Upaya Israel Pindahkan Warga Palestina dari Gaza
Dokumen proposal pemerintah Israel untuk memindahkan jutaan warga Palestina di Gaza ke Semenanjung Sinai di Mesir, bocor. Dokumen tersebut dibuat pada 13 Oktober atau enam hari setelah Hamas melakukan penyerangan pertama kali ke Israel pada 7 Oktober.
Dalam dokumen bertanggal 13 Oktober 2023 itu, Menteri Intelijen Israel Gila Gamliel mengusulkan pemindahan 2,3 juta penduduk Gaza ke Semenanjung Sinai. Meski saat itu dokumen tersebut belum terungkap, militer Israel memang sudah menyerukan semua warga sipil di Kota Gaza, agar pindah ke selatan Jalur Gaza dalam waktu 24 jam. Peringatan itu disampaikan pada saat militer Israel mengumpulkan tank-tank miliknya menjelang invasi jalur darat.
Rencana Israel pindahkan warga Palestina dari Gaza ini dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, pembentukan kota-kota tenda di Sinai. Kedua, pembentukan koridor kemanusiaan yang memungkinkan warga Palestina melarikan diri, diikuti pembangunan kota-kota di Sinai utara.
Ketiga, Israel akan menetapkan tanah tak bertuan beberapa kilometer jauhnya di dalam wilayah Mesir untuk memastikan bahwa warga Palestina tidak dapat kembali. Laporan yang disusun Gamliel ini juga menyerukan kerja sama antara Israel, negara-negara Arab, dan Eropa untuk juga menerima pengungsi Palestina.
Gamliel mengatakan hasil terbaik setelah perang dengan Hamas saat ini, yang akan memberikan hasil positif dan strategis jangka panjang bagi Israel adalah dengan memindahkan warga Palestina di Gaza ke Semenanjung Sinai. Media Israel, Ynetnews, mengutip pejabat Mesir, mengungkapkan Israel telah mengajukan sejumlah inisiatif untuk membujuk Mesir agar menerima pengungsi Palestina.
Salah satu usulan tersebut termasuk menghapus sebagian besar utang Mesir melalui Bank Dunia. Tidak jelas bagaimana teknis dan pengaruh Israel terhadap Bank Dunia hingga dapat menghapuskan sebagian utang internasional Mesir.
Terkait dokumen proposal yang bocor ini, Presiden Palestina Mahmoud Abbas melalui juru bicaranya, Nabil Abu Rudeineh, menolak. Palestina merasa pemindahan ini seperti yang terjadi pada peristiwa 1948.
“Kami menentang pemindahan ke tempat mana pun, dalam bentuk apa pun, dan kami menganggapnya sebagai garis merah yang tidak akan kami izinkan untuk dilintasi. Apa yang terjadi pada tahun 1948 tidak boleh terjadi lagi,” kata Nabil Abu Rudeineh, seperti dilansir AP (31/10).
Sementara Financial Times, pada Senin (30/10), melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah melobi para pemimpin Uni Eropa menggunakan pengaruh mereka guna membujuk Mesir untuk menerima pengungsi Palestina dari Gaza. Menurut Financial Times, para anggota Uni Eropa termasuk Republik Ceko dan Austria telah melontarkan gagasan tersebut pada pertemuan negara-negara anggota bulan lalu.
Usulan evakuasi warga Palestina di Gaza ke Mesir ini bisa jadi merupakan cara Israel untuk mengambil alih Gaza. Jika rencana pengusiran warga Gaza ke Sinai benar-benar dieksekusi Israel, maka Nakba (bencana dalam bahasa Arab) akan terulang.
Ketika Israel berdiri pada Mei 1948, lebih dari 700 ribu warga Palestina terusir dari tanahnya. Insiden ini juga membuat Gerakan Zionis menguasai 78% wilayah bersejarah Palestina. Saat ini jumlah pengungsi Palestina sejak terjadinya Nakba telah mencapai lebih dari 5 juta orang. Mereka masih bertekad untuk kembali ke tanah leluhurnya.
Proposal yang dibuat oleh Kementerian Intelijen itu dianggap memberikan pandangan alternatif untuk membuat perubahan di Gaza, alih-alih perang yang selama ini terjadi hingga mengorbankan warga sipil. Bocornya proposal ini juga menimbulkan anggapan bahwa Israel ingin mengambil alih Gaza dari Palestina.
Apalagi, Israel sudah menyatakan menolak resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk gencatan senjata di Gaza. Israel juga semakin masif melakukan penyerangan ke Gaza dari yang awalnya melalui udara, kini sudah gencar dengan serangan darat.
Ambisi Israel merebut Gaza memang sudah beberapa kali dilakukan. Israel telah melancarkan empat serangan militer berkepanjangan di Gaza yakni di tahun 2008, 2012, 2014 dan 2021.
Terkait dengan rencana Israel memindahkan warga Gaza ke negaranya, pemerintah Mesir pun dengan tegas menolak. “Kami siap mengorbankan jutaan nyawa di setiap butir pasir di sini. Mesir tidak akan pernah membiarkan apa pun dikenakan padanya (Sinai),” ujar Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly, saat berkunjung ke pangkalan militer Mesir di al-Arish, Sinai utara, Selasa (31/10).
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan sudah hampir 9.000 orang yang tewas dalam serangan Israel sejak perang pecah pada 7 Oktober. Mayoritas korban merupakan warga sipil. Ini terjadi setelah Hamas melancarkan serangan dadakan dan besar-besaran ke Israel selatan, yang menewaskan 1.400 orang. Kementerian Kesehatan juga mencatat 25 rumah sakit terpaksa berhenti beroperasi dan 25 ambulans menjadi sasaran serangan Israel.