Hadapi Minyak Murah, Kontraktor Migas Perlu Terobosan Teknologi
Kontraktor minyak dan gas bumi (migas) perlu mencari terobosan di bidang teknologi menghadapi harga minyak dunia yang rendah dalam setahun terakhir ini. Tujuannya agar kegiatan usaha terus berjalan dan produksi migas tidak terganggu.
Presiden Direktur GE Oil and Gas Iwan Candra melihat, harga minyak rendah memang sangat memukul industri migas. Banyak kegiatan atau sumur yang terpaksa berhenti beropereasi karena dianggap tidak ekonomis. (Baca: Pengembangan Blok East Natuna Dinilai Butuh Biaya Besar)
Berhentinya kegiatan tersebut tentu akan merugikan para kontraktor. Iwan menghitung, jika sumur minyak berhenti berproduksi selama satu minggu, maka kerugian yang akan ditanggung oleh kontraktor bisa mencapai US$ 3 juta atau Rp 40,9 miliar. Sedangkan nilai kerugian fasilitas pengolahan gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) lebih besar lagi, yaitu mencapai US$ 150 juta per tahun.
Kondisi tersebut bisa mempengaruhi produksi migas di dalam negeri. Apalagi, usia lapangan migas di Indonesia sudah tua alias telah dieksploitasi sejak lama. “Yang lambat laun produksinya kian menurun,” kata dia di Jakarta, Selasa (24/5).
Salah satu opsi meminimalkan masalah tersebut, kontraktor migas bisa menggunakan teknologi Electrical Submersible Pump (ESP). GE Oil and Gas mengklaim pompa ini dapat meningkatkan efisiensi sumur yang sudah ada dan menahan laju penurunan produksi hingga 15 persen. (Baca: Produksi Migas Merosot dalam Satu Bulan Terakhir)
Selain itu, beberapa teknologi yang dimiliki GE dapat mengetahui sumber migas yang ada di perut bumi. Jadi, dapat meningkatkan penemuan cadangan migas, yang saat ini rata-rata penemuan kembali cadangan minyak Indonesia dibandingkan konsumsi sebesar 35 persen. Dengan begitu, dapat menambah produksi minyak sebesar 80 miliar barel atau setara dengan produksi minyak global selama kurang lebih tiga tahun.
Saat ini, menurut Iwan, GE Oil and Gas bekerjasama dengan sejumlah kontraktor menggunakan berbagai teknologi di Kilang Arun, Aceh, dan Kilang Badak di Kalimantan Timur. Tidak hanya itu, GE tengah bekerja sama dengan BP Indonesia untuk industrialisasi digital di Tangguh, Papua. Termasuk dengan Pertamina di Blok Simenggaris. “Dalam pengembangan bisnisnya kami tetap memberdayakan konten lokal,” ujar Iwan.
Di tengah tren harga minyak yang rendah saat ini, kontraktor migas terkesan enggan melakukan banyak eksplorasi. Bahkan, kontraktor malah semakin mengurangi kegiatan untuk mencari sumber-sumber migas baru. (Baca: Eksplorasi Minim, Cadangan Minyak Turun Hampir Empat Persen)
Minimnya eksplorasi terlihat dari penurunan dalam pengeboran sumur eksplorasi. Berdasarkan data Kementerian ESDM, tahun lalu hanya ada pengeboran 52 sumur yang menghasilkan 15 temuan cadangan baru. Padahal, pada 2014 ada 83 sumur yang dibor dengan 25 temuan cadangan migas.
Tahun lalu, jumlah pengeboran semakin rendah bila dibandingkan rata-rata pengeboran pada periode 2011-2013 yang mencapai 104 sumur. Survei seismik 2 D dan 3 D juga hanya 7.281 survei. Padahal, tahun sebelumnya ada sebanyak 14.414 survei.