Saham Induk Beras "Maknyuss" Bergerak Liar, BEI Minta Penjelasan
Harga saham PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) Food Tbk., terombang-ambing pasca polisi menggerebek gudang milik anak usahanya, PT Indo Beras Unggul (IBU), atas dugaan mengoplos beras bersubsidi dengan beras premium. Harga saham perusahaan berkode bursa AISA tersebut sempat merosot ke harga Rp 905 pada pembukaan perdagangan Senin (24/7), atau terpotong nyaris separuh dalam dua hari perdagangan.
Pada penutupan perdagangan Kamis (20/7) sore, sebelum penggerebekan terjadi malamnya, saham AISA tercatat berada di harga Rp 1.605. Namun, pada Jumat (21/7), harga saham perusahaan anjlok 24,92% menjadi Rp 1.205. Harga sahamnya kembali merosot 24,89% pada perdagangan Senin (24/7) pagi ke level Rp 905. Namun, harga saham AISA berhasil bangkit pada perdagangan siang ke kisaran Rp 1.200-an.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menekankan, AISA perlu segera melakukan paparan publik untuk menjelaskan secara rinci duduk persoalan kasus tersebut. Apalagi, terdapat pandangan yang berbeda mengenai persoalan itu. Menteri Sosial Khoofifah indar Parawansa, misalnya, menyatakan bahwa beras bersubsidi tidak mungkin dijual ke swasta.(Baca juga: Mantan Menteri Pertanian Ikut Tercoreng Kasus Beras "Maknyuss")
Di sisi lain, Tito melihat, bisnis AISA tetap bisa bertahan meski anak usahanya terbelit kasus. Sebab, kontribusi anak usahanya tersebut terhadap perusahaan tidak terlalu besar. "Ternyata dari hasil persentase penghasilan ini kan anak perusahaannya itu tidak terlalu material," kata dia di Jakarta, Senin (24/7).
Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata, AISA bakal menggelar paparan publik pada Selasa (25/7) untuk membahas kasus tersebut. (Baca juga: Tiga Pilar Bantah “Maknyuss” Dioplos Beras Murah)
Analis PT Indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, kepercayaan investor terhadap bisnis perusahaan terganggu akibat kasus tersebut. Maka itu, investor memilih untuk melepas saham guna mencari keamanan dan kenyamanan.
Namun, bila kasus tersebut bisa cepat diselesaikan perusahaan, ia melihat kemungkinan pulihnya kepercayaan publik sehingga laju saham AISA bisa kembali ke jalur positif. Beda cerita bila penyelesaian kasusnya berlarut-larut, bukan tidak mungkin bakal semakin memberatkan AISA.
Sementara itu, Analis Bina Artha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, pergerakan saham AISA dalam jangka panjang sulit diprediksi. Yang jelas, "Pelaku pasar kalau ada sentimen jelek cenderung sell (jual)," ucapnya. Menurut dia, pergerakan saham AISA masih akan dipengaruhi oleh hasil penyelidikan kepolisian dan penjelasan dari manajemen perusahaan.
Sebelumnya, Direktur Tindak Pidana Khusus, Kepolisian Republik Indonesia, Brigjen Agung Setya menyebut, hasil uji laboratorium yang dilakukan petugas mendapati bahwa beras kemasan produksi anak usaha AISA yaitu PT IBU didominasi jenis IR64 yang setara beras medium bersubsidi. Meski, produsen mengoplosnya dengan beberapa jenis beras lain yang lebih baik seperti Rojo Lele dan Pandan Wangi.
“Penyidik menduga mutu dan komposisi beras ‘Maknyuss’ dan ‘Cap Ayam Jago’ yang diproduksi PT IBU tidak sesuai dengan apa yang tercantum pada label,” kata Agung.
Merespons tuduhan tersebut, AISA telah menyampaikan bantahan tertulisnya dalam keterbukaan informasi di situs BEI. Direktur AISA Jo Tjong Seng menyatakan bahwa PT IBU membeli gabah dari petani dan beras dari mitra penggilingan lokal. “Dan tidak menggunakan beras subsidi yang ditujukan untuk program Beras Sejahtera (Rastra) Bulog dan atau bantuan bencana dan atau bentuk lainnya dalam menghasilkan beras kemasan berlabel,” kata dia.