Berambisi Jadi Bank Digital, BRI Agro Terbitkan 2,15 Miliar Saham Baru
PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) berencana menerbitkan 2,15 miliar saham baru dengan nominal Rp 100 per saham. Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI ini akan meminta persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luas Biasa (RUPSLB) yang berlangsung pada 27 September 2021.
Aksi korporasi ini dilakukan bersamaan dengan upaya BRI Agro untuk menjadi bank digital. Berdasarkan data OJK, Bank BRI Agro tercatat sebagai bank yang mengajukan diri sebagai bank digital. Hari ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan aturan baru terkait bank umum yang menyantumkan definisi serta ketentuan bank digital.
Di dalam beleid tersebut, otoritas perbankan mengubah syarat modal inti bagi pendirian bank baru dari semula hanya Rp 3 triliun meningkat menjadi Rp 10 triliun. Hal itu diwajibkan, baik bagi bank dengan model bisnis bank tradisional, maupun pendirian bank digital baru (full digital banking).
Jumlah saham baru yang akan diterbitkan tercatat 9,96% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan pada 31 Juli 2021. BRI Agro akan menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue melalui mekanisme Penawaran Umum Terbatas (PUT).
"Dana tunai yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk memperkuat permodalan perusahaan yang dapat digunakan sebagai modal kerja dalam penyaluran dana berbasis digital," demikian tertulis dalam prospektus yang terbit pada Kamis (19/8).
Penambahan modal diharapkan akan berkontribusi positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penguatan struktur permodalan emiten berkode saham AGRO ini dianggap bisa mendukung kegiatan usaha ke depan, serta menciptakan nilai bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan.
Berdasarkan data BEI pada 31 Juli 2021, BRI mengenggam 86,09% saham BRI Agro dan menjadi pemegang saham pengendali. Sementara sisanya dimiliki publik 13,91%. Jika saham baru hanya diserap oleh BRI, maka kepemilikan sahamnya bertambah menjadi 87,19%, sementara publik memiliki 12,81%.
Pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya untuk membeli saham baru akan terkena dilusi kepemilikan maksimal 9,06% dari persentase kepemilikan saham perusahaan.
Berdasarkan laporan keuangan, BRI Agro membukukan laba bersih tahun berjalan senilai Rp 26,22 miliar sepanjang semester I 2021, atau naik 31% dari raihan untung bersih Rp20,04 miliar pada Juni 2020. Kenaikan laba dipicu pertumbuhan pendapatan bunga bersih 34,21% dari Rp 323,12 miliar menjadi Rp 433,66 miliar.
Sampai akhir Juni 2021, BRI Agro menyalurkan kredit sebesar Rp 18,37 triliun atau menyusut 5,7 persen dari penyaluran pembiayaan pada periode akhir tahun lalu Rp19,49 triliun.
Sementara itu, perusahaan menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp20,05 triliun, menyusut dari raihan akhir 2020 yang sebesar Rp22,99 triliun. Terkait posisi keuangan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BRI Agro berada di level 24,90 persen, meningkat dari posisi Juni 2020 sebesar 23,21 persen.
Dari sisi kualitas kredit, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross perusahaan tercatat 4,49 persen, menyusut dari level 30 Juni 2020 lalu 8,33 persen.