Perbankan Yakin Kebijakan Baru BI Lebih Efektif Tekan Bunga

Desy Setyowati
18 April 2016, 18:50
Bank Indonesia
Donang Wahyu|KATADATA

Perbankan menilai kebijakan moneter baru Bank Indonesia lebih efektif menurunkan suku bunga perbankan. Sebab, suku bunga acuan BI Seven Day Reverse Repo Rate lebih mendekat ke transaksi pasar uang. Instrumen ini ditransaksikan dengan tenor pendek dengan nilai 70 persen dari rata-rata uang yang diperjual-belikan Rp 12 triliun, atau Rp 8 - 9 triliun. Sementara posisi BI Rate saat ini lebih sesuai dengan instrumen tenor setahun.

Akhir pekan lalu, BI mengubah suku bunga acuan dari BI Rate menjadi BI Seven Day. Bnak sentral menganggap bunga repo tujuh hari lebih efektif sebagai suku bunga operasi moneter karena mencerminkan kondisi yang lebih nyata di pasar keuangan atau perbankan ketimbang BI Rate. Meski begitu, BI mempertahankan BI rate sebagai bunga acuan instrumen bertenor setahun.  

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mendukung langkah BI. Menurutnya, suku bunga acuan ini lebih mencerminkan harga pasar karena berdasarkan persediaan dan permintaan. Kebijakan ini juga memungkinkan biaya dana (cost of fund) menjadi turun, sehingga lebih mudah bagi perbankan menurunkan bunga kredit ataupun depositonya. (Baca: BI Jamin Bunga Acuan Baru Tak Ganggu Target Inflasi dan Ekonomi).

Secara tidak langsung, likuiditas juga bisa meningkat. Biaya yang murah akan menarik uang yang parkir di Surat Berharga Negara ataupun obligasi korporasi lainnya. “Kalau itu (BI Seven Day) lebih murah, kan cerminan dari suply-demand, likuiditas akan muter. Yang selama ini uang parkir di obligasi akan lebih cair. Itu efek samping, bukan direct,” kata Rohan kepada Katadata, Senin, 18 April 2016.

Pandangan serupa disampaikan Eko Waluyo. Menurut Sekretaris Perusahaan Bank Tabungan Negara ini, likuiditas memungkinkan bertambah seiring biaya untuk menyimpan atau meminjam likuiditas dari BI lebih murah. Persediaan likuiditas yang cukup dengan harga yang menarik akan mendorong bank menyalurkan kredit lebih besar. Dengan begitu, pembiayaan ke sektor riil semestinya lebih banyak. (Baca juga: Per Agustus, BI Rilis Suku Bunga Acuan yang Lebih Membumi).

Sementara itu, ekonom Bank Pembangunan Singapura (DBS) Gundy Cahyadi berpendapat kebijakan sebelumnya, suku buga acauan BI Rate, memang belum efektif mendorong suku bunga perbankan turun. Kendati BI Rate sudah turun tiga kali sebesar 0,75 persen, namun bunga bank tak lantas menyusut. Apalagi, Otoritas Jasa Keuangan hanya membatasi bunga deposito 0,75 sampai satu persen di atas BI Rate. Dengan demikian sulit mendorong bunga kredit turun lebih dari level tersebut.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...