SMRC: Elektabilitas Mayoritas Parpol Turun, Hanya PDIP Terus Menanjak
Elektabilitas berbagai partai politik di Indonesia saat ini masih belum mampu mencapai posisi ketika bersaing dalam pemilihan legislatif (pileg) 2014. Mayoritas partai politik mengalami penurunan suara atau stagnan menjelang tahun politik 2018, kecuali PDI Perjuangan.
"Sejumlah partai yang sekarang sudah duduk di Senayan cenderung merosot perolehan suaranya, bahkan ada yang terlihat belum aman," kata Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan di kantornya, Jakarta, Selasa (2/1).
Djayadi mengatakan, dari berbagai partai politik, Hanya PDIP yang memiliki peningkatan elektabilitas sejak pileg 2014. PDIP mengalami peningkatan sebesar 8,7% dari 18,9% pada pileg 2014 menjadi 27,6%.
"PDIP satu-satunya yang cenderung semakin kuat secara sangat signifikan dalam 3,5 tahun terakhir," kata Djayadi. (Lihat: CSIS: PDI Perjuangan Memimpin Elektabilitas Partai Politik)
Berdasarkan hasil survei SMRC, elektabilitas Golkar menurun menjadi 12,1% dari 14,75% pada pemilihan legislatif 2014. Elektabilitas Gerindra menurun menjadi 8,9% dari sebelumnya 11,81% pada 2014. Elektabilitas Demokrat merosot dari 10,19% pada pileg 2014 menjadi 7,7%. PKB yang pada pileg 2014 memiliki 9,04% suara turun menjadi 6,3%.
Elektabilitas PPP turun dari 6,5% saat pileg 2014 menjadi 3,3%, Nasdem dari 6,7% menjadi 2,9%, Hanura dari 5,3% menjadi 1,1%, PKS dari 6,8% menjadi 3,8%, dan PAN dari 7,6% menjadi 2,0%.
Menurut Djayadi, ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan terhadap elektabilitas partai lain, namun tak berdampak ke PDIP. Salah satu faktor tersebut adalah fenomena beralihnya pemilih ke partai lain (swing voters) yang marak di Indonesia.
Djayadi mengatakan, berbagai partai politik di Indonesia kerap diikuti oleh swing voters sehingga elektabilitasnya saat ini menurun. Namun, PDIP hanya memiliki swing voter lebih sedikit dibandingkan partai lain.
Survei SMRC menunjukkan, swing voters banyak ditemukan di kalangan pemilih Demokrat sebesar 51%. Swing voters juga ditemukan di kalangan pemilih PAN sebesar 50%, PPP dan Hanura sebesar 47%, Gerindra 45%, dan Golkar 38%. Adapun, PDIP hanya memiliki swing voters sebesar 23% diikuti PKS sebesar 20%.
"Jadi ada partai yang swing voters-nya cukup banyak. Pemilih PDIP dan PKS adalah yang paling loyal dibandingkan partai lain dalam pileg 2014," kata Djayadi.
Menurut Djayadi, besarnya swing voters di Indonesia cukup besar karena minimnya kedekatan publik dengan partai politik. Berdasarkan survei SMRC, hanya 11,7% responden yang merasa memiliki kedekatan dengan partai.
"Jadi hanya sekitar 1 dari 10 pemilih Indonesia yang punya ikatan psikologis dengan partai," kata Djayadi.
Selain itu, PDIP juga dinilai mampu menarik pemilih dari partai lain dalam jumlah cukup besar. Bahkan, suara yang ditarik PDIP lebih besar dibandingkan yang meninggalkannya.
Djayadi menjelaskan, meningkatnya elektabilitas PDI karena adanya identifikasi PDIP dengan Presiden Joko Widodo. Berdasarkan survei yang dilakukan SMRC, 20% responden memilih PDIP karena menjadi partai utama pendukung Jokowi.
Sementara, 14,4% responden memilih PDIP karena dianggap sebagai pelanjut perjuangan mantan Presiden Soekarno, 13,9% merasa PDIP lebih memperjuangkan aspirasi rakyat. Kemudian, 11,7% responden menilai PDIP sebagai partai yang banyak bekerja membantu rakyat secara langsung dan 6,8% memilih karena kepemimpinan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri.
"Faktor utamanya penguatan itu karena identifikasi Presiden Jokowi dengan partai tersebut secara lebih kuat. Wajar karena Jokowi kader PDIP, dan PDIP adalah partai terbesar yang mencalonkan Jokowi 2014 yang lalu," kata Djayadi.
Survei diadakan SMRC pada 7-13 Desember 2017 yang melibatkan 1220 responden di seluruh provinsi di Indonesia dengan response rate sebesar 87%. Survei dilakukan melalui metode multistage random sampling dengan margin of error +/- 3,1% dengan tingkat kepercayaan 95%. Quality control dilakukan terhadap 20% sampel yang ada.