Wisata Ciater Subang, Destinasi untuk Liburan Akhir Pekan
Objek wisata di Jawa Barat selalu menarik untuk dijelajahi. Keindahan alam dan suasananya yang masih asri, menjadi pemikat bagi wisatawan luar atau domestik berlibur ke tanah pasundan. Kota wisata di Jawa Barat yang bisa dipilih sebagai tempat alternatif untuk mengisi waktu libur akhir pekan adalah Subang.
Wisata Subang memiliki pesonanya tersendiri, dan tidak kalah bagus bila dibandingkan dengan kota/kabupaten di Jawa Barat. Misalnya seperti kebun teh Ciater. Tempat wisata di Subang ini akan menawarkan pengalaman liburan berbeda, bagi setiap orang yang mengunjunginya.
Wisatawan bisa berkeliling dan menikmati udara sejuk sembari memandang hijaunya perkebunan teh Ciater. Lokasinya perkebunan teh ini sangat dekat dengan kawasan wisata Lembang. Jaraknya hanya 9,2 kilometer (km) dengan jarak tempuh sekitar 16 menit.
Harga tiket masuk perkebunan teh Ciater hanya Rp5.000 per orang. Dengan biaya yang sangat terjangkau ini, wisatawan sudah bisa menikmati keindahan alam di kebun teh tersebut. Pengunjung bisa mendapat pengalaman berharga dengan melihat proses pembuatan teh langsung dari pabriknya.
Tidak perlu khawatir jika ingin pergi jalan-jalan menelusuri hamparan kebun teh di Ciater. Wisatawan bisa menyewa sepeda atau menaiki mobel jeep, untuk melihat pemandangan di kebun teh Ciater.
Selain dekat dengan kawasan wisata Lembang, jarak antara kebun teh Ciater dan Gunung Tangkuban Perahu relatif dekat, sekitar 5,1 km dengan waktu tempuh 19 menit.
Kebun teh Ciater bisa menjadi tempat yang cocok untuk mencari ketenangan dan relaksasi. Hijaunya hamparan daun teh di tempat ini pun, punya sejarah panjang dan bisa menjadi pegetahuan baru bagi para pengunjungnya.
Sejarah Singkat Perkebunan Teh Ciater dan Daerah Lainnya di Jawa Barat.
Pabrik teh di Ciater saat ini dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara VIII. Mengutip dari situs resminya, perusahaan ini merupakan salah satu Badan usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pengelolaan, pengolahan dan pemasaran hasil Perkebunan. Salah satunya adalah hasil perkebunan teh Ciater.
Bukan rahasia umum, jika perkebunan teh di Indonesia sudah ada sejak masa penjajahan. Saat itu, komoditas ini sengaja dibawa oleh Belanda dan ditanam sebagai produk hasil bumi yang menguntungkan.
Merujuk pada buku berjudul “Khazanah Arsip Perkebunan Teh Priangan” yang dipublikasikan Arsip Nasional Republik Indonesia, dijelaskan asal-usul keberadaan kebun teh di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dengan ambisi pemerintah kolonial yang ingin menanam produk bernilai ekspor. Untuk memuluskan usahanya ini, Belanda mengeluarkan sebuah konsiderasi pada tanggal 19 Februari 1823 No. 207.
Keputusan itu dikeluarkan atas dasar surat dari seseorang bernama Tuan Jacobson, yang memberitakan kedatangannya di Batavia, serta permohonan izinnya untuk pergi ke negeri Cina dalam rangka memperoleh bibit teh.
Usaha tersebut kemudian membuahkan hasil. Saat bibit teh sudah diperolehh, pemerintah Belanda kemudian langsung mencoba menanamnya. Pada tahun 1832, sekitar 1 juta bibit teh bakal di tanam di daerah Bodja Negara. Sedangkan 50.000 bibit teh akan ditanam di daerah Tjiseroepan.
Setelah bibit teh dari Cina itu berhasil ditanam. Pemerintah Belanda kemudian mendatangkan lagi bibit teh dari Jepang. Hingga pada akhirnya perkebunan teh meluas hingga ke beberapa daerah di Jawa Barat, termasuk kawasan wisata kebun teh di Subang.
