Rencana 200 Hari Presiden Trump: Setop Pakta Dagang NAFTA dan TPP
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru akan dilantik dan menjalankan tugasnya pada Januari tahun depan. Meski begitu, Trump tengah menyusun program kerja 200 hari pertamanya sebagai presiden. Salah satu programnya adalah mengkaji ulang, bahkan membawa Amerika Serikat keluar dari pakta perjanjian kerjasama dagang.
Rencana tersebut dituangkan dalam sebuah memo yang disusun oleh tim transisi Trump. “Akan diadakan negosiasi perjanjian perdagangan baru, dengan mengutamakan kepentingan pekerja serta perusahaan Amerika Serikat,” tulis tim transisi dalam memo tersebut, seperti dilansir CNN, Selasa (15/11). (Baca: Efek Trump, Rupiah Melemah Atas Semua Mata Uang Asing)
Bocoran dokumen memo yang diperoleh CNN itu, memuat kerangka kebijakan Trump untuk sektor perdagangan dalam 200 hari pertama pemerintahannya. Trump antara lain akan fokus kepada renegosiasi atau bahkan menghentikan keanggotaan AS dalam pakta perdagangan bebas North American Free Trade Agreement (NAFTA). Janji ini memang pernah diutarakan Trump semasa kampanye.
Meski begitu, catatan dalam memo tersebut menjelaskan, segala sesuatunya masih dapat berubah sebelum Trump resmi menjabat Presiden AS pada 20 Januari 2017. Poin-poin dalam memo tersebut “masih sebatas bahan diskusi”.
Namun, memo tersebut memuat cetak biru yang sedang disiapkan tim transisi Trump, berdasarkan program-program yang diusung kandidat dari Partai Republik itu. Setidaknya ada lima prinsip utama dalam rencana 200 hari pertama Trump, ditambah agenda menyangkut lapangan pekerjaan di sektor manufaktur.
Pertama, melakukan renegosiasi atau menarik diri dari keanggotaan NAFTA. Kedua, menghentikan kesepakatan dagang di kawasan Pasifik, Trans-Pacific Partnership (TPP). Ketiga, menghentikan impor yang tidak adil. Keempat, menghapuskan praktik perdagangan yang tidak adil. Kelima, meningkatkan kesepakatan perdagangan bilateral.
Sementara itu, yang menjadi fokus akhir adalah mempertahankan dan mengembalikan lapangan kerja di sektor manufaktor. Selain itu, mengurangi besaran pajak untuk korporasi dan menghapuskan regulasi dalam berbisnis serta hambatan pada sektor energi dalam negeri.
Kebijakan TPP hampir pasti akan menjadi perdebatan, karena para pemimpin Kongres dari kedua kubu, yaitu Republik dan Demokrat, menyatakan kesepakatan tersebut tidak akan berlanjut hingga ratifikasi. Trump tidak perlu melakukan upaya apa pun untuk menghentikannya, karena kesepakatan tersebut akan mati dengan sendirinya.
Saat ditanya mengenai tanggapan Trump terhadap memo tersebut, tim transisi menolak berkomentar. (Baca: Risiko di Balik Perubahan Tiga Indikator Ekonomi Era Trump)
Berikut ini rencana Trump di hari pertama, 100 hari pertama, hingga 200 hari pertama pemerintahannya.
Hari Pertama: Reformasi NAFTA
Pada hari pertama, Trump akan melakukan reformasi terhadap NAFTA, termasuk meminta Departemen Perdagangan dan Komisi Perdagangan Internasional untuk mulai mempelajari berbagai konsekuensi yang akan muncul jika AS keluar dari pakta perdagangan tersebut. Selain itu, mengkaji persyaratan yang harus dipenuhi.
Ia juga akan meminta perwakilan perdagangan Amerika Serikat untuk menyampaikan informasi kepada Meksiko dan Kanada mengenai rencana AS mengamandemen kesepakatan tersebut. Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto dan Trump pernah bertemu pada 31 Agustus lalu. Saat itu, Trump berjanji melakukan reformasi perjanjian perdagangan NAFTA dengan Meksiko dan Kanada.
Namun, tim transisi meminta adanya pertimbangan lebih lanjut dampak kebijakan perdagangan itu terhadap masyarakat kelas menengah, para pekerja sektor manufaktur dan jasa, serta penanaman modal langusng ke AS.
Trump juga akan mengajukan perundang-undangan mengenai manipulasi mata uang, pengkajian potensi kejahatan dari mitra perdagangan AS, serta akan meminta Komite Investasi Asing untuk melihat kembali kondisi keamanan pangan dalam negeri.
100 Hari Pertama: Membidik Cina
Berdasarkan memorandum tersebut, dalam 100 hari pertama, Trump akan melanjutkan proses renegosiasi NAFTA dan berusaha menjatuhkan Cina, yang dianggapnya sebagai manipulator mata uang. Ia juga akan bekerjasama dengan komunitas intelijen untuk perdagangan.
(Baca: Trump Bisa Goyahkan Masa Depan The Fed)
200 Hari Pertama: Penghentian keanggotaan secara resmi
Menginjak hari ke-200 pemerintahannya, Trump berencana menarik keluar secara resmi AS dari keanggotaan NAFTA, dan tetap meningkatkan perjanjian perdagangan bilateral.
Memo kepresidenan tersebut menyebut Kongres telah memberikan kekuasaan kepada Presiden untuk menjalin kesepakatan perdagangan melalui Kongres dengan lebih cepat. Wewenang yang disebut Trade Promotion Authority ini, berlaku hingga 2018 dan bisa diperpanjang sampai dengan 2021.
Memo tersebut memperingatkan adanya dampak negatif jika AS keluar dari NAFTA. Namun, dampak tersebut bisa diatasi jika AS menjalin perjanjian perdagangan bilateral dengan Kanada dan Meksiko.