BCA Kantongi Laba Bersih Rp 14,5 T, Meroket 18% Sepanjang Semester I
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) membukukan laba bersih Rp 14,5 triliun sepanjang semester I-2021. Keuntungan bank milik Grup Djarum tersebut melonjak 18,1% dibanding periode sama tahun lalu Rp 12,28 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, kenaikan signifikan laba bersih pada enam bulan pertama tahun ini karena basis perbandingan laba bersih yang lebih rendah pada semester I-2020.
"Dipengaruhi oleh tingginya tingkat biaya kredit (cost of credit) saat awal pandemi Covid-19 pada triwulan II tahun lalu. Biaya cadangan pada semester I-2020 tercatat 32,4% lebih besar dibanding periode sama tahun ini," kata Jahja dalam konferensi pers, Kamis (22/7).
Emiten berkode saham BBCA ini membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih sebesar 3,8% dari sekitar Rp 27,26 triliun menjadi Rp 28,3 triliun pada semester I 2021. Di sisi lain, pendapatan non-bunga turun 1,2% dari sekitar Rp 10,32 triliun menjadi Rp10,2 triliun.
Jahja menjelaskan, penurunan ini sebagai dampak pendapatan yang hadir hanya sekali dari penjualan portofolio reksa dana yang dibukukan tahun lalu. Namun sebagian besar dapat diimbangi oleh kenaikan pendapatan biaya (fee) dan komisi.
Pendapatan fee dan komisi naik 7,5% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan level sebelum pandemi Covid-19 melanda. Hal ini terutama ditopang oleh pulihnya pendapatan fee dari perbankan, seiring dengan peningkatan jumlah nasabah dan volume transaksi.
Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp 38,5 triliun atau naik 2,4% dari tahun lalu yang senilai sekitar Rp 37,6 triliun.
Berdasarkan perhitungan tahunan, BCA mampu menyalurkan kredit di angka Rp 593,6 triliun pada Juni 2021, didukung oleh segmen korporasi, kredit pemilikan rumah, dan kartu kredit. Kredit korporasi naik 1,0% secara tahunan dari Rp 257,82 triliun menjadi Rp 260,4 triliun pada Juni 2021.
Pada periode yang sama, KPR juga meningkat 2,9% dari Rp 90,96 triliun menjadi Rp93,6 triliun. "Kami juga melihat adanya peningkatan permintaan atas KPR selama pelaksanaan BCA Online Expoversary yang diselenggarakan pada Maret 2021," kata Jahja.
Saldo outstanding kartu kredit juga berhasil mencatatkan rebound, naik 4,5% secara tahunan dari Rp 13,4 triliun menjadi Rp 14,0 triliun. Kredit komersial dan UKM terkoreksi 1,0% secara tahunan dari Rp 184,65 triliun menjadi Rp182,8 triliun.
"Dipengaruhi oleh perlambatan aktivitas bisnis. Sementara itu, kredit kendaraan bermotor turun 13,4% secara tahunan (dari Rp 32,45 triliun) menjadi Rp36,8 triliun," kata Jahja.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga, dana murah (CASA) naik 21,0% secara tahunan dari Rp 576,12 triliun menjadi Rp 697,1 triliun. Deposito berjangka meningkat 6,8% tahunan dari Rp 185,58 triliun menjadi Rp 198,2 triliun.
"Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga tumbuh 17,5% dari periode yang sama tahun lalu (Rp 761,87 triliun) menjadi Rp895,2 triliun," kata Jahja.
Jahja mengatakan, dengan memanfaatkan basis nasabah yang besar serta memperkuat ekspansi ekosistem digital, BCA mampu mempertahankan kekuatan di segmen perbankan transaksi sebagai penggerak pendanaan CASA.
BCA memproses 41 juta transaksi per hari secara rata-rata pada semester I 2021, naik dari 28 juta di periode yang sama tahun lalu. CASA berkontribusi sebesar 77,9% dari total dana pihak ketiga per Juni 2021.
Permodalan BCA yang tercermin melalui rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat sebesar 25,3% pada semester I-2021. Serta kondisi likuiditas yang memadai dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 62,4%.
Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terjaga sebesar 2,4% didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi. Sebagai tambahan, rasio pengembalian terhadap aset (return on asset/ROA) tercatat sebesar 3,1%, dan rasio pengembalian terhadap ekuitas (return on equity/ROE) sebesar 16,6%.