Video selanjutnya
Video: Fakta-Fakta Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle Jatuh di Blora
Pesawat tempur T-50i Golden Eagle dari Skuadron Udara 15 TNI Angkatan Udara jatuh saat menjalankan latihan terbang malam, Senin (18/7). Pesawat yang berasal dari Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur ini ditemukan berupa serpihan di Desa Nginggil, Kecamatan Kradenan, Blora, Jawa Tengah.
Kepala Penerangan Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi, Mayor Sus Yudha Pramono, mengatakan pesawat tempur ringan multi fungsi tersebut lepas landas sekitar pukul 18.24 WIB. Penerbangnya, Letnan Penerbang Safitra Indera, lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) pada 2015, dipastikan gugur dalam kecelakaan ini.
Pukul 19.25 WIB pilot masih melakukan kontak dengan flight director. Namun, setelah itu pesawat hilang kontak. Tim lalu bergegas melakukan pencarian. TNI AU kini melakukan pengamanan dan evakuasi di lokasi jatuhnya pesawat.
Pesawat tempur T-50i Golden Eagle merupakan buatan Korea Aerospace Industry (KAI) berkolaborasi dengan Lockheed Martin, Amerika Serikat. Kejadian tragis berkaitan dengan pesawat ini juga terjadi pada 10 Agustus 2020. Ketika itu, T-50i gagal lepas landas dalam sesi terbang latihan rutin di Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi.
Pilot in command dalam kejadian dua tahun lalu adalah Mayor Penerbang Luluk T Prabowo yang juga sebagai instruktur. Siswa yang ikut serta dengannya, Letnan Dua Penerbang Muhammad Zacky. Prabowo gugur pada 2 September 2020 usai dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta.
Sebagai informasi, melansir Antara, TNI AU merupakan pengguna pertama di luar Korea yang membeli pesawat dengan siluet sangat mirip dengan F-16 Fighting Falcon tersebut. Indonesia membeli T-50i Golden Eagle dalam dua termin pembelian, yaitu pada 2014 sebanyak 16 unit dan 2021 sebanyak enam unit.
Walau hasil kolaborasi dengan perusahaan raksasa pertahanan dunia, Lockheed martin, namun Angkatan Udara AS dan mantra marini lainnya tidak memakai T-50i Golden Eagle. Untuk pesawat tempur ringan yang berfungsi sebagai pesawat latih transisi, negara itu lebih memilih Boeing T-7 Red Hawk, kolaborasi Boeing dan Saab dari Swedia.