Siap IPO, Ini Profil Hatten Bali Produsen Arak dan Wine Lokal

Amelia Yesidora
21 Desember 2022, 10:10
Hatten Bali
Hatten Wines

Akhir tahun ini, Bursa Efek Indonesia kedatangan dua emiten minuman beralkohol alias minol. Selain Jobubu Jarum Minahasa yang memproduksi minol Cap Tikus khas Minahasa, Hatten Bali juga akan melantai dengan produk wine serta arak khas Bali. Dua emiten ini akan meramaikan saham sektor D211 di BEI yang saat ini baru dihuni dua produsen bir, yakni Delta Djakarta (DLTA) dan Multi Bintang Indonesia (MLBI). 

Dengan kode emiten WINE, Hatten menawarkan 25% sahamnya atau setara sebanyak 678 juta saham baru. Perusahaan ini didirikan oleh putra daerah asli Bali, Ida Bagus Rai Budarsa pada 2000. Kala itu, ia memiliki visi untuk membawa produk anggur lokal bersaing di pasar global. 

Bermula dari Usaha Keluarga

Meski baru mulai memproduksi wine pada 2000, ternyata Rai Budarsa melanjutkan estafet bisnis keluarganya di bidang produksi minuman beralkohol. Ia adalah anak dari Ida Bagus Oka Gotama, pembuat brem dan arak terkemuka di Bali yang memproduksi arak Dewi Sri sejak 1968.

Tidak hanya berbekal pengalaman bisnis minol keluarga, Ida Bagus Rai Budarsa pun menimba ilmu di bidang linear. Ia adalah alumni Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Setelah lulus pada 1990, ia pulang kampung ke Bali untuk mengembangkan usaha keluarga. Pada 1992, barulah Ida Bagus Rai Budarsa mencoba memproduksi wine dari anggur lokal, Alphonse Lavallée. 

Dua tahun kemudian, pada 1994, berdirilah pabrik wine pertama di Bali untuk memproduksi anggur lokal tersebut. Pada 1996, Rai Budarsa mendirikan anak perusahaan bernama Arpan Bali Utama yang bergerak di bidang pengolahan minuman beralkohol. Produk pertama Hatten adalah wine Rosé yang rasanya mirip dengan anggur putih. 

Untuk memproduksi wine, Hatten memiliki total 24,5 hektare kebun anggur yang tersebar di antara desa Seririt dan Sanggalangit. Sebanyak delapan jenis anggur ditanam di dua desa yang berada di pantai utara Bali ini. Selain itu, Hatten juga mengimpor anggur dari Australia untuk diolah menjadi wine.

Melalui anggur yang ditanam sendiri dan hasil impor, Hatten bisa mengolah 1.000 ton buah anggur per tahunnya. Anggur ini diolah menjadi 28 jenis wine yang dijual di rentang harga Rp 225 ribu hingga Rp 430 ribu. Meski begitu, Hatten pun masih menjual arak Dewi Sri yang sudah diproduksi sejak 1968.

Di antara dua produk tersebut, wine berkontribusi terhadap 92,7% pendapatan perusahaan pada 2021, sementara arak Dewi Sri hanya sekitar 7,23%. Distribusi produk ini pun tergolong merata, baik di Bali maupun luar Bali. pada akhir 2021, 59% pendapatan perusahaan berasal dari penjualan di daerah Bali dan 27% dari penjualan di daerah Jakarta. Sisanya, berasal dari penjualan di Lombok, Surabaya, hingga Papua. 

Sempat Merugi Kala Pandemi

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...