Laba Moncer, BRI Target Pertumbuhan Kredit 11% Tahun Ini
PT Bank Raktyat Indonesia Tbk (BBRI) menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 9% sampai 11% pada tahun ini.
Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu, mengatakan, estimasi pertumbuhan kredit tersebut mengacu pada capaian kinerja positif sampai dengan Juni 2022 di mana perusahaan mengantongi laba bersih Rp 24,88 triliun, naik 98% dari tahun lalu dengan pertumbuhan kredit sebesar 8,75%. Tren pertumbuhan kinerja diperkirakan akan terus berlanjut sampai akhir tahun ini.
"Kami masih optimis bahwa untuk pertumbuhan kredit dan juga pembiayaan BRI masih akan tumbuh di antara 9—11%," katanya dalam konferensi pers paparan kinerja keuangan BRI kuartal II 2022 pada Rabu (27/7).
Dia menjelaskan, adanya faktor pendukung pertumbuhan penyaluran kredit yakni pemulihan dari sisi perekonomian, pandemi yang mulai membaik, dan aktivitas sosial masyarakat yang sudah berjalan normal. Selain itu, pertumbuhan kredit BRI secara konsolidasi berasal dari segmen mikro dan ultra mikro.
Perseroan juga menargetkan non performing loan (NPL) atau rasio kredit yang bermasalah di kisaran 2,8% sampai 3% hingga akhir tahun ini. "Pada saat ini kami masih juga berhati-hati terutama terkait dengan kredit yang direstrukturisasi akibat Covid 19," jelasnya.
Dalam paparan kinerja keuangan BRI kuartal II, perseroan menyalurkan kredit sebesar Rp.1.104,79 triliun atau tumbuh 8,75% yoy. Penyaluran kredit kepada seluruh segmen pinjaman tercatat tumbuh positif, dengan penopang utama yakni segmen mikro yang tumbuh 15,07%, segmen konsumer tumbuh 5,27%, segmen korporasi tumbuh 3,76% serta segmen kecil & menengah tumbuh 2,71%.
“Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI tercatat tumbuh sebesar 9,81% dari Rp.837,82 triliun di akhir Juni 2021 menjadi Rp.920 triliun di akhir Juni 2022," kata Direktur Utama BRI Sunarso.
Dia menambahkan bahwa proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus mengalami pertumbuhan sebesar 83,27%.
Kemampuan perseroan dalam menyalurkan kredit mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik dibuktikan dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang terkendali di level 3,26%. Selain dari pada itu, perseroan menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipasif atas potensi kredit.
NPL Coverage perseroan tercatat sebesar 266,26% di akhir Kuartal II 2022, dimana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir Kuartal II 2021 yang sebesar 252,59%.
Perseroan juga membuat strategi untuk menjaga NPL yakni berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak tersebut, seperti pertanian, industri bahan kimia, serta makanan dan minuman.