Modal Susut 29%, Garuda Minta Keringanan Syarat Utang US$ 500 Juta

Yura Syahrul
28 Juli 2017, 14:27
Garuda Indonesia Travel Fair 2017
ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Pengunjung mengamati pesawat milik maskapai PT Garuda Indonesia pada Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) 2017 di Yogyakarta, Jumat (10/3).

PT Garuda Indonesia Tbk tengah terbelit masalah keuangan dan permodalan yang berat. Maskapai penerbangan BUMN ini memohon kepada pemegang surat utang syariah (sukuk) global senilai US$ 500 juta untuk melonggarkan persyaratan. Alasannya, kerugian Garuda yang membengkak telah menggerus modalnya sehingga anjlok di bawah batas yang ditentukan dalam perjanjian surat utang tersebut.

Garuda berencana menggelar Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) sukuk global senilai US$ 500 juta di Hong Kong, 18 Agustus mendatang. Rapat itu bertujuan meminta persetujuan pemegang sukuk untuk mengamendemen perjanjian.

Revisi menyangkut persyaratan batasan rasio keuangan yang harus dipenuhi Garuda. Dalam surat kepada otoritas bursa Singapura dimana sukuk tersebut dicatatkan, Kamis (27/7), Garuda merinci poin-poin persyaratan yang akan direvisi dan dimintakan persetujuannya kepada pemegang sukuk.

Di antaranya adalah penurunan batasan minimal total modal konsolidasi Garuda menjadi US$ 500 juta dari sebelumnya US$ 800 juta. Selain itu, menaikkan batasan rasio total utang terhadap modal atau debt to equity ratio (DER) menjadi tiga kali dari semula 2,5 kali.

“Sebelum pengumuman ini, kami telah memulai diskusi dengan kreditor untuk mencari keringanan dan modifikasi perjanjian seperti diminta dalam proposal permohonan persetujuan (consent solicitation),” kata manajemen Garuda dalam surat keterbukaan informasi tersebut yang juga ditembuskan ke Bursa Efek Indonesia (BEI).

(Baca: Tertekan Harga BBM, Rugi Garuda Bengkak 349% Jadi US$ 283 Juta)

Sukuk global Garuda senilai US$ 500 tersebut bertenor 5 tahun yang jatuh tempo tahun 2020, dengan kupon 5,95%. Saat diterbitkan pada 2015, sukuk ini mencatatkan kelebihan permintaan sampai empat kali lipat dari nilai penawaran.

Kala itu, Garuda mengklaim menjadi perusahaan pertama di Asia Pasifik yang menerbitkan sukuk global berdenominasi dolar dengan jumlah pemesanan sangat banyak. Mayoritas investornya dari Timur Tengah sebanyak 56%, Asia 32%, dan Eropa 12%.

Sukuk tersebut terikat pada tiga batasan rasio keuangan, yaitu modal tidak boleh kurang dari US$ 800 juta, DER di atas 2,5 kali, dan kas dan setara kas berbanding pendapatan usaha grup tidak kurang dari 5%.

Per 30 Juni 2017, DER Garuda sebesar 1,38 kali, kas dan setara kas berbanding pendapatan usaha sebesar 9,54% dan jumlah modal US$ 717,69 juta.

“Per 30 Juni 2017, perusahaan telah melanggar batasan rasio keuangan yang disyaratkan dalam perjanjian, khususnya jumlah ekuitas grup,” tulis manajemen Garuda dalam laporan keuangan semester I-2017 yang dipublikasikan Kamis (27/7).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...