Jago juga menargetkan pertumbuhan aset sebesar 190% dari posisi per akhir 2020 yang senilai Rp 2,17 triliun. Target itu akan ditunjang oleh pertumbuhan kredit dan pembiayaan (syariah) hingga 259%, serta dana pihak ketiga hingga 138% dibanding 2020.

Bank Jago optimis mampu mencapai target-target tersebut setelah membangun platform digital banking dan menyiapkan infrastruktur IT untuk bertransformasi menjadi bank berbasis teknologi pada 2020. Untuk itu, pada 2021, Bank Jago telah siap untuk tumbuh dengan model bisnis baru yang sepenuhnya digital dan berbasis teknologi.

"Kami adalah tech based bank yang kolaborasi dengan ekosistem seperti yang digital base. Ini tidak hanya untuk funding dan transaksi, tapi juga untuk lending-nya," kata Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (12/4).

Segmen pasar yang akan menjadi target utama Bank Jago tahun ini adalah segmen masyarakat berpenghasilan menengah (middle income) dan pasar umum (mass-market). Bank ini bakal melayani nasabah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan ritel, baik secara konvensional maupun syariah.

Selain itu, bank akan melanjutkan pengembangan aplikasi digital banking Jago dengan memperluas fitur serta layanan yang disediakan sehingga semakin memperkaya pengalaman para nasabah dalam melakukan transaksi perbankan melalui aplikasi tersebut.

Perseroan juga berencana meningkatkan statusnya menjadi bank devisa. Peningkatan status menjadi bank devisa diharapkan dapat memperkuat struktur pendanaan valuta asing yang memungkinkan pendanaan alternatif.

"Selain itu, Bank juga dapat memberikan layanan valuta asing bagi segmen consumer dan SME, terutama yang berkaitan dengan transaksi ekspor-impor," kata Kharim menambahkan.

Aspek kunci lain yang akan terus dikembangkan oleh Bank Jago yaitu penguatan posisi bank agar dapat lebih leluasa berekspansi, sekaligus meningkatkan intensitas kerja sama dan sinergi dengan mitra ekosistem secara berkesinambungan. Kemitraan akan menjadi pendorong pertumbuhan jangka panjang.

Kinerja 2020

Pada April 2020, Bank Jago melakukan penambahan modal dengan nilai mencapai Rp 1,3 triliun dari hasil penawaran umum terbatas. Manajemen Bank Jago mengatakan, tambahan dana segar itu membuat rasio kecukupan modal (CAR) pada akhir 2020 mencapai 91,4%, yang lebih baik dari rencana Bank.

Dengan penambahan modal tersebut, Bank Jago memastikan tidak ada lagi pinjaman bermasalah (NPL) pada akhir 2020 alias 0%. Padahal NPL pada 2019 mencapai 2,05%. Sehingga Bank Jago mengawali 2021 dengan neraca yang lebih baik alias clean balance sheet.

Sejalan dengan suntikan modal, Bank Jago mampu meningkatkan penyaluran kredit dua kali lipat menjadi Rp 908 miliar pada 2020. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh 34% menjadi Rp 804 miliar. Sepertiga DPK berasal dari rekening giro dan tabungan sedangkan sisanya dari produk deposito berjangka.

Kendati penyaluran kredit dan penghimpunan DPK meningkat, realisasi tersebut tidak memenuhi target yang telah ditetapkan karena pertumbuhan ekonomi pada 2020 mengalami kontraksi sebesar -2,1%.

Berkat pertumbuhan pinjaman yang signifikan, pendapatan operasional Bank Jago meningkat lima kali lipat menjadi Rp 76 miliar. Namun, biaya operasional kami juga naik lima kali lipat menjadi Rp 238 miliar seiring dengan investasi teknologi.

"Jika komponen biaya operasional teknologi dan sumber daya manusia tidak diperhitungkan, Bank Jago mencatat laba sebesar Rp 4 miliar," kata Kharim.

Bank Jago menutup tahun 2020 dengan kerugian Rp 190 miliar, lebih rendah dari perkiraan semula.

Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...