Profil Partai NasDem, Kehilangan Banyak Kadernya Jelang Pilpres 2024

Amelia Yesidora
4 April 2023, 15:03
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pengarahan saat Silaturahmi Nasional (Silatnas) Badan Advokasi Hukum (Bahu) Partai Nasdem di Nasdem Tower, Jakarta, Jumat (10/3/2023). Silatnas tersebut membahas kontribusi Bahu Partai Nasdem dalam mengawal
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/tom.
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pengarahan saat Silaturahmi Nasional (Silatnas) Badan Advokasi Hukum (Bahu) Partai Nasdem di Nasdem Tower, Jakarta, Jumat (10/3/2023).

Semakin dekat menuju Pemilu 2024, berbagai manuver politik terjadi. Tidak hanya partai politik berstrategi, para kadernya pun mencari posisi. Yang teranyar, anggota Partai Nasional Demokrat alias NasDem berbondong-bondong mundur dari partai biru-kuning tersebut.  

Connie Bakrie, Dewan Pakar Dewan Pimpinan Pusat NasDem salah satunya. Ia mengundurkan diri via surat yang ditujukan pada Ketua Umum NasDem Surya Paloh, per tanggal 2 April 2023. Ia menyebut keputusan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian ideologis. 

“Setelah hampir 108 purnama saya bergabung, [...] maka kini tiba saatnya saya menyusul langkah Kakak Siswono Yudo Husodo dan Kakak Enggartiasto Lukito, untuk juga meninggalkan peran dan keberadaan saya di DPP Partai NasDem," tulis Connie. "Menurut saya pada ujungnya menunjukkan ketidaksesuaian secara ideologis di dalam lingkungan berorientasi flying high-playing cheap yang terus semakin terasa." 

Siswono Yudo Husodo adalah salah satu kader senior dari partai NasDem. Sedangkan Enggartiasto Lukito adalah mantan menteri perdagangan periode 2016 hingga 2019. Ia bergabung dengan NasDem pada 2013, setelah minggat dari Partai Golkar.

GARDA PEMUDA NASDEM GELAR APEL SIAGA BARET
Garda Pemuda NasDem menggelar Apel Siaga Baret. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.)

Partai NasDem Bermula dari Sebuah Ormas

Pencetus awal Partai NasDem adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Surya Paloh. Berbeda dengan kondisi sekarang, awalnya NasDem adalah sebuah organisasi masyarakat alias ormas yang dideklarasikan pada Februari 2010. 

Dalam deklarasi itu, NasDem berambisi melakukan gerakan perubahan bernama Gerakan Restorasi. Untuk mencapainya, ada tiga hal yang mendasari, yakni politik solidaritas, ekonomi emansipatif dan partisipatif, serta budaya gotong royong. 

Ormas tersebut dideklarasikan oleh 45 orang tokoh nasional di Jakarta. Deklarator pada 2010 ini tidak asing lagi di masyarakat, beberapa di antaranya adalah Siswono Yudo Husodo, Khofifah Indar Parawansa, Anies Baswedan, hingga Basuki Tjahaja Purnama.  

Arah ormas ini kemudian berbelok pada 26 Juli 2011 dengan beralih menjadi sebuah partai. Haluan organisasi berubah, logonya ikut berubah. Bila dibandingkan dulu, perubahannya hanya siluet kuning yang diputar dari atas ke bawah.

Perubahan ini direspon dengan kekecewaan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Ia kecewa lantaran NasDem mengejar kekuasaan dengan berubah menjadi politik.

Sultan sebetulnya ingin NasDem tetap berjuang sebagai ormas, alih-alih parpol. “Kalau tidak kecewa, ya kita tidak keluar. Karena kita itu mengabdi bukan pada kekuasaan. Kalau politik kan pada kekuasaan, kalau ormas bukan,” kata Sultan di Sleman pada Juli 2011.

GARDA PEMUDA NASDEM GELAR APEL SIAGA BARET
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.)

Babak Baru NasDem Sebagai Partai

Sebagai sebuah partai, NasDem menggelar kongres perdananya pada 25 hingga 26 Januari 2013 di Jakarta. Kongres ini memutuskan Surya Paloh sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat alias DPP periode 2013 hingga 2018.

Manuver politik Partai NasDem dimulai dengan mendaftar pemilihan umum alias Pemilu. Partai ini mengajukan diri mengikuti pemilu 2013 bersama 46 parpol lainnya. Akhirnya ada 16 parpol yang dinyatakan lolos verifikasi administrasi dengan kualifikasi terbaik.

Nasdem lolos verifikasi faktual pada 7 Januari 2013, menjadikannya sebagai satu-satunya partai baru yang lolos peserta pemilu 2014.  Bahkan NasDem berhasil masuk ke peringkat sepuluh besar.

Partai ini meraup 6,72% suara, sehingga 35 orang kadernya bisa duduk di kursi DPR sebagai koalisi pemerintah. Di tahun yang sama, NasDem memberi dukungan pada pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang maju sebagai calon presiden dan calon wakil presiden.

Pada pemilu 2019 lalu, partai ini berhasil memperoleh lebih banyak suara. Mereka berhasil menambah kursinya di parlemen mencapai 59 kursi. Posisinya juga tetap sebagai partai koalisi. Selain itu, NasDem menjadi partai pertama yang menyatakan dukungannya pada Jokowi di Pilpres 2019. 

Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...