Cek Fakta: Benarkah Vaksin Covid-19 Mengandung Magnet dan Mikrochip?
Sepekan terakhir ramai beredar video-video yang menunjukkan koin pecahan Rp 1 ribu menempel di lengan orang penerima vaksin virus corona. Uang ini disebut langsung melekat di persis atau sekitar bekas suntikan vaksinasi tersebut.
Orang-orang yang tampil dalam video lalu mempertanyakan apa kandungan dari vaksin tersebut. Narasi yang muncul kemudian vaksin virus corona mengandung magnet. Ada juga yang berkata tidak mau menerima vaksin karena di dalamnya terdapat mikrochip mengandung magnet.
Informasi sejenis juga beredar di Amerika Serikat. Banyak orang di sana membuat video-video singkat di media sosial untuk membuktikan kebenaran informasi tersebut. Tema videonya adalah “magnet challenge” alias tantangan magnet.
Beberapa video itu ada yang menunjukkan logam dan hiasan magnet kulkas menempel di lengan yang telah menerima vaksin. Ada pula yang yang tidak berhasil membuktikannya. Lantas, apakah benar vaksin Covid-19 mengandung magnet?
Penelusuran Fakta
Pemerintah telah membantah kebenaran informasi tersebut. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Dokter Siti Nadia Tarmidzi mengatakan jumlah cairan vaksin yang disuntikkan hanya 0,5 cc.
Cairan itu segera menyebar di seluruh jaringan sekitar sehingga tidak ada yang tersisa atau mengumpul di satu area tubuh saja. “Sedangkan logam dapat menempel di permukaan kulit yang lembab, biasanya karena keringat,” ujarnya, dikutip dari situs Satgas Covid-19 pada 28 Mei lalu.
Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Profesor Doktor Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan lubang jarum suntik sangat kecil. “Tidak ada partikel magnetik yang bisa melewatinya,” katanya.
Bahan pembuat vaksin adalah protein, garam, lipid, dan pelarut. “Tidak mengandung logam,” ujar Sri.
Produsen vaksin Covid-19 asal AS, yaitu Pfizer/BioNTech, Moderna, dan Johnson & Johnson telah merilis materi dan bahan pembuatan vaksinnya. Tiga vaksin tersebut tidak ada yang mengandung logam, apalagi mikrochip
Ketiganya menyebut beberapa senyawa dalam vaksinnya. Intinya sama dengan penjelasan Sri, yaitu protein, garam, lipid, dan pelarut.
Reuters menuliskan, tidak ada vaksin Covid-19 yang disetujui pemerintah Inggris dan AS yang mengandung logam. Ada suntikan lain yang mengandung aluminium, namun jumlahnya sangat kecil.
Vaksin buatan Rusia juga tidak mengandung logam. AP menyebut yang mengandung aluminium ada di beberapa vaksin Tiongkok, tapi jumlahnya sangat kecil. Fungsinya untuk meningkatkan respon imun tubuh.
Metode tersebut dipastikan aman. Jumlah aluminiumnya tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang ditemui manusia di makanan dan minuman dalam kehidupan sehari-hari, kata para ahli.
The New York Times pada awal bulan lalu menyebut vaksin Negeri Panda, yaitu Sinovac, mengandung aluminium dalam dosis kecil. Vaksin ini memakai metode pengeluaran virus yang tidak aktif (inactived viruses) dan mencampurnya dengan jumlah kecil senyawa berbasis aluminium yang disebut ajuvan (adjuvan).
Dalam bidang imuniologi, ajuvan adalah substansi yang memperkuat respon imun terhadap antigen. Metode tersebut telah diapakai selama lebih dari satu abad. Peneliti dan ahli virus Jonas Salk memakainya untuk membuat vaksin polio pada 1950an dan ini menjadi dasar vaksin penyakit lainnya, termasuk rabies dan hepatitis A.
Dalam laporan cek faktanya, Reuters mengatakan, bahkan jika vaksin Covid-19 mengandung logam, maka tidak akan menyebabkan reaksi magnetis kepada penerimanya. Tubuh manusia perlu jumlah logam lebih besar daripada dosis vaksin untuk menarik magnet.
Manusia secara alami sedikit magnetis karena di dalamnya tubuhnya terdapat kandungan besi dalam jumlah kecil. Profesor Michael Coey dari Sekolah Fisika di Trinity College Dublin, Irlandia, menyebut klaim vaksin mengandung magnet sebagai omong kosong.
Perlu sekitar satu gram logam besi untuk menarik magnet di tempat suntikan. Hal ini, menurut Coey, akan sangat terasa di permukaan kulit, kalau memang logam itu ada.
Kesimpulan
Informasi soal vaksin Covid-19 yang mengandung magnet dan mikrochip adalah keliru. Pemerintah telah membantahnya. Para produsen vaksin AS pun menyebut bahan pembuat vaksinnya tidak memakai logam.
Para ahli mengatakan tubuh manusia secara alami mengandung besi dalam jumlah kecil. Namun, untuk membuat magnet menempel di lengan, butuh sekitar satu gram besi. Nilainya terlalu besar dibandingkan 0,5 cc dosis vaksin virus corona.
Konten cek fakta ini kerja sama Katadata dengan Google News Initiative untuk memerangi hoaks dan misinformasi vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia.