Terbatasnya Adopsi 5G Hambat Penggunaan Metaverse di Indonesia
Adopsi jaringan internet generasi kelima atau teknologi 5G secara global mempengaruhi pengembangan dan pemanfaatan teknologi metaverse, termasuk di Indonesia. Saat ini, sejumlah raksasa teknologi global seperti Facebook dan Apple memang tengah gencar mengembangkan teknologi metaverse.
Head of Network Solutions Ericsson Indonesia Ronni Nurmal mengatakan, jaringan 5G yang mempunyai kecepatan tinggi dan latensi rendah memungkinkan teknologi metaverse beroperasi. "5G berpotensi mengaktifkan metaverse pada pita lebar yang membawa pengalaman virtual apa saja, melebihi 4G," kata Ronni dalam konferensi pers virtual pada Rabu (15/12).
Metaverse merupakan versi teranyar dari virtual reality tanpa komputer. Pengguna teknologi ini dapat memasuki dunia virtual menggunakan headset yang terhubung dengan peralatan digital.
Di Indonesia, Ericsson mencatat ada 19% masyarakat yang menggunakan ponsel 5G. Masih terbatasnya pengguna 5G di Indonesia ini akan membuat penggunaan teknologi metaverse masih terbatas. "Ini karena fixed broadband masih sangat terbatas, penetrasi 5G juga masih rendah," katanya.
Meski begitu, pengguna 5G akan terus bertambah. Dia memperkirakan bertambah hingga lima juta dalam dua tahun ke depan. Penggunaan atau usecase 5G akan semakin meluas, termasuk pada augmented reality (AR) dan virtual reality (VR). "5G membawa pengalaman yang lebih banyak lagi, bukan hanya menikmati dunia digital di dua dimensi (2D) atau lihat layar saja," katanya.
Ia mencontohkan, pengalaman metaverse dengan 5G yakni bermain game secara langsung di dunia virtual. Kemudian, ada peluang penggunaan holographic call atau panggilan menggunakan hologram.
Director Strategic & Content Marketing Ericsson Peter Jonsson mengatakan, perluasan usecase 5G termasuk untuk metaverse seiring dengan jaringannya yang semakin banyak diadopsi secara global. "Apalagi, perangkat seperti smartphone 5G menjadi lebih terjangkau," katanya.
Ericsson sendiri memperkirakan, jumlah pengguna internet 5G mencapai 4,4 miliar atau 75% dari populasi dunia pada 2027. Setiap harinya ada satu juta pengguna baru 5G di dunia.
Sejumlah raksasa teknologi global tengah gencar mengadopsi metaverse. Facebook misalnya, mengganti nama menjadi Meta untuk fokus sebagai perusahaan metaverse. Salah satu aplikasi metaverse yang akan dikembangkan oleh Facebook yakni konser 3D atau tiga dimensi.
Apple juga berencana meluncurkan perangkat VR dan AR tahun depan. Perangkat ini mirip dengan Oculus Quest milik induk Facebook, Meta yang ingin beralih menjadi perusahaan metaverse.
Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) itu akan menyematkan sejumlah kemampuan pada perangkat AR dan VR. Salah satunya, memasang cip (chipset) canggih, layar, sensor, dan fitur berbasis avatar.
Induk TikTok, ByteDance juga berencana mengembangkan teknologi metaverse. Perusahaan asal Cina itu pun mengakuisisi startup VR Pico Interactive.
South China Morning Post (SCMP) melaporkan, kesepakatan akuisisi ByteDance terhadap Pico Interactive senilai hampir 5 miliar yuan atau US$ 772 juta (Rp 11 triliun). Melalui akuisisi ini, Pico Interactive akan berfokus pada pasar konsumen Cina, sambil mempertahankan sebagian besar staf.