Minta Kerjasama BI, OJK, Kemkeu, Darmin: Aneh, Bunga Tak Turun
Bank Indonesia (BI) sudah berkali-kali memangkas suku bunga acuan, BI 7-Days Repo Rate hingga berada di level 4,75 persen pada bulan ini. Namun, penurunan suku bunga kredit perbankan masih lambat. Agar bunga kredit turun signifikan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berpendapat BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Keuangan harus bekerja sama.
Penurunan suku bunga kredit harus diusahakan meski penurunannya tidak seketika setelah suku bunga acuan BI dipangkas. “Kalau sudah tiga kali berturut-turut BI 7-Days Repo Rate turun, tingkat bunga tidak turun, aneh,” kata Darmin di kantornya, Jakarta, Jumat (21/10). (Baca juga: Pacu Kredit, BI Agresif Pangkas Bunga Acuan Jadi 4,75 Persen)
Sekadar catatan, BI telah secara agresif memangkas suku bunga acuan dari 7,25 persen di awal tahun menjadi 4,75 persen pada Oktober ini. Tujuannya untuk memacu penyaluran kredit dan menggerakkan perekonomian. Sayangnya, hingga Agustus lalu, suku bunga kredit baru turun 0,6 persen. Sedangkan suku bunga deposito sudah berkurang 1,08 persen.
Menurut Darmin, perlu koordinasi banyak pihak agar perbankan segera merealisasikan suku bunga kredit di bawah 10 persen. “Ya kerjasama dan yakinkan OJK-lah supaya dengan penurunan itu semestinya terealisasi pada suku bunga deposito dulu, lalu tabungan, baru masuk ke kredit,” katanya.
Selain itu, Kementerian Keuangan perlu diajak berkoordinasi agar suku bunga obligasi negara turun. Tujuannya, agar pasar tidak beralih menempatkan dananya dari simpanan di bank ke Surat Berharga Negara (SBN), lantaran imbal hasilnya besar. Berdasarkan data Bloomberg, imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun sebesar 7,1 persen per Jumat ini.
(Baca juga: BI: Pertumbuhan Ekonomi di Batas Bawah)
Darmin berharap, likuiditas di pasar tersebar merata di semua instrumen investasi baik perbankan, pasar modal, ataupun yang lainnya. Dengan begitu, sistem keuangan bisa terjaga stabilitasnya.
Apalagi ia memperkirakan, banjir likuiditas dari hasil program pengampunan pajak (tax amnesty) akan terjadi di akhir tahun nanti. Jika koordinasi dilakukan, semestinya amnesti pajak bisa mendorong pertumbuhan kredit tahun ini.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Haddad justru makin pesimistis terhadap pertumbuhan kredit. Ia sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan kredit dari 10-12 persen menjadi hanya 6-8 persen tahun ini.
Pangkal soalnya, perekonomian masih melambat sehingga permintaan kredit diperkirakan tidak meningkat signifikan di akhir tahun. "Tadinya kami menduga bisa lebih baik dari angka yang sekarang," ujar Muliaman. (Baca juga: Ekonomi Lambat, OJK Revisi Pertumbuhan Kredit Jadi 7 Persen)
Adapun BI masih memproyeksikan pertumbuhan kredit sebesar 7-9 persen hingga akhir tahun. Pertimbangannya, adanya pola peningkatan permintaan kredit di akhir tahun. Sebagai informasi, hingga Agustus lalu, perumbuhan kredit cuma 6,8 persen secara tahunan (year on year).