Pencatatan Saham Hillcon Mundur ke 1 Maret dari Rencana Awal Besok
PT Hillcon Tbk (HILL) akan tercatat sahamnya (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1 Maret 2023. Jadwal tersebut mundur dari semula 23 Februari 2023. Adapun setelah sempat tertunda di tahun 2022 proses penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) PT Hillcon Tbk akhirnya berlanjut di tahun 2023.
Perusahaan bidang konsultasi manajemen serta usaha jasa pertambangan dan jasa konstruksi tersebut menetapkan harga pelaksanaan IPO sebesar Rp 1.250 per saham. Harga tersebut merupakan batas bawah dari rentang harga saat bookbuilding yakni Rp 1.250-2.000.
Perseroan melepas 442 juta saham atau 15% melalui IPO, sehingga total dana yang diraih Rp 552,87 miliar.
Di mana sekitar 55% dari keseluruhan dana hasil IPO HILL akan digunakan untuk modal kerja anak usaha PT Hillconjaya Sakti (HS) untuk biaya produksi penambangan, termasuk biaya bahan bakar, overhead, dan pemeliharaan seluruh alat-alat.
Sedangkan, 45% lainnya akan digunakan untuk belanja modal atau capex untuk pembelian alat-alat berat seperti main fleet dan supporting fleet yang akan mendukung kegiatan operasional HS di sektor nikel.
Dalam IPO ini PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia dan PT Sucor Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Kemudian PT Macquarie Sekuritas Indonesia ditunjuk sebagai penjamin emisi efek.
Berikut jadwal terbaru IPO Hillcon:
Tanggal Efektif: 21 Februari 2023
Masa Penawaran Umum: 23-27 Februari 2023
Tanggal Penjatahan: 27 Februari 2023
Tanggal Distribusi Saham: 28 Februari 2023
Tanggal Pencatatan Saham: 1 Maret 2023
Adapun sebelumnya, bookbuilding HILL sempat mengalami kelebihan permintaan 1,3 kali, dengan dominasi permintaan dari investor jangka panjang. Investor domestik mewakili 70%, sementara investor dari institusi asing mewakili 20% dari total permintaan.
Direktur Utama Hilconn Hersan Qiu mengatakan, perseroan terus menuai lonjakan laba bersih sejak masuk bisnis pertambangan nikel tahun 2013. Di mana pada tahun 2020, pendapatan perseroan mencapai Rp 1 triliun, lalu naik menjadi Rp 2 triliun tahun berikutnya, dan menyentuh Rp 3,2 triliun pada akhir 2022. Bahkan, jika tidak ada kendala infrastruktur di lokasi penambangan, pendapatan tahun lalu bisa menyentuh Rp 4 triliun.
Sedangkan di tahun ini perseroan membidik penanganan produksi nikel mencapai 15-20 juta ton, naik dari tahun lalu sebesar 10 juta ton. Dengan produksi 10 juta ton tahun lalu, Hillcon menguasai 15% pasar kontraktor pertambangan nikel dan tahun ini diprediksi naik menjadi 17%.
Sementara itu pendapatan 2023 ditargetkan naik menjadi Rp 6-7 triliun, dibandingkan tahun lalu Rp 3,2 triliun. Kemudian laba bersih menjadi Rp 700 miliar dari tahun lalu sekitar Rp 300 miliar.
Dia meyakini, target pendapatan sebesar itu tercapai. Sebab, di Januari saja, perseroan sudah meraup pendapatan Rp 500 miliar. Di luar proyek nikel, perseroan mendapatkan kontrak pembangunan pelabuhan di dekat smelter nikel Morowali, Sulawesi Tengah senilai Rp 2 triliun.
Ini belum termasuk kontrak penambangan batu bara di Pulau Laut milik salah satu kelompok usaha papan atas nasional. Produksi batu bara yang ditangani perseroan tahun lalu mencapai 2,5 juta ton dan tahun ini ditargetkan 4 juta ton.