Jalani Proses Merger, AirAsia Indonesia Ganti Pemimpin
Perusahaan penerbangan AirAsia Indonesia melakukan suksesi pucuk pimpinan. Presiden Direktur AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko digantikan oleh Ridzeki Tresno Wibowo. Padahal, maskapai penerbangan asal Malaysia itu tengah menjalani proses merger dengan perusahaan afiliasinya, AirAsia Indonesia Xtra.
Ridzeki yang ditunjuk sebagai Pejabat sementara (Pjs) Presiden Direktur AirAsia Indonesia, sebelumnya menjabat Direktur Operasi di perusahaan tersebut sejak tahun lalu. Ia juga merupakan pilot senior.
CEO AirAsia Group Tony Fernandes menyebut Sunu yang telah menjadi presiden direktur selama tiga tahun, telah berjasa bagi perusahaan. “Sunu memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kinerja AirAsia Indonesia,” ujarnya melalui siaran pers, Selasa (31/5).
(Ekonografik: 9 Maskapai Indonesia di Jajaran Terburuk Dunia)
Komisaris Utama AirAsia Indonesia, Pin Harris pun menyatakan Sunu telah memberi kontribusi yang sangat berarti kepada maskapai ini. Terutama, selama setahun terakhir ini AirAsia Indonesia tersebut menghadapi berbagai tantangan.
AirAsia memang menderita kerugian per kuartal ketiga tahun lalu. Kerugian tidak hanya terjadi pada bisnis maskapai ini di Malaysia, tapi juga di Filipina dan Indonesia. Kerugian di Filipina mencapai US$ 29,1 juta. Sementera di Indonesia, AirAsia merugi US$ 19,9 juta. Secara keseluruhan, AirAsia mencatatkan kerugian US$ 96 juta sepanjang kuartal III-2015.
(Baca: Setelah Lion, AirAsia Salah Antar Penumpang)
Padahal pada periode sama tahun sebelumnya, AirAsia meraih keuntungan 5,4 juta ringgit atau sekitar US$ 97,7 juta. Perusahaan mengaku, merosotnya nilai tukar mata uang sebagai penyebabnya. Meski begitu, Tony Fernandes menilai kondisi tersebut hanya bersifat sementara. “Kami melihat adanya harapan setelah berbagai tantangan menghadang,” ujarnya seperti dikutip Reuters, 26 November 2015.
Di sisi lain, AirAsia Indonesia dan AirAsia Indonesia Xtra tengah menjalani tahapan akhir proses merger. AirAsia Indonesia Xtra merupakan maskapai berbiaya rendah yang melayani rute jarak jauh, yang terafiliasi dengan AirAsia X Berhad di Malaysia.
Merger dua perusahaan terfiliasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi operasional di tengah lesunya bisnis penerbangan dunia belakangan ini. “Saat ini (merger) masih dalam proses,” kata Head of Corporate Secretary and Communications AirAsia Indonesia Baskoro Adiwiyono melalui pesan singkat kepada Katadata, Selasa (31/5).
(Baca: Maskapai Murah Rajai Pasar Bebas Penerbangan ASEAN)
AirAsia Indonesia Xtra saat ini telah memenuhi persyaratan pengoperasian dua tipe pesawat, yaitu Airbus A320 dan A330. Keduanya telah digunakan selama hampir satu tahun. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan dalam merger. Sementara itu, AirAsia Indonesia mengoperasikan 15 pesawat jenis A320 yang melayani 33 rute domestik dan mancanegara. Proses merger ini masih membutuhkan waktu transisi setelah mendapat lampu hijau dari Menteri Perhubungan Ignasius Jonan.