Polisi Kembali Terima Laporan Penipuan Tiket Coldplay dan Suga BTS
Katadata/Desy Setyowati
Polda Metro Jaya kembali menerima laporan korban dugaan penipuan bermodus jasa titip atau jastip pembelian tiket Coldplay dan Suga BTS. Penipuan tersebut menyebabkan kerugian hingga mencapai Rp200 juta.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Auliansyah Lubis, mengatakan pihaknya sedang mendalami laporan lain terkait kasus penipuan tiket Coldplay dan Suga BTS.
"Ada laporan polisi lagi. Ada lagi korban. Nanti kita sedang dalami lagi," katanya dikutip dari Antara, Kamis (1/6).
Auliansyah mengatakan, pelaku diduga berbeda dengan yang pernah diungkap dalam kasus sebelumnya di Bantul, Yogyakarta, pada Jumat (19/5).
Pada kasus terbaru ini, seorang wanita bernama Epta Inggie Artha mengaku mengalami kerugian hingga Rp 200 juta. Kasus ini telah dilaporkan ke Polda Metro Jaya.
Dalam laporan itu, Epta Inggie Artha sebagai pelapor melaporkan tersangka berinisial AAE ke Polda Metro Jaya atas dugaan penipuan. Laporan terdaftar dengan dengan nomor LP/B/2862/V/2023 SPKT Polda Metro Jaya.
Dia melaporkan dugaan penipuan pembelian tiket Coldplay dan Suga personel BTS dengan nominal pribadi sekitar Rp200 juta.
"Uang tersebut berasal dari banyak orang yang aku bawa," kata Epta Inggie Artha menurut keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (31/5).
Epta menjelaskan, awal mula dirinya menjadi korban penipuan oleh AAE yang merupakan rekanan satu almamater kampus dan sering menerima jasa penitipan tiket konser. Atas dasar kepercayaan tersebut, dia kemudian memesan tiket konser Suga, salah satu personel BTS.
"Berawal dari tiket Suga. Saya ditawari mau ngambil tiket Suga, karena sudah merasa kenal, saya langsung order 5 tiket aku sama temen-temen aku. Saat itu aku mikir harus dapet ini tiket, harga tiket Suga 5 juta," katanya.
Dia mengatakan, pelaku menjanjikan untuk bertemu menyerahkan tiket fisik pada 25 Mei 2023 atau sehari menjelang konser yang digelar di Indonesia Convention Exhibition BSD.
"Kemudian sebelum tanggal 25 keluar 'war' Coldplay dia langsung ngabarin aku nawarin 'kamu mau engga. Kalau mau buruan ya karena aku gak dapat banyak selot'. Dia bilang nge-'war' juga tapi kode kayak kode reveral," ujar dia.
Epta mengatakan, pelaku mengklaim dengan kode "reveral war" tersebut dapat masuk sistem terlebih dahulu dibanding dengan masyarakat umum. Dia mengaku melakukan percakapan yang cukup intensif seolah membangun kepercayaan.
Dia tidak curiga karena pelaku tidak memaksa dan juga tidak menjanjikan bisa mendapatkan tiket namun mengusahakan. Kemudian pada saat "war" telah selesai, pelaku menghubunginya dan mengatakan telah mendapatkan 24 tiket Coldplay yang dipesannya.
"Sambil menelepon dia bilang 'mbak saya senang banget nih akhirnya tiket yang kamu pesan banyak banget itu dapat juga'," katanya mengulangi perkataan pelaku.
Epta mengatakan, sebanyak 24 tiket tersebut dipesan untuk sejumlah orang dengan berbagai profesi, mulai dari sosok berpengaruh atau influencer, wartawan, polisi, pengusaha hingga eks pilot.
Atas penipuan tersebut, Epta melaporkan ke Polda Metro Jaya. "Tanggal 24, sehari sebelum aku janjian ketemuan. Jadi sehari sebelum bertemu dia matikan 'handphone'," katanya.
"Aku panik langsung ke Polda Melapor karena dia enggak bawa uang sedikit kan dan dia matikan 'handphone' sudah 1×24 jam," ujar dia.
Dia mengatakan, laporan tersebut dibuat sebagai bentuk tanggung jawab. Dia juga sudah mengembalikan setengah dari uang tiket yang telah diberikan kepada dirinya.
Menurut data Badan Pusat Statistik, pasar utama konser atau pertunjukan musik di Indonesia adalah kelompok masyarakat berpengeluaran teratas. Saat BPS melakukan survei pada 2021, responden dari kelompok 20% masyarakat berpengeluaran teratas yang menonton konser dalam tiga bulan terakhir proporsinya mencapai 52,43%.
Sementara, 40% masyarakat pengeluaran menengah dan 40% masyarakat pengeluaran terbawah yang menikmati pertunjukan musik proporsinya lebih sedikit, seperti terlihat pada grafik di atas.
Reporter: Antara