Monopoli Bisnis Telekomunikasi Terjadi di Luar Jawa-Bali

Maria Yuniar Ardhiati
20 Juni 2016, 08:00
Alexander Rusli
Arief Kamaludin | Katadata

Industri telekomunikasi tengah mengalami pergeseran. Layanan suara (voice) dan pesan pendek (SMS) berangsur-angsur ditinggalkan pelanggan. Kini, pelanggan lebih membutuhkan paket data agar bisa mengakses Internet setiap saat.

Hal itu tentu sebuah tantangan yang harus siap dihadapi operator telekomunikasi. Apalagi persaingan ketat antarsesama operator terus berlanjut. Bentuknya berupa perang tarif sehingga tingkat keuntungan para operator kian mengecil.

Advertisement

Selain itu, para operator juga harus menghadapi dominasi PT Telkomsel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebagai penguasa pasar. "Susah kalau kita bicara industri seluler, itu tergantung Telkomsel," kata Presiden Direktur PT Indosat Ooredoo Tbk Alexander Rusli dalam wawancara khusus dengan Tim Katadata: Metta Dharmasaputra, Ade Wahyudi dan Maria Yuniar, di Jakarta, Rabu (15/6) lalu.

Secara blak-blakan, dia menguraikan praktik monopoli di bisnis telekomunikasi dan strategi Indosat menghadapi berbagai hambatan serta upaya pengembangan bisnisnya. Berikut petikan wawancaranya. 

Bagaimana kinerja bisnis layanan suara dan SMS di tengah peningkatan pengguna layanan data?

Penggunaan voice dari bulan ke bulan dan tahun ke tahun itu flat, malah cenderung menurun. Kalau SMS jelas turun. Data yang meningkat gila-gilaan. Namun, profitabilitas dari data itu sangat kecil dibandingkan dengan voice dan SMS.

Apakah kondisi ini juga terjadi di luar negeri?

Tren ini sebenarnya sama di semua negara. Data itu memang profitabilitasnya sangat rendah. Tapi di Indonesia, itu jauh lebih rendah karena jumlah pengguna per bulan memang kecil. Yang menarik, sekarang definisi industri telekomunikasi sedang bergeser.

Bergeser ke mana?

Itu belum jelas. Industri telekomunikasi itu akan selalu memiliki yang namanya bisnis infrastruktur. Bisnis infrastruktur itu bisnis yang berlisensi dari pemerintah. Namun, industri telekomunikasi dunia mulai masuk ke hal-hal lain. Contohnya, XL Axiata masuk ke e-commerce melalui investasi besar-besaran di Elevenia. Kami masuk di mobile financial service seperti mobile money melalui Dompetku, Dompetku Plus dan Dompetku Pinjaman Uang. Jadi semua nomor Indosat itu bisa menjadi seperti rekening bank, bisa transfer uang. Kami juga masuk ke mobile advertising, untuk menempatkan iklan digital supaya lebih murah. Sementara itu, perusahaan telekomunikasi Singapura, Singtel juga sudah masuk ke big data dan mobile advertising.

Jadi, bagaimana pertumbuhan industri telekomunikasi saat ini?

Susah kalau kita bicara industri seluler, itu tergantung Telkomsel. Pertumbuhannya ditandai oleh growth Telkomsel. Jadi, rata-rata industri itu tidak ada. Misalnya, Telkomsel mengalami pertumbuhan yang baik pada suatu tahun, dan operator lainnya tidak, maka rata-rata industri tetap bagus. Begitu pula sebaliknya. Kalau Telkomsel mengalami tahun yang buruk saat operator lain mencatatkan kinerja yang bagus, maka industri tetap dianggap menghadapi masa yang buruk.

Mengapa bisa seperti itu?

Industri telekomunikasi in terms number of subscribers, tidak ada penambahan jumlah pelanggan baru. Secara total, yang ada pergeseran dari kita pindah ke mereka, mereka pindah ke kita. Jadi kenaikan jumlah pelanggan yang dinikmati oleh Indosat selama dua tahun terakhir itu tidak berjumlah masif.

Alexander Rusli

Apa saja strategi yang dijalankan Indosat untuk menghadapi kondisi ini?

Kami masuk di mobile financial service seperti mobile money melalui Doompetku. Jadi, semua nomor Indosat itu bisa menjadi seperti rekening bank. Bisa transfer uang. Kami juga masuk ke mobile advertising, untuk menempatkan iklan digital supaya lebih murah. Sementara itu, Singtel juga sudah masuk ke big data dan mobile advertising.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement