Sambut Investor Baru, Saham Allo Bank Meroket Hampir 25%
Saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) melonjak hingga 24,67% menjadi Rp 2.830 atau menyentuh level auto rejection atas pada perdagangan Jumat (10/9) siang ini. Kenaikan harga saham tersebut sejalan dengan rencana bank milik miliarder Chairul Tanjung tersebut untuk menambah modal denganskema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Berdasarkan data RTI Infokom hingga pukul 14.00 WIB, saham Allo Bank ditransaksikan sebanyak 46,88 juta unit saham dengan frekuensi sebanyak 14.812 kali. Nilai transaksi saham ini mencapai Rp 124,43 miliar sejauh berita ini ditulis.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Kamis (9/9), Allo Bank bersiap menerbitkan sebanyak-banyaknya 11 miliar unit saham dengan nominal Rp 100 per saham, meski belum menentukan harga pelaksanaan.
"Jumlah saham yang diterbitkan tersebut setara dengan 94,15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan pada saat keterbukaan informasi ini, dengan harga yang akan ditetapkan dan diumumkan kemudian di dalam prospektus rights issue," dikutip dari keterbukaan informasi.
Allo Bank menyiratkan akan ada pembeli siaga (standby buyer) dalam aksi korporasi ini. Dalam keterbukaan informasi tersebut, Manajemen Bank Allo menyebut PT Mega Corpora sebagai induk, memiliki opsi untuk dapat mengalihkan sebagian atau seluruh dari HMETD yang menjadi haknya kepada investor tertentu.
Opsi untuk mengalihkan sebagian atau seluruh hak rights issue ini mengacu pada Pasal 21 ayat (4) POJK 9/2018. Aturan ini mengatur, apabila setelah ada akuisisi atau pengambilalihan saham, pengendali baru wajib mengalihkan saham sehingga kepemilikan publik minimal 20 persen terpenuhi.
Dengan kata lain, jika tidak mengeksekusi haknya pada rights issue, Mega Corpora sebagai pengendali baru Allo Bank tidak harus melakukan penawaran tender wajib. Hal yang jelas, rights issue 11 miliar saham akan menyerap dana jumbo.
Mengacu pergerakan saham BBHI sejak awal Juni 2021, harga terendah saham ini ada di level Rp 490, sementara harga tertingginya Rp 3.220. Artinya ada potensi Mega Corpora harus merogoh kocek antara Rp 5,39 triliun sampai Rp 35,420 triliun untuk menjalankan haknya.
Dalam aksi korporasi ini, pembeli siaga saham Allo Bank menjadi fokus perhatian pasar. Pasalnya, investor juga akan menentukan seberapa besar ekspansi Allo Bank di bisnis perbankan digital. Di tengah tren konsolidasi antara konglomerasi yang membentuk ekosistem perbankan digital, Bank Allo berpotensi meraih suntikan dana dari investor strategis yang tertarik dengan potensi bisnis perbankan digital.
Katadata.co.id sudah menghubungi Sekretaris Perusahaan Allo Bank Kemal Suteja Sindi untuk mencari tahu perihal potensi kedatangan investor baru. Namun, hingga berita ini ditulis, Kemal belum merespons upaya pencarian informasi Katadata.co.id.
Tim Riset D-Insights menganalisis, Berkaca dari aksi korporasi sebelumnya, ada dua nama yang pernah berkaitan dengan CT Corpora, yaitu konglomerasi Jepang Mitsui dan Salim Group sehingga berpotensi menjadi calon investor strategis rights issue Bank Allo. Pada April 2021, Mitsui menjadi standby buyer obligasi konversi CT Corpora senilai 100 miliar yen atau sekitar US$ 910 juta.
Chairul Tanjung juga secara terang-terangan mengatakan telah menunjuk Mitsui untuk berperan penting dalam melipatgandakan valuasi bisnis CT sebelum melakukan initial public offering (IPO).
Sementara itu, hubungan bisnis antara CT Corpora dan Salim Group terjadi saat Salim lewat PT Indolife Pensiontama membeli 422,8 juta saham PT Bank Mega Tbk (MEGA), bank milik CT Corpora pada awal tahun ini. Nilai pembelian Salim Group ini setara 6,07 persen saham Bank Mega.