Meski Bunga Rendah, Pengusaha Tak Minat Berutang ke Bank

Desy Setyowati
Oleh Desy Setyowati - Martha Ruth Thertina
22 Oktober 2016, 12:00
Bank uang
Arief Kamaludin|KATADATA

Harapan Bank Indonesia (BI) memangkas secara agresif suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate untuk memacu penyaluran kredit, tampaknya masih sulit terwujud. Para pengusaha yang berhimpun di dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) belum berminat meminjam uang ke bank untuk ekspansi usaha. Alasannya, permintaan pasar belum pulih.

Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani memperkirakan, pelaku usaha baru akan melakukan ekspansi usaha pada kuartal kedua tahun depan. “(Sekarang) mau pinjam tidak begitu berminat, karena pasar turun, ekspansi usaha direm, maka penyaluran kredit juga turun,” katanya kepada Katadata, Jumat (21/10).

(Baca juga: Ekonomi Lambat, OJK Revisi Pertumbuhan Kredit Jadi 7 Persen)

Meski begitu, Hariyadi tetap menyambut positif langkah BI menurunkan suku bunga acuan. Dengan begitu, tingkat bunga kredit akan semakin menarik. Seperti diketahui, dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada 19-20 Oktober lalu, BI menurunkan BI 7-Day Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen.

Namun, untuk mendorong dunia usaha, Hariyadi berpendapat, kuncinya terletak pada pemerintah. “Harus didorong betul kebijakan-kebijakan untuk menggerakkan sektor riil,” katanya. Contohnya, kebijakan pembelian minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk campuran solar. Jika dijalankan, kebijakan itu akan mengangkat harga CPO dan mengerek pendapatan petani.

Selain itu, kebijakan menekan impor dan mendorong ekspor. Menurut dia, substitusi impor harus didorong agar pasar domestik berkembang. Sebaliknya, ekspor beragam produk perlu didorong, contohnya ekspor ikan. “Potensinya banyak. Kalau Ibu Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan) ambil kebijakan yang positif, bangkit industri,” kata Hariyadi.

Grafik: Suku Bunga BI 7-day Repo Rate dan Inflasi Bulanan YoY (April-Okt 2016)

Sebelumnya, Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga mengatakan, dalam kondisi perlambatan ekonomi seperti saat ini dibutuhkan lebih dari sekadar kebijakan moneter. Sebab, pangkal masalahnya adalah perlambatan ekonomi telah mengakibatkan permintaan masyarakat berkurang dan ujungnya menurunkan keuntungan bisnis. 

Dalam kondisi seperti ini, bank lebih selektif menyalurkan kredit agar kredit bermasalah tidak membengkak. Di sisi lain, korporasi menahan ekspansi. Tak ayal penyaluran kredit melambat. (Baca juga: Kredit Masih Lemah, Pemerintah Didorong Turun Tangan)

“Dalam kondisi siklus bisnis seperti ini yang bukan business as ussual, menurut saya pelonggaran kebijakan moneter perlu dikombinasikan dengan kebijakan lain yang sebenarnya akan krusial mendorong kembali pemulihan sisi permintaan perekonomian,” kata Josua.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...