Profil Wiku Adisasmito, Dokter Hewan yang Dalami Pandemi Flu
Ada dua hal yang berbeda dalam konferensi pers perkembangan virus corona di Indonesia hari ini, Selasa (21/7). Pertama, tak ada lagi update alias informasi terkini soal perkembangan kasusnya. Lalu, tak terlihat pula sosok juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto.
Presiden Joko Widodo memang telah membubarkan gugus tugas itu. Penggantinya adalah Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 yang ditandatangani 20 Juli lalu, satuan tugas ini berada di bawah Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Posisi Yuri, panggilan akrab Yurianto, digantikan oleh Profesor Wiku Adisasmito. Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini tampil perdana siang tadi. Ia pun menyebut pemerintah tak lagi menyampaikan jumlah kasus virus corona di Tanah Air. "Untuk selanjutnya update kasus harian bisa langsung lihat di www.covid19.go.id," katanya.
Profil Wiku Adisasmito
Sebelum menjabat juru bicara, Wiku merupakan Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penangan Covid-19. Pria kelahiran Malang, 20 Februari 1964 ini, melansir dari situs Universitas Indonesia, menamatkan pendidikan dari Institut Pertanian Bogor pada 1988 dengan gelar dokter hewan. Ia lalu melanjutkan pendidikan master di Colorado State University, Amerika Serikat pada 1990 dan lanjut meraih gelar doktor pada 1995.
Wiku mendalami studi kebijakan di bidang sistem kesehatan dan penanggulangan penyakit infeksi. Usai meraih gelar doktor, ia menjadi staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakt UI di Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
Pandemi flu telah menjadi fokus studinya sejak 1992. Beberapa hasil penelitiannya, seperti Pandemic Influenza Preparedness: Policy Analysis, The Asia Flu Capacity: Health System Analysis to Support Capacity Development to Respond to Pandemic Influenza in Asia, dan Molecular Epidemiology of Influenza A in Bali (BaliMEI).
Ia juga telah menerbitkan publikasi ilmiah yang tak jauh dari studi itu seperti Avian and Pandemic Human Influenza Policy in South-East Asia: The Interface between Economic and Public Health Imperatives dan Critical Interaction between Global Fund-supported Programs and Health Systems: A Case Study in Indonesia. Kedua publikasi itu dimuat di Health Policy and Planning Journal masing-masing pada 2011 dan 2010.
Selain itu, tulisannya juga telah terbit di jurnal ilmiah ternama, seperti Asia Pacific Journal of Publich Health dan Medical Journal of Indonesia. Tiga buku telah ia hasilkan pula berjudul Sistem Kesehatan, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, dan Audit Lingkungan Rumah Sakit.
Wiku sempat menjadi anggota panel ahli dalam Komisi Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI). Ia juga menjadi steering committee mewakili Indonesia dalam Asian Partnership for Emerging Infectious Disease Research (APEIR).
Pada tahun 2011, Wiku menjabat Dewan Eksekutif CORDS (Coordinating Organizations of Regional Disease Surveillance). Ia juga berperan aktif dalam South East Asia One Health University Network (SEAOHUN) antar universitas se-Asia Tenggara. Pada periode 2007-2012, ia menjadi Direktur Direktorat Kemitraan dan Inkubator Bisnis Universitas Indonesia untuk mengelola kerjasama dan upaya melindungi serta memanfaatkan hak kekayaan intelektual UI.