Starlink Masuk Indonesia Bikin Was-was Operator, Berapa Harganya?
Pemerintah menjalin kerja sama dengan perusahaan internet Starlink milik Elon Musk. Kehadiran Starlink ini mengkhawatirkan perusahaan operator seluler di Tanah Air, salah satunya XL Axiata.
Presiden direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan pemerintah harus menjadi katalis dan memastikan keberlanjutan bisnis industri telekomunikasi.
“Playing field kurang seimbang. Barangkali menjaga sustainability sudah sangat sulit,” kata Dian dalam sesi diskusi acara detikcom Leaders Forum: Arah Industri Telekomunikasi Indonesia di Jakarta, Kamis (24/8).
Ia menilai pemain internasional seperti Elon Musk akan memunculkan pemain baru yang dapat mengakibatkan para operator seluler tidak mendapatkan playing of field atau keadilan.
“Bisa dibabat habis,” kata CEO XL Axiata itu.
Harga Starlink Lebih Murah?
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan berencana menyediakan akses internet di bagian timur Indonesia dengan Starlink. Luhut menekankan layanan ini akan menyasar desa terpencil dan tertinggal.
"Kami melihat banyak sekali desa-desa yang tidak bisa dicapai oleh jaringan internet. Oleh karena itu, kami sepakat dengan Elon untuk Starlink masuk di Indonesia timur," kata Luhut di akun resmi media sosial yang dikutip Selasa (15/8).
Luhut menyampaikan salah satu pertimbangan pertimbangan pemerintah yakni karena biaya layanan Starlink yang relatif lebih rendah.
Luhut menjelaskan rendahnya biaya layanan Starlink disebabkan oleh teknologi yang digunakan, yakni satelit orbit rendah. Luhut mencatat Starlink milik Elon Musk ini memiliki sekitar 60 ribu satelit kecil yang ada di orbit rendah.
Dikutip dari Satellite Internet, harga langganan internet Starlink mulai dari US$ 90 per bulan atau sekitar Rp 1,3 juta untuk area dengan jaringan berkapasitas rendah atau tidak banyak orang yang menggunakannya secara bersamaan. Sedangkan area Starlink berkapasitas tinggi atau yang paling banyak digunakan akan dikenakan US$ 120 sekitar Rp 1,8 juta.
SpaceX milik Elon Musk berencana akan berinvestasi di ibu kota baru atau Ibu Kota Negara (IKN). Kecepatan internet anak usahanya yakni Starlink bisa mencapai 160 megabit per detik (Mbps).
Perusahaan milik Elon Musk itu juga menyediakan layanan Global Roaming, yang tersedia di semua negara. “Akan dikenakan biaya US$ 200 (Rp 3 juta) per bulan, selain US$ 599 (Rp 9,3 juta) yang menggunakan parabola Starlink Kit,” demikian isi email kepada pelanggan, dikutip dari GSM Arena, Senin (20/2).
Dikutip dari CNET, Starlink mulai gencar mengembangkan layanannya sejak 2021. Namun, pengembangan jaringan sebenarnya sudah dimulai sejak 2015. Kemudian, satelit prototipe pertama diluncurkan ke orbit pada 2018.
Sejak saat itu, SpaceX mengerahkan ribuan satelit Starlink ke orbit rendah. Total, ada lebih dari 2.000 satelit yang telah mengorbit.
Melalui satelit orbit rendah itu, Starlink menyediakan layanan internet terutama ke bagian lain di dunia yang belum memiliki akses internet broadband berkecepatan tinggi.
Menurut situs pelacak kecepatan internet Ookla, kecepatan unduh dari satelit Starlink selama kuartal keempat 2021 mencapai 100 Mbps di 15 negara berbeda.
Di Amerika Serikat (AS), Starlink menawarkan kecepatan unduh rata-rata sekitar 105 Mbps dan kecepatan unggah rata-rata sekitar 12 Mbps. Kecepatannya lima atau enam kali lebih baik dari rata-rata pesaing seperti Viasat dan HughesNet.
"Penggunanya dapat mengharapkan kecepatan data bervariasi dari 50 hingga 150 Mbps dan latensi dari 20 hingga 40 milidetik di sebagian besar lokasi selama beberapa bulan ke depan," kata Starlink dikutip dari CNET, tahun lalu (14/5/2022).
Menurut situs pelacak kecepatan internet Ookla, Starlink merupakan penyedia layanan internet tercepat di sejumlah negara, seperti Lituania, Meksiko, Chili, dan Australia.
Berdasarkan laporan Speedtest Intelligence dari Ookla per kuartal I, kecepatan unduh rata-rata Starlink sejumlah negara sebagai berikut:
- Meksiko 105,91 Mbps
- Lituania 160,08 Mbps
- Cili 110,49 Mbps
- Kanada 97,40 Mbps
- AS 90,55 Mbps
- Belgia 147,85 Mbps
- Slovakia 146,25 Mbps
- Kroasia 136.00 Mbps
- Austria 132.61 Mbps
- Australia 124,31 Mbps
"Jauh lebih cepat daripada layanan internet broadband tetap di Australia, 50,87 Mbps," kata Ookla dalam laporan, pada Juni 2022 (28/6/2022).