Memajukan Perhotelan di Era Digital untuk Pemberdayaan Ekonomi Daerah

Kemunculan budget hotel berbasis layanan digital semakin memberikan pilihan dalam berwisata. Model bisnis ini berkontribusi bagi pemberdayaan ekonomi daerah.

Tim Publikasi Katadata

3/7/2019, 10.00 WIB


Pariwisata di Indonesia merupakan sektor yang memiliki posisi penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Jika melihat Sasaran Pembangunan Pariwisata 2015-2019, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas menargetkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB dapat mencapai 8 persen dengan target kunjungan wisatawan nusantara sebanyak 275 juta pada tahun 2019.

Potensi perkembangan pariwisata di Indonesia cukup besar, apalagi jika mengacu pada data kinerja pertumbuhan pariwisata dari World Trade Tourism Council (WTTC) yang menempatkan Indonesia di peringkat sembilan besar dunia.

Data perjalanan wisatawan nusantara dan total pengeluaran sepanjang tahun 2013-2017 menunjukkan tren positif pada setiap tahunnya. Demikian pula, data BPS yang mencatat terdapat 250,04 juta perjalanan pada 2013 dan meningkat 20 juta perjalanan menjadi 270,2 juta perjalanan pada 2017 dengan total pengeluaran mencapai Rp 253,45 triliun. Kenaikan jumlah perjalanan tersebut meningkatkan pengeluaran pariwisata yang mencapai 9 persen per tahun.

Kenaikan jumlah pengeluaran dan jumlah perjalanan di sektor pariwisata tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli, dan situasi keamanan yang kondusif. Data tersebut semakin menguatkan potensi perkembangan pariwisata, apalagi dengan ditetapkannya 10 Destinasi Wisata Prioritas yaitu: Danau Toba, Tanjung Kelayang, Mandalika, Wakatobi, Pulau Morotai, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung, dan Borobudur.

Potensi Pertumbuhan Pariwisata Melalui Budget Travelling

Salah satu jenis perjalanan yang dapat mendongkrak pertumbuhan pariwisata adalah dengan mengoptimalisasi perkembangan tren budget travel. Budget travel merupakan bentuk wisata yang menempatkan anggaran sebagai pertimbangan penting, terutama dengan memilih akomodasi dan transportasi dengan harga terjangkau.

grafik bagian 3

Milenial yang lahir pada rentang tahun 1980-an sampai pertengahan 1990-an sebagian besar masuk dalam kategori budget traveller. Laporan dari Asia Travel Leaders Summit menyebutkan bahwa karakter wisatawan milenial Indonesia merupakan yang paling memperhatikan keterjangkauan harga jika dibandingkan dengan karakter wisatawan China, Singapura, dan India.

Kelompok anak muda ini juga memiliki karakter tersendiri yakni lebih memilih untuk melakukan perjalanan wisata berbasis penggunaan teknologi digital saat memesan budget hotel dan tiket transportasi. Jika dilihat dari distribusi perjalanan wisatawan nusantara menurut kelompok umur, 31% wisatawan nusantara berada pada rentang umur 15-34 tahun.

Fenomena budget travelling memunculkan pertumbuhan bisnis budget hotel yang sebagian besar dipilih karena keterjangkauan harga. Survei Jakpat dengan judul “What do Indonesians Seek in Budget Hotel” menunjukkan bahwa 91% wisatawan memesan budget hotel karena harga kamar yang terjangkau, selain faktor lokasi dan jaminan kenyamanan kamar.

Teknologi 4.0 untuk Bisnis Perhotelan di Indonesia

Kajian GfK Consulting dan Google pada 2015 menyebutkan bahwa pemesan hotel di Indonesia bergantung pada penggunaan digital untuk mencari inspirasi perjalanan, riset, dan melakukan pemesanan.  Hal ini sejalan dengan temuan survey Jakpat yang bertajuk “Travelling Trends 2018” yang menyebutkan bahwa para pelancong biasanya lebih memanfaatkan saluran daring dalam melakukan pemesanan untuk kebutuhan wisata.

Survei tersebut melibatkan 2.905 responden yang tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta Papua dan Maluku. Hasilnya, sebanyak 81,47% responden menyatakan bahwa mereka menggunakan saluran daring untuk merencanakan perjalanan. Beberapa aplikasi perjalanan yang digunakan ialah Airy, Traveloka, Tiket.com, Pegipegi, Agoda, dan Booking.com.  Sebagian besar dari mereka memanfaatkan dua layanan aplikasi perjalanan yang berbeda.

Maraknya penggunaan online travel booking di Indonesia sejalan dengan transformasi digital yang terjadi secara global. Operator wisata dan perjalanan semakin melakukan penyesuaian dengan arus digitalisasi pada industri jasa.

Beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan betapa telepon seluler sangat diandalkan untuk berbagai hal. Tentu, mencakup pula aktivitas online travel booking. Hal ini terindikasi dari 62,9 persen populasi dunia memiliki ponsel pintar dan rata-rata menggunakannya 3,5 - 5 jam sehari.

Seiring dengan hal tersebut, travel booking via perangkat mobile, seperti ponsel, meningkat. Data Trekk Soft berjudul “Travel Trends Report 2019” menyebutkan, porsi mobile booking naik dari 51,5 persen (2017) menjadi 56,7 persen (2018), selebihnya memesan melalui perangkat desktop.

Pada sisi lain, berdasarkan data Statista, diproyeksikan pendapatan dari aktivitas pemesanan via online travel sekitar US$ 4,29 juta sepanjang 2019. Secara global pasar Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS). Negeri Paman Sam menghasilkan sekitar US$ 99,06 juta pada 2019.

Pendapatan diharapkan terus tumbuh sekitar tujuh persen hingga empat tahun mendatang. Alhasil pada 2023, volumenya diperkirakan mencapai US$ 5,63 juta. Adapun, pengguna aplikasi perjalanan di Tanah Air pada tahun ini sekitar 17,3 juta. Pemesanan paling dominan adalah hotel mencapai US$ 2,2 juta.

Pertumbuhan aplikasi perjalanan di Indonesia yang semakin bermunculan juga ditandai dengan kemunculan Airy. Airy merupakan salah satu operator hotel virtual di Indonesia. Sejumlah pemilik penginapan menyatakan, kerja sama dengan Airy sangat membantu khususnya dari segi pemasaran. Aplikasi ponsel memudahkan konsumen se-Indonesia menjangkau hotel budget yang dikelola Airy.

“Pemasaran bagus tetapi ternyata tempatnya (saat dikunjungi) biasa saja, ya bagaimana juga. Orang akan membayar sesuai dengan kepuasan mereka,” ucap Steven selaku salah satu pemilik properti yang bekerja sama dengan Airy, di Bandung, belum lama ini.

Guna meningkatkan kepuasan konsumen, Steven memberanikan diri menginjeksi modal lebih. Dana miliaran rupiah dikucurkan untuk merenovasi berbagai fasilitas yang ada di hotelnya. Dia menginginkan, seiring perbaikan fasilitas dan kenyamanan maka harga sewa juga bisa dikerek.

Sementara itu, pemilik properti Airy di Jakarta bernama Stefanie mengutarakan, pihaknya sempat mencari peluang kerja sama pemasaran dan manajemen hotel kepada beberapa operator. Fokus utama adalah untuk mempromosikan penginapannya secara daring guna menarik konsumen lebih banyak.

“Awalnya, kami mencari penginapan yang bisa dipasarkan secara online. Dan kami dengar Airy bisa memasarkan secara daring untuk kost-kostan. Terlebih Airy mengelola secara menyeluruh dan kami bisa meminta pelatihan untuk karyawan,” katanya.

Seorang pemilik penginapan di Medan, Alexander, mengaku senang bekerja sama dengan Airy. Dua perbaikan mencolok yang terasa ialah terkait kondisi fisik bangunan hotel serta transparansi pengelolaannya.

“Dulunya tempat ini kost bulanan dan saya pikir hanya sebagai pendapatan pasif jadi tidak diurus. Lalu kerjasama dengan Airy sejak akhir 2018. Fisik bangunan waktu bangunan kost ada 28 kamar, lalu menjadi hotel budget dipadatkan jadi 18 kamar,” tutur Alexander.

Transformasi properti Zatarana Guest House Syariah Bandung sebelum renovasi
Transformasi properti Zatarana Guest House Syariah Bandung setelah renovasi
Transformasi properti Pelangi Residence Tangerang sebelum renovasi
Transformasi properti Pelangi Residence Tangerang setelah renovasi
kodok

Peningkatan standar dan kualitas layanan dan bangunan pasca bermitra dengan Airy, membuat tingkat keterisian (okupansi) kamar membaik. Beberapa pemilik properti mengatakan, kendatipun merasa harga sewa per kamar belum optimal tetapi diakui bahwa okupansi terjaga baik. Dengan kata lain, kamar yang ada penuh tidak hanya saat musim liburan.

“Okupansi sangat jauh lebih baik sekarang tentu karena ada fasilitas dan standar yang kami perbaiki. Sekarang, di sini, trennya pada saat hari biasa atau hari kerja okupansi sekitar 70 persen dan full saat akhir pekan,” ucap Alexander.

Dari sisi konsumen, kehadiran Airy memudahkan proses pemesanan hotel. “Aku lebih milih online karena udah ada banyak informasinya. Jadi pas sampe sini tinggal beres. Sudah selesai semuanya.” tutur Rosiatulmunah dan Safira yang memesan kamar airy di Hotel Poncowinatan, Jogja.