Sri Mulyani Waspadai Dampak Penurunan Investasi Dunia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah mewaspadai fenomena penurunan investasi yang tengah melanda dunia. Karenanya, Indonesia harus menggenjot laju investasi agar pertumbuhan ekonomi tahun ini dapat mencapai target.
Ia melihat, penurunan investasi terjadi hampir di semua negara, termasuk di negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market). "(Semua) menunjukkan pelemahan investasi, ini harus diwaspadai,” kata dia saat acara CIMB Niaga Economic Outlook 2017 di Jakarta, Kamis (26/1).
Untuk menjaga pertumbuhan investasi di dalam negeri, Sri Mulyani menekankan, pemerintah akan fokus memperkuat fundamental ekonomi. “Dalam hal ini, menurut saya diversifikasi (pendorong ekonomi di masing-masing daerah) menjadi kunci,” kata dia. (Baca juga: Realisasi Investasi Tahun Lalu Melambat, Cuma Tumbuh 12 Persen)
Selain itu, ia menilai perlunya kebijakan-kebijakan yang mendorong daya saing produk lokal dan daya beli masyarakat. Dengan begitu, industri domestik bisa makin menggeliat dan investasi bisa kembali tumbuh.
Sri Mulyani menambahkan, 14 paket kebijakan ekonomi yang sudah dirilis pemerintah juga semestinya bisa membantu meningkatkan minat investasi. Seperti diketahui, paket-paket kebijakan ekonomi tersebut berisi deregulasi sejumlah aturan yang dinilai menghambat investasi dan pengurangan beberapa pajak.
(Baca juga: Investasi Melonjak, Cina Incar Proyek Smelter dan Pembangkit Listrik)
Laju investasi di dalam negeri juga diyakini bakal terbantu oleh kenaikan harga komoditas. Beberapa komoditas tambang dan perkebunan memang tercatat meningkat.
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Mandiri bidang Riset Industri dan Wilayah Dendi Ramdani mengungkapkan, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) dan minyak mentah sudah naik 42,6 persen dan 48,3 persen sejak 20 Desember 2016. Komoditas lain yang mengalami kenaikan harga yakni batubara, nikel, dan tembaga.
“Kami melihat kesempatan itu muncul dengan adanya tren dari harga komoditas yang mulai naik dan tidak terus memburuk. Kami juga ada beberapa volume dari perdagangan internasional yang sudah mulai pick up,” ujar Sri Mulyani. (Baca juga: BKPM: Trump dan Pilkada Jakarta Bisa Jadi Kendala Investasi 2017)
Dari sisi pembiayaan bisnis, dia melihat likuiditas di perbankan masih mencukupi untuk itu. Selain itu, pembiayaan di pasar modal baik melalui saham ataupun surat utang (obligasi) juga bisa menjadi alternatif.