Hutama Karya Bangun Turyapada, Menara Tertinggi Pertama di Bali
PT Hutama Karya mendapatkan kontrak pembangunan Turyapada Tower senilai Rp 334,27 miliar. Bangunan tersebut akan memiliki tinggi 115 meter dan menjadikannya sebagai menara telekomunikasi tertinggi di Pulau Bali.
Turyapada Tower diperuntukkan sebagai tempat pemasangan infrastruktur terpadu dan multifungsi. Beberapa sarana dasar tersebut yakni TV digital terestrial, telekomunikasi seluler, internet, dan komunikasi radio komunitas.
Fungsi menara tersebut ada dua, sebagai pemancar sinyal digital dan tempat wisata. "Estetika dari menara ini menjadi perhatian Hutama Karya agar kelak wisatawan memiliki rasa aman dan nyaman saat berkunjung ke Menara Turyapada," kata Direktur Operasi II Hutama Karya, Ferry Febrianto, dalam keterangan resminya, Kamis (28/7).
Menurut Ferry, Turyapada bakal menjadi menara ikonik monumental pertama di dalam negeri. Menara tersebut akan disiapkan sebagai ikon wisata baru bertaraf internasional, seperti Monas, Menara Tokyo, dan Menara Eiffel.
Keberadaan menara ini akan meningkatkan jangkauan siaran tv digital hingga 80 % dari seluruh Pulau Bali, dari Buleleng hingga Karangasem. Pembangunan Tuyapada Tower berada di ketinggian 1.521 meter dari permukaan laut di Kabupaten Buleleng. Dengan demikian, puncak Turyapada Tower memiliki tinggi 1.636 meter dari permukaan laut.
Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan, Menara Turyapada akan menjadi daya tarik pariwisata berkelas internasional. Di sana hendak dibangun beberapa wahana edukasi, seperti planetarium, skywalk, restoran putar 360 derajat, dan jembatan kaca.
Koster mengatakan, Hutama Karya terpilih menjadi kontraktor setelah melalui seleksi tender yang ketat. Pembangunan Menara Turyapada dirancang ramah lingkungan dan memiliki desain ketahanan gempa tinggi guna menjamin keamanan pengunjung.
"Dengan tingkat kerumitan yang cukup tinggi, Hutama Karya menargetkan proyek ini selesai lebih cepat dari target, yakni pada Agustus 2023," kata Koster.
Sebelumnya, Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf, Fransiskus Xaverius Teguh mengatakan, setiap investasi untuk menarik wisatawan akan terbayarkan. Di mencontohkan, investasi event di Mandalika Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai Rp 2 triliun.
"Berdasarkan kajian, akan menghasilkan multiplier effect Rp 5 hingga 7 triliun," ujar Teguh usai mengikuti sesi hari pertama pertemuan kedua Sherpa atau 2nd Sherpa Metting di Labuan Bajo, NTT, Minggu (10/7). Perhatikan grafik Databoks berikut ini terkait okupansi hotel saat menjelang pelaksanaan Moto GP di Mandalika.
Pemerintah memang sedang mengembangkan pariwisata berbasis acara, salah satunya pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia 2022. Bali menjadi lokasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November nanti. Saat ini, lalu lintas wisatawan yang masuk di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali telah mencapai 20.000 orang.
Karena itu, kata Teguh, pemerintah sedang berinvestasi untuk daerah wisata di Presidensi G20. Dia meyakini modal yang dikeluarkan bakal kembali. Potensi itu, misalnya, datang dari berbagai acara dalam rangkaian G20 yang diikuti oleh hampir 21.000 delegasi.
Khusus delegasi KTT G20 diperkirakan 429 orang. Sementara utusan pada level Ministrial Meeting 4.581 orang, delegasi pada Deputies/Sherpa Meeting 1.212, Working Group Meeting mencapai 8.330 delegasi, dan Engagement Groups Meeting sebanyak 6.436 utusan.
Bila masing-masing delegasi membawa setidaknya empat atau lima orang, total jumlah pihak yang datang pada pelaksanaan forum G20 sepanjang 2022 diperkirakan 100.000 orang.